Liputan6.com, Jakarta - Dalam perjalanannya, Bitcoin sebagai aset kripto terbesar dan tertua di dunia memiliki beberapa momen bersejarah, salah satunya adalah Bitcoin Pizza Day. Apa itu Bitcoin Pizza Day dan apakah berpengaruh pada pergerakan harga Bitcoin?
CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan bitcoin mengalami sejarah yang cukup unik berkenaan dengan pembelian Pizza.
“Bitcoin pertama kali ditransaksikan ditukarkan dengan Pizza pada tahun 2008. Momen unik ini pun akhirnya diberi nama Bitcoin Pizza Day yang diperingati setiap tanggal 22 Mei setiap tahunnya,” kata Oscar dalam siaran pers, dikutip Minggu (21/5/2023).
Advertisement
Oscar menambahkan, saat itu Miner dan programmer Bitcoin yang berasal dari Florida bernama Laszlo Hanyecz berpikir untuk menukar 10.000 BTC nya dengan pizza. Laszlo pun mengiklankan hal tersebut di forum Bitcointalk untuk membeli dua pizza dengan imbalan 10.000 Bitcoin.
Tawaran tersebut pun diterima oleh seseorang dan dengan cepat orang tersebut mengirimkan dua pak pizza Papa John ke Laszlo dan mendapatkan 10.000 BTC. Semenjak adanya transaksi itulah setiap tanggal 22 Mei dirayakan sebagai Bitcoin Pizza Day oleh para komunitas kripto.
Dampak Bitcoin Pizza Day pada Harga Bitcoin
Oscar mengungkapkan jika Bitcoin Pizza Day belum tentu menaikkan harga Bitcoin. Karena penentu sebenarnya adalah harga market yang berdasarkan supply dan demand.
“Beberapa orang bertanya apakah Bitcoin Pizza Day akan menaikkan harga Bitcoin ke depan? Jawabannya bisa ya ataupun tidak. Harga Bitcoin dan kripto lainnya tergantung pasar,” jelas Oscar.
Dilihat berdasarkan data historikal, di tahun lalu, Bitcoin sempat mengalami kenaikan sekitar 5 persen dari 22 Mei 2022 hingga 31 Mei 2022. Jika dilihat tahun ini, harga Bitcoin kemungkinan besar masih akan mengalami kenaikan tipis. Namun, bukan berarti ini dipengaruhi oleh momen Bitcoin Pizza Day.
“Jadi, trader dan investor perlu berhati-hati dan melakukan riset mendalam soal momen-momen penting Bitcoin,” ujarnya.
Menurut Oscar, Bitcoin Halving day yang akan terjadi pada tahun depan adalah momen penting yang akan menaikkan harga. Karena semakin terbatasnya supply atau pasokan Bitcoin di mining zone.
Amerika Serikat Persulit Penambangan Bitcoin, Joe Biden Bakal Pungut Pajak 30 Persen
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) akan mempersulit penambangan bitcoin karena rencana Presiden Joe Biden telah mengusulkan pajak hingga 30 persen untuk penambangan kripto.
Rencana ini ditujukan untuk mencegah masalah ekonomi dan lingkungan, tetapi para ahli mengatakan rencana tersebut akan sulit diterapkan.
Diperkenalkan dalam anggaran federal Presiden Joe Biden 2024, proposal untuk pajak cukai Digital Asset Mining Energy (DAME) akan mengenakan pajak hingga 30 persen dari biaya listrik penambang kripto dengan peningkatan 10 persen yang tersebar selama tiga tahun mulai Januari 2024.
Pajak tersebut akan meningkat sekitar USD 3,5 miliar atau setara Rp 52,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.963 per dolar AS) selama 10 tahun, diarahkan untuk memerangi perubahan iklim.
Saat ini, perusahaan penambangan kripto tidak perlu membayar biaya penuh yang mereka berikan kepada orang lain, dalam bentuk pencemaran lingkungan lokal, harga energi yang lebih tinggi, dan dampak peningkatan emisi gas rumah kaca terhadap iklim.
“Pajak DAME mendorong perusahaan untuk mulai memperhitungkan dengan lebih baik kerugian yang mereka timbulkan pada masyarakat," tulis Dewan Penasihat Ekonomi Presiden (CEA) dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Investopedia, Sabtu (20/5/2023).
