Liputan6.com, Jakarta - Pasokan Bitcoin di bursa kripto telah merosot ke level terendah sejak Februari 2018, data dari perusahaan analitik on-chain Santiment menunjukkan.
Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (15/6/2023), penurunan besar terjadi baru-baru ini setelah Komisi Sekuritas dan Pertukaran AS (SEC) menuduh bursa utama Binance dan Coinbase menawarkan sekuritas yang tidak terdaftar kepada pelanggan AS. Ada sebanyak 6,4 persen meninggalkan bursa dalam seminggu terakhir.
Baca Juga
Pasokan terus turun sejak 2020 ketika mencapai puncaknya saat pasar beruang saat itu. Hal ini menunjukkan pedagang dan investor terus mengambil bitcoin mereka dari bursa demi hak asuh sendiri.
Advertisement
Di sisi lain, menurut data yang dikumpulkan dari cryptoquant, 2,155 juta BTC disimpan di platform perdagangan terpusat sehari sebelum gugatan Binance. Namun, sejak gugatan, 22.263 BTC senilai USD 574,15 juta atau setara Rp 8,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.915 per dolar AS) telah ditarik.
Saat ini, angka tersebut telah menurun menjadi 15,72 juta eter, menunjukkan sekitar 241.366 ETH senilai USD 422,78 juta atau setara Rp 6,2 triliun telah ditarik. Secara total, antara bitcoin dan ethereum, nilai USD 996,94 juta atau setara Rp 14,8 triliun telah ditarik dari platform perdagangan terpusat dalam seminggu terakhir.
Kemudian data dari coinglass menunjukkan Binance mengalami penarikan sebesar 40.427 BTC selama tujuh hari terakhir, dengan 7.008 Bitcoin dihapus dalam 24 jam terakhir saja. Sebaliknya, Coinbase menyaksikan penambahan 2.959 BTC ke dalam cadangannya minggu ini, meskipun 20 BTC telah ditarik pada hari sebelumnya.
Perusahaan Kripto Korea Selatan, Haru Invest Tangguhkan Penarikan dan Penyetoran
Sebelumnya, Haru Invest, sebuah perusahaan kripto di Korea Selatan yang menjanjikan hasil dua digit pada produk tabungan aset digitalnya, telah menghentikan penarikan dan penyetoran, dengan alasan adanya masalah dengan mitra layanan.
“Kami sekarang sedang menyelidiki masalah ini lebih lanjut dengan mereka dan mencari rencana darurat untuk memperbaiki situasi tersebut,” kata Haru Invest dalam sebuah posting blog, dikutip dari CoinDesk, Rabu (14/6/2023).
Perusahaan menambahan, untuk tujuan melindungi aset pengguna di bawah pengawasan, perusahaan telah membuat keputusan yang sulit yaitu setiap permintaan deposit dan penarikan akan ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Haru Invest menolak menyebutkan nama mitra spesifik yang memengaruhi operasinya. Halaman Linkedin perusahaan telah dihapus, tetapi profil Twitternya masih berfungsi. Upbit, bursa kripto yang berbasis di Korea Selatan, mengatakan akan membatasi kemampuan Haru Invest untuk menarik aset di platformnya.
Media lokal melaporkan kantor Haru Invest di Seoul kosong karena karyawan bekerja dari rumah demi keselamatan mereka sendiri, menurut pernyataan dari CEO Haru Invest Hyung-soo 'Hugo' Lee.
Salah satu pendiri dan mantan CTO Haru Invest, Eunkwang Joo mengatakan dalam utas tweet perusahaan mungkin memiliki "situasi internal". Joo mengatakan penutupan akun media sosial kemungkinan merupakan tanggapan hukum atas beberapa situasi yang tidak diketahui.
Ini mungkin merupakan tanggapan terhadap langkah dari regulator Korea Selatan. Sebelumnya, Haru telah menginvestasikan USD 18 juta atau setara Rp 267,6 miliar (asumsi kurs Rp 14.870 per dolar AS) ke penambang kripto yang berkantor pusat di Montreal.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Kronologi Peretas Korea Utara Curi Kripto Senilai Rp 44,5 Triliun, Dananya Buat Bikin Rudal
Sebelumnya, Industri kripto tengah dihebohkan oleh pencurian sejumlah besar cryptocurrency oleh peretas atau hacker, yang diduga dipekerjakan oleh oknum dari Korea Utara.
Peretasan dan pencurian itu diketahui terjadi dalam lima tahun terakhir, menggunakan berbagai taktik dalam menipu target mereka.
Mengutip Business Insider, Selasa (13/6/2023) peretasan dilakukan oleh seseorang yang diduga menyamar sebagai perekrut, yang menghubungi seorang karyawan dari induk Axie Infinity, Sky Mavis.
Laporan Wall Street Journal menyebut, peretas membagikan dokumen dengan calon rekrutan, yang berisi malware yang memungkinkan akses ke komputer kandidat.
Disebutkan, kelompok peretas yang didukung oleh Korea Utara telah mencuri kripto senilai USD 3 miliar atau setara Rp 44,5 triliun dalam beberapa tahun terakhir. Menurut WSJ, kripto yang dicuri menyumbang 50 persen dari pendanaan untuk program rudal negara itu.
Di antara peretasan itu termasuk Axie Infinity pada tahun 2021, yang membuat oknum pencuri kripto Korea Utara menghasilkan USD 600 juta atau sekitar Rp. 8,9 triliun dari para pemain game digital platform tersebut.
Para peretas dalam beberapa tahun terakhir juga menyamar sebagai karyawan TI dan pejabat pemerintah. Mereka menyamar sebagai pengembang blockchain Jepang dan pekerja TI Kanada, yang mewakili apa yang disebut sebagai "tenaga kerja bayangan" yang terkadang dapat membayar orang hingga USD 300.000 atau Rp. 4,4 miliar setahun.
Semakin Sulit Dideteksi
Dalam beberapa kasus, para peretas bahkan akan mencoba untuk dipekerjakan oleh perusahaan yang mereka targetkan, menggunakan orang Barat untuk mengikuti wawancara.
Selain itu, setelah dipekerjakan, mereka akan membuat perubahan kecil pada produk yang memungkinkan mereka untuk diretas.
Peretasan krpito oleh oknum Korea Utara secara keseluruhan semakin maju, dan penipuan mereka semakin sulit dideteksi, dengan satu sumber mengatakan kepada WSJ bahwa perusahaan terkunci dalam "perlombaan senjata" dengan para penjahat.
Advertisement