Sukses

Harga BTC Terkoreksi Pekan ini, Investor Wait and See Menunggu Data Inflasi AS

Mengawali pekan kedua Mei 2023, Bitcoin berada di zona merah.

Liputan6.com, Jakarta Harga Bitcoin (BTC) telah berkonsolidasi di rentang harga USD 27.000 atau setara Rp 398,4 juta hingga USD 29.800 atau setara Rp 439,7 juta (asumsi kurs Rp 14.758 per dolar AS) dalam satu pekan terakhir. 

Mengawali pekan kedua Mei 2023, Bitcoin berada di zona merah. Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, menjelaskan ini terjadi karena tekanan jual BTC yang dimulai setelah Amerika Serikat mencatat data Non Farm Payrolls (NFP) pada April 2023. 

Data NFP ini menunjukan peningkatan ke level 253.000, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya 165.000 dan di atas konsensus 180.000. 

“Penambahan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan dalam ekonomi AS menandakan peningkatan daya beli, yang dianggap sebagai katalis positif untuk Indeks Dolar AS (DXY) dan negatif untuk pasar Aset Kripto,” kata Panji, dalam siaran pers, dikutip Rabu (10/5/2023). 

Kemacetan Transaksi Bitcoin

Selain itu, Penurunan harga BTC juga didorong oleh kemacetan pemrosesan transaksi di jaringan Bitcoin akibat lonjakan transaksi. Saat ini lebih dari 390.000 transaksi dengan total 179 blok yang belum diselesaikan dan akan berdampak pada biaya pengiriman Bitcoin yang naik hingga 330 persen. 

“Dilansir Blockchain.com, ketika jaringan Bitcoin berjalan normal maka biaya pengiriman dimulai dari USD 0,55 atau setara Rp 8.116 hingga USD 2,5 atau setara Rp 36.895 per transaksi. Namun saat terjadi kemacetan seperti saat ini biaya transaksi naik hampir USD 30 atau setara Rp 442.740 per transaksi,” ujar Panji Yudha.

 

2 dari 2 halaman

Tunggu Data Inflasi AS

Menurut Panji, pergerakan harga Bitcoin dan Ethereum saat ini sedang menunggu rilis data angka inflasi Amerika Serikat yang akan keluar pekan ini. Ia menyarankan investor aset kripto untuk wait and see untuk mencermati rilis data inflasi April yang akan keluar Rabu malam . 

Para ekonom memprediksi harga konsumen inti (CPI) AS menjadi 5,5 persen dari YoY, sedangkan tingkat inflasi tahunan AS diperkirakan menjadi 5 persen YoY. 

“Jika data CPI dan inflasi AS lebih rendah atau sesuai perkiraan maka akan menjadi katalis positif bagi Bitcoin dan Ethereum. Namun, jika angkanya lebih tinggi di atas prediksi pasar maka Bitcoin berpotensi melanjutkan koreksi karena akan mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama,” pungkas Panji.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

  • Bitcoin seperti emas digital yang menawarkan dua pilihan yaitu sebagai alat investasi dan pembayaran.

    Bitcoin

  • Aset kripto digunakan sebagai investasi komoditi yang dapat diperdagangkan di bursa berjangka.

    Kripto

  • BTC