CEA memperkirakan penambangan kripto di Amerika Serikat mengkonsumsi listrik sebanyak pada 2022 seperti semua komputer rumah atau penerangan perumahan di negara itu.
Khususnya, pajak yang diusulkan Biden pada penambangan kripto akan memengaruhi bitcoin lebih dari pasar kripto lainnya, karena ini adalah satu-satunya jaringan kripto utama yang menggunakan konsensus bukti kerja (PoW) sebagai mekanisme dasarnya untuk mencapai konsensus.
Jaringan lain, seperti Ethereum dan BNB Chain, menggunakan metode alternatif yang dikenal sebagai proof-of-stake (PoS), yang menggunakan lebih sedikit energi. Industri kripto, bagaimana pun, berpendapat sebagian besar penambangan kripto bergantung pada sumber energi yang berkelanjutan.
Advertisement
Tether Borong Bitcoin Ratusan Juta Dolar demi Sokong Stablecoin USDT
Sebelumnya, raksasa Cryptocurrency Tether mengatakan akan membeli bitcoin senilai ratusan juta dolar untuk mendukung stablecoin terbesar di dunia.
Perusahaan mengatakan akan menginvestasikan 15 persen dari laba bersihnya ke dalam bitcoin untuk "mendiversifikasi" cadangan yang mendukung token USDT miliknya, yang bertujuan untuk tetap berpegang pada pasak 1 banding 1 terhadap Dolar AS.
Melansir laman CNBC, Kamis (18/5/2023), nilai pembelian itu diperkirakan mencapai USD 222 juta, berdasarkan laporan pengesahan terakhir perusahaan, yang memberikan perincian aset yang membentuk cadangan USDT serta kelebihan cadangan dan keuntungan.
Juru bicara Tether mengklarifikasi jika bitcoin yang dibelinya hanya akan berjumlah sebagian kecil dari keseluruhan laba bersihnya, dengan sebagian besar kelebihan pendapatan dihabiskan untuk menjalankan bisnis, termasuk biaya bank.
“Tujuannya adalah untuk menjaga nilai portofolio Bitcoin jauh di bawah ukuran total kelebihan cadangan kami yang mencapai 2,48 miliar pada akhir Q1/2023, sementara kepemilikan bitcoin menyumbang 1,5 miliar,” kata juru bicara Tether.
USDT adalah stablecoin terbesar di pasar, dengan pasokan beredar lebih dari USD 82,8 miliar, menurut data CoinGecko. Ini bersaing dengan Circle's USD Coin dan Binance's BUSD.
Stablecoin digunakan oleh pedagang untuk keluar masuk mata uang kripto yang berbeda tanpa mengubah uang kembali menjadi mata uang fiat.
“Keputusan untuk berinvestasi dalam Bitcoin, cryptocurrency pertama dan terbesar di dunia, didukung oleh kekuatan dan potensinya sebagai aset investasi,” kata CTO Tether Paolo Ardoino dalam sebuah pernyataan.
Pemegang Terbesar
Dikatakan jika Bitcoin terus membuktikan ketahanannya dan telah muncul sebagai penyimpan nilai jangka panjang dengan potensi pertumbuhan yang substansial.
"Pasokannya yang terbatas, sifat terdesentralisasi, dan adopsi yang meluas telah memposisikan Bitcoin sebagai pilihan favorit di antara investor institusional dan ritel," jelas Ardoino.
Langkah tersebut akan membuat Tether menjadi pemegang bitcoin yang lebih besar lagi. Saat ini perusahaan tersebut telah memiliki bitcoin senilai lebih dari USD 1,5 miliar di neracanya.
Di mana mengikuti pergerakan dari investor terkemuka seperti Paul Tudor Jones dan bos MicroStrategy Michael Saylor untuk mengakumulasi stok besar, dengan keyakinan bahwa token kebal terhadap efek depresiasi mata uang dan inflasi.
Analis dan investor sebelumnya mengatakan bahwa bitcoin bisa mendapatkan dorongan tahun ini karena pengaruh yang disebut "paus" - pelaku pasar dengan kekuatan finansial yang signifikan, yang memungkinkan mereka membeli token dalam jumlah besar.
Metode Tether untuk mempertahankan nilai USD 1 untuk tokennya telah menimbulkan kontroversi di masa lalu karena kekhawatiran akan kualitas aset cadangannya.
Advertisement