Sukses

Analis Prediksi Harga Bitcoin Masih Berpeluang Koreksi, Ini Penyebabnya

Harga bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 26.300 atau sekitar Rp 387,78 juta. Ini level yang tidak terlihat sejak 17 Maret 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin (BTC) telah anjlok lebih dari 10 persen selama tujuh hari terakhir ke level terendah dalam dua bulan tepat di atas USD 26.000 atau sekitar Rp 383,36 juta (asumsi kurs Rp 14.744 per dolar AS).

Dikutip dari Coindeks, ditulis Senin (15/5/2023), cryptocurrency terbesar di dunia diperdagangkan di kisaran USD 26.300 atau sekitar Rp 387,78 juta. Ini level yang tidak terlihat sejak 17 Maret 2023.

Harga bitcoin berada di level tertinggi pada pekan ini terjadi pada Rabu, 10 Mei 2023 ke posisi USD 28.300 atau sekitar Rp 417,27 juta setelah data inflasi yang lebih lemah dari yang diharapkan pada Rabu pekan ini.

Bitcoin mungkin menembus di bawah USD 26.000 selama akhir pekan, tetapi penawarannya bagus sekarang,” ujar Crypto Advisor CEC Capital, Laurent Kssis.

Ia menambahkan, kalau tidak ada fundamental yang menahan bitcoin (BTC) lebih lama lagi dan pedagang khawatir. “Tetapi rasanya permainan jangka pendek untuk meningkatkan kepemilikan bitcoin di level yang lebih rendah ini,” ujar dia.

Analis Oanda Ed Moya yakin bitcoin masih mengalami tekanan lebih lanjut hingga Amerika Serikat melihat kejelasan peraturan.

Selain bitcoin, harga ether (ETH) juga alami tekanan pekan ini. Akan tetapi, harganya sedikit sedikit ungguli bitcoin. Harga ethereum berada di posisi USD 1.770 dari posisi tertinggi mingguan di USD 2.020 pada pekan lalu.

Adapun yang memicu harga bitcoin dalam tekanan seiring jatuhnya harga beberapa memecoin, terutama pepecoin (PEPE) yang sekarang lebih rendah dari 60 persen selama perdagangan pekan lalu. Token baru pepe coin mulai debut pada April dan dengan cepat naik sehingga kapitalisasi pasar mencapai lebih dari 1 miliar. Hal itu sekarang telah dipangkas menjadi sekitar USD 560 juta.

2 dari 4 halaman

Pertukaran Kripto Bangkrut, Bittrex Dapat Izin untuk Pinjam Rp 102,8 Miliar Bitcoin

Sebelumnya, pertukaran mata uang kripto yang bangkrut, Bittrex Inc, mendapat izin pengadilan pada Rabu untuk meminjam USD 7 juta atau setara Rp 102,8 miliar (asumsi kurs Rp 14.697 per dolar AS) dalam bentuk bitcoin untuk menandai kebangkrutan bab 11. 

Bittrex yang berbasis di Seattle mengajukan kebangkrutan pada Senin, 8 Mei 2023 dengan mengatakan pihaknya bermaksud mengembalikan dana pelanggan dan menghentikan operasinya di AS.

Afiliasi internasional perusahaan akan terus mengoperasikan pertukaran kripto untuk pelanggan di luar AS, tetapi Bittrex mengatakan lingkungan peraturan AS menjadi tidak dapat dipertahankan setelah SEC menggugat perusahaan karena diduga menjalankan sekuritas yang tidak terdaftar.

Sebelum mengajukan kebangkrutan, Bittrex berhenti menerima setoran baru dari pelanggan AS dan memberi tahu pengguna yang sudah ada untuk menarik kripto mereka dari platform.

Operasi Bittrex di AS merupakan minoritas dari keseluruhan penggunanya. Pertukaran terafiliasi yang berbasis di Liechtenstein dan Bermuda menyumbang sekitar 77 persen dari 5,4 juta pengguna perusahaan pada 27 Maret, menurut pengajuan pengadilan.

“Bittrex percaya perusahaan memiliki cukup mata uang kripto untuk membayar penuh semua pelanggan yang tersisa, dan pinjaman kebangkrutan akan memastikan penghentian yang mulus yang melindungi aset pelanggan, kata pengacara Bittrex, Susheel Kirpalani kepada Hakim Kebangkrutan AS Brendan Shannon, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (12/5/2023).

Shannon menyetujui pinjaman untuk sementara, memungkinkan Bittrex meminjam 250 bitcoin dari perusahaan induknya Aquila Holdings, yang tidak mengajukan kebangkrutan. 

Bittrex akan meminta izin untuk meminjam 450 bitcoin tambahan pada sidang Juni, dan nilai total pinjaman yang diusulkan adalah USD 19,7 juta atau setara Rp 289,5 miliar berdasarkan harga bitcoin saat mengajukan kebangkrutan.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

3 dari 4 halaman

Biaya Transaksi Bitcoin Melonjak, Warga El Salvador Kena Imbas

Sebelumnya, biaya transaksi Bitcoin telah mencapai level tertinggi dalam dua tahun dan terus meningkat dengan cepat. Data dari Bitinfocharts menunjukkan harga rata-rata saat ini untuk melakukan transaksi di jaringan Bitcoin mencapai USD 31,14 atau setara Rp 456.501 (asumsi kurs Rp 14.756 per dolar AS).

Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (11/5/2023), terakhir kali setinggi itu terjadi pada April 2021 setelah menyentuh tertinggi sepanjang masa hampir USD 63 atau setara Rp 929.628 lalu turun lagi. 

Beberapa orang di Twitter menyoroti bagaimana lonjakan biaya merugikan mereka yang menggunakan Bitcoin untuk transaksi sehari-hari, salah satunya di negara El Salvador yang menjadi Bitcoin sebagai alat pembayaran sah. 

Seorang pengguna Twitter bernama Marce Romero mengatakan transaksi USD 100 atau setara Rp 1,47 juta di El Salvador menghabiskan biaya transaksi lebih dari USD 20 atau setara Rp 295.120 untuk diselesaikan. 

 

4 dari 4 halaman

Mengapa Biaya Transaksi Bitcoin Mahal?

Jika seseorang ingin melakukan transaksi di blockchain Bitcoin, mereka harus mendapatkan persetujuan dari para penambang. Penambang menggunakan komputer yang kuat (biasanya operasi berukuran industri) untuk memecahkan masalah kompleks yang pada gilirannya memvalidasi transaksi.

Penambang kemudian dibayar dalam Bitcoin untuk pekerjaan mereka memvalidasi transaksi. Jika jaringan sibuk, pemilik transaksi harus membayar lebih untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Saat ini sepertinya banyak orang yang menggunakan jaringan Bitcoin, maka membuat harga transaksi naik.

Beberapa orang mengatakan jaringan yang tersumbat saat ini disebabkan oleh lonjakan minat pada Ordinals, sebuah protokol yang digunakan untuk mencetak aset mirip NFT di Bitcoin.

Ada opsi bagi mereka yang tidak ingin membayar banyak saat mengirim atau menerima cryptocurrency terbesar. Saat melakukan pembayaran Bitcoin, pengguna memiliki opsi untuk membayar biaya yang lebih rendah. Meskipun demikian, itu berisiko menunggu berjam-jam karena penambang memprioritaskan transaksi yang lebih menguntungkan.