Liputan6.com, Jakarta - Ancaman pandemi COVID-19 meski sudah lama berlalu, tetapi masih belum ada tempat untuk demonstrasi besar-besaran di Hong Kong yang muncul sejak pemberlakuan UU Keamanan Nasional pada Juni 2020.
Dilansir dari The Diplomat, Senin (1/5/2023), May Day tahun ini menandai tahun ketiga berturut-turut Hong Kong tidak mengizinkan prosesi Hari Buruh. COVID-19 menjadi preseden, kemudian seorang pejabat tinggi dari Beijing menyegel, menolak hak untuk berkumpul secara damai dari 7 juta warga Hong Kong dari semua lapisan masyarakat.
Baca Juga
Pada April 2023, pejabat tinggi Beijing Xia Baolong, direktur Kantor Kerja Hong Kong dan Makau, mengunjungi Hong Kong untuk memulai perayaan Hari Pendidikan Keamanan Nasional.
Advertisement
Selama kunjungannya, Xia membuat pernyataan keras tentang protes bukan satu-satunya cara untuk mengungkapkan pendapat. Dia juga memperingatkan orang-orang yang menggunakan masalah mata pencaharian untuk “membajak” protes dan memicu konflik sosial.
Segera setelah Xia mengeluarkan pernyataan tersebut, serikat buruh pro-Beijing mengikuti dan menarik pengajuan prosesi May Day mereka dari polisi.
Sementara itu, serikat buruh pro-demokrasi yang berencana mengorganisir demonstrasi May Day menghadapi pelecehan dan intimidasi.
Dua mantan anggota Konfederasi Serikat Buruh Hong Kong yang sekarang sudah bubar mengajukan permohonan, dalam kapasitas pribadi mereka, untuk mengadakan demonstrasi May Day pada awal April.
Namun, polisi tidak hanya sengaja menunda proses persetujuan, tetapi pejabat senior pemerintah juga terus memberikan komentar keras atas permohonan mereka.
Itu termasuk ancaman penyelenggara akan menanggung konsekuensi hukum atas setiap insiden yang mungkin terjadi selama demonstrasi.
Ucapan Hari Buruh dari Sri Mulyani: Setiap Tetesan Keringat Adalah Perjuangan
Sebelumnya, buruh di seluruh dunia tengah menyambut May Day atau Hari Buruh sedunia yang jatuh pada Senin hari ini, 1 Mei 2023.
Dalam menyambut May Day, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa kelompok pekerja merupakan komponen penting yang turut memajukan Indonesia.
"Dari sisi perekonomian, mereka adalah pelaku utama yang terus menggerakan roda perekonomian dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," tulis Menkeu dalam unggahan di laman Instagram pribadinya @smindrawati, dikutip Senin (1/5/2023
Kemudian dari sisi pembangunan, Sri Mulyani mengatakan, buruh merupakan pelaksana pembangunan sesungguhnya sehingga kini, sehingga Indonesia bisa memiliki berbagai fasilitas infrastruktur.
"Memperingati Hari Buruh kali ini, saya ingin mengucapkan terima kasih atas seluruh kerja keras dan dedikasi yang diberikan, baik untuk keluarga dan untuk Indonesia," tuturnya.
"Setiap tetesan keringat para pekerja adalah sebuah cerita perjuangan yang luar biasa," tambah Menkeu.
"Selamat Hari Buruh Internasional," tutupnya.
Advertisement
Sejarah May Day 1 Mei Diperingati sebagai Hari Buruh Sedunia, di Indonesia Jadi Libur Nasional
Sebelumnya, pada 1 Mei setiap tahunnya, para buruh di seluruh dunia memiliki momen perayaan, yakni peringatan May Day atau Hari Buruh Sedunia.
Mengutip laman Time, Jumat (28/4/2023) sejarah May Day atau Hari Buruh berawal ketika aksi unjuk rasa oleh buruh pada 1 Mei 1886 ketika terjadinya kerusuhan Haymarket di Chicago, Amerika Serikat.
Protes itu terkait aksi mogok kerja untuk memperjuangkan hak-hak buruh, termasuk untuk bekerja dalam kurun waktu delapan jam sehari.
Namun sayangnya, protes tersebut berujung menjadii bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi. Ketika polisi berusaha untuk meredam aksi massa, muncul oknum yang melempar bom dan polisi langsung mengeluarkan tembakan.
Peristiwa itu menewaskan tujuh petugas polisi dan melukai 60 warga lainnya, serta 4 hingga 8 korban sipil diperkirakan tewas dan 30-40 orang terluka.
Sementara di Indonesia, sejarah May Day atau Hari Buruh dimulai sejak 1 Mei 1918 oleh Serikat Buruh Kung Tang Hwee.