Liputan6.com, Jakarta Awal 2023 telah menjadi periode yang menantang bagi industri aset kripto. Tokocrypto, sebagai platform perdagangan aset kripto di Indonesia, terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil dalam menghadapi dinamika tersebut.
VP Corporate Communications Tokocrypto, Rieka Handayani mengungkapkan, dari segi jumlah pengguna maupun volume transaksi, pihaknya berhasil mempertahankan tren positifnya, membuktikan potensi dunia kripto yang dapat dirasakan masyarakat secara inklusif
Baca Juga
Rieka menambahkan, Tokocrypto telah berperan aktif dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang aset kripto melalui kampanye pendidikan dan literasi finansial. Upaya ini membantu memperluas basis pengguna aset kripto dan meningkatkan volume transaksi di platform.
Advertisement
"Dengan terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil di tengah-tengah tantangan industri aset kripto, Tokocrypto memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam ekosistem kripto Indonesia,” kata Rieka dalam siaran pers, dikutip Jumat (23/6/2023).
Data terbaru menunjukkan jumlah pengguna terdaftar di Tokocrypto mencapai lebih dari 3 juta investor. Pengguna Tokocrypto memiliki distribusi usia yang beragam, dengan mayoritas pengguna berusia antara 18-30 tahun (56,7 persen), diikuti oleh usia 31-45 tahun (33,9 persen), dan 46 tahun ke atas (9,4 persen).
Transaksi Tokocrypto dalam lima bulan terakhir ini juga menunjukkan tren positif. Seiring dengan pasar kripto yang mulai tumbuh kembali, Tokocrypto mencatatkan pertumbuhan dengan rata-rata daily trading volume mencapai lebih dari USD 15.000 per hari atau setara Rp 224,3 juta (asumsi kurs Rp 14.956 per dolar AS).
"Tokocrypto tetap stabil dalam dinamika industri aset kripto global. Operasional dan transaksi kami masih berjalan normal, dan kami melihat tren kenaikan yang menunjukkan kepercayaan pelanggan kami yang tetap kuat terhadap Tokocrypto," pungkas Rieka.
Reli Pasar Kripto Melambat, Apa Penyebabnya?
Laju pergerakan pasar kripto dan Bitcoin (BTC) sedikit melambat dan cenderung sideways pada Jumat, 23 Juni 2023 pagi. Sebelumnya kenaikan signifikan terjadi pada Bitcoin hingga akhirnya menembus level USD 30.000 atau sekitar Rp 449 juta (asumsi kurs Rp 14.998 per dolar AS) untuk pertama kali sejak April lalu.
Trader Eksternal Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengungkapkan perlambatan ini terjadi akibat, data makroekonomi AS terbaru sedikit menahan laju pasar. Data klaim pengangguran AS tetap stabil atau tidak berubah di angka 264.000 dengan ekspektasi pasar sebelumnya akan terjadi penurunan tipis menjadi 260.000.
“Data ini membuat pasar kembali melambat untuk menimbang kembali strategi ke depan dan memprediksi gerak kebijakan The Fed di masa mendatang,” kata Fyqieh dalam siaran pers, Jumat (23/6/2023).
Advertisement
Komentar Ketua The Fed
Fyqieh menambahkan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, dihadapan Komite Perbankan Senat AS pada Kamis juga sedikit berdampak ke pasar.
Dalam pidatonya, dia telah mengesampingkan kemungkinan pemotongan suku bunga dalam waktu dekat, menyatakan inflasi dalam perekonomian secara konsisten lebih kuat dari yang diharapkan.
The Fed kemungkinan besar tidak akan memangkas suku bunga setidaknya pada tahun 2023, sementara tanda-tanda penurunan inflasi yang konsisten dapat memacu penurunan suku bunga di akhir 2024. Dia menyatakan kurangnya kepercayaan dalam mengambil keputusan penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
Sentimen
Di luar kalender ekonomi AS, sentimen pasar terhadap pasar kripto terus membaik. Mulai dari banyak perusahaan layanan keuangan tradisional yang masuk ke industri kripto, seperti BlackRock yang mengajukan ETF Bitcoin terus mendorong harapan masuknya uang institusional ke pasar kripto.
Laporan IMF tentang Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC) kemungkinan berkontribusi pada penguatan Bitcoin IMF mengatakan ini, beberapa negara telah sepenuhnya melarang aset kripto karena risikonya, pendekatan ini mungkin tidak efektif dalam jangka panjang.
Sentimen aset kripto berdasarkan indeks "Bitcoin Fear and Greed Index" saat ini berada pada level 65, yang menunjukkan adanya ketamakan atau serakah (Greed).
Dalam 24 jam terakhir, pasar aset kripto telah menunjukkan tingkat serakah pada poin 65, yang mengindikasikan adanya kecenderungan FOMO (Fear of Missing Out) dan diprediksi akan mengalami koreksi di masa mendatang.
“Sebaliknya, data yang diberikan oleh Bitcoin Fear and Greed Index minggu lalu menunjukkan angka 47, yang menunjukkan adanya ketakutan (Fear) dalam pasar Bitcoin,” pungkas Fyqieh.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement