Sukses

Mengenal Bitcoin Rainbow Chart dan Cara Membacanya

Ada beragam cara untuk analisis pergerakan harga Bitcoin, salah satunya dengan Bitcoin Rainbow Chart, apa itu?

Liputan6.com, Jakarta Ada banyak analisis teknikal yang dapat digunakan trader Bitcoin untuk memprediksi pergerakan harga dan mengambil keputusan dalam bertransaksi Bitcoin. Salah satu yang sering digunakan adalah Bitcoin Rainbow Chart.

Mungkin banyak yang penasaran apa itu Bitcoin Rainbow Chart dan bagaimana cara membacanya?

Dilansir dari Coingecko, Bitcoin Rainbow Chart adalah alat analisis teknis yang memvisualisasikan tren harga historis BTC dan memprediksi pergerakan harganya di masa depan. 

Bitcoin Rainbow Chart memiliki bagan multi-warna seperti pelangi yang memplot pergerakan harga jangka panjang bitcoin pada skala logaritmik, dengan setiap pita warna mewakili kisaran harga yang berbeda, di mana biru adalah yang terendah dan merah tua adalah yang tertinggi.

Cara Membaca Bitcoin Rainbow Chart

Cryptocurrency tidak stabil, dan nilainya dapat naik dan turun selama beberapa jam. Namun, jika Anda mempertimbangkan grafik logaritmik bitcoin, Anda dapat melihat evolusinya sejak awal terhadap dolar dan kecenderungan penilaian yang tinggi selama bertahun-tahun. 

Dengan segmen warna Bitcoin Rainbow Chart, Anda akan dapat melihat kapan bitcoin oversold (ditandai dengan warna biru dan hijau), atau overbought (ditandai dengan oranye dan merah). 

Ini memberi investor gambaran tentang kapan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual BTC. Saat bitcoin berada di zona biru/hijau, ini dianggap sebagai saat yang tepat untuk mengakumulasi aset. 

Di sisi lain, saat harga kripto berada di zona oranye dan merah, ini bisa menjadi saat yang tepat untuk menjual karena bitcoin sedang memasuki gelembung potensial.

2 dari 3 halaman

Pasar Kripto Terus Tertekan, Apa Penyebabnya?

Pasar kripto tetap terjebak dalam kisaran sempit dalam perdagangan sepekan terakhir. Bahkan Bitcoin (BTC) selalu gagal untuk mempertahankan level perdagangan di posisi USD 27.000 atau setara Rp 402,3 juta (asumsi kurs Rp 14.902 per dolar AS).

Trader Eksternal Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengungkapkan, salah satu penyebab terbesar pasar kripto dan Bitcoin lesu adalah pandangan negatif terkait perekonomian Amerika Serikat.

“Akhir pekan lalu, Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan komentar baru tentang kebijakan dan prospek inflasi,” kata Fyqieh dalam analisis harian yang diterima Liputan6.com, Senin (22/5/2023).

Fyqieh menambahkan, bahasa Powell tidak memberikan sinyal yang jelas tentang aset berisiko, lantas investor diperingatkan akan banyak ketidakpastian akan terjadi. Hal ini membuat investor kripto tak bergairah kembali meramaikan pasar.

 

3 dari 3 halaman

Pembicaraan Utang AS

 

Disamping itu, pembicaraan plafon utang AS dan retorika anti-kripto dari pemerintah AS akan menguji selera investor. Harapan pupus dari Presiden AS, Joe Biden dan Ketua DPR, Kevin McCarthy yang tidak mencapai kesepakatan pada Minggu, 21 Mei 2023 dan akan kembali bertemu pada Senin ini. 

Namun, Presiden AS membahas masalah plafon utang di G7 yang merugikan BTC dan pasar kripto yang lebih luas.

“Retorika anti-kripto, dan ancaman krisis AS yang terus berlanjut, membuat pasar kripto menjadi merah. Perkirakan berita terkait plafon utang AS akan berdampak lebih besar pada sentimen risiko pasar,” jelas Fyqieh.

Pasar saham AS juga tertekan, Senin pagi ini NASDAQ mencerminkan sentimen terhadap krisis plafon utang, turun 12,75 poin. Sisi bawah datang meskipun reaksi pasar lebih lanjut terhadap obrolan Ketua Fed, Powell yang kurang hawkish dari hari Jumat. Di samping itu, indeks Dolar AS (DXY) juga terpantau melemah. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.