Liputan6.com, Jakarta Perusahaan keamanan blockchain Forta Network, baru-baru ini meluncurkan tokennya sendiri, mengoperasikan jaringan bot yang mendeteksi berbagai jenis penipuan di blockchain Ethereum, Binance Smart Chain, Polygon, Optimism, Avalanche, Arbitrum, dan Fantom.
Peneliti di Forta yang sebelumnya bekerja di divisi riset keamanan Microsoft, Christian Seifert, mengatakan algoritme Forta dapat mendeteksi berbagai jenis perilaku anomali saat memindai transaksi di blockchain.
Baca Juga
Untuk beberapa serangan, penipu mengandalkan modus rekayasa sosial untuk mencari informasi pribadi pengguna atau menerapkan trik untuk membuat pengguna kripto mengungkapkan kata sandi atau frase awal mereka. Serangan lain hanya perlu mengetahui alamat dompet korban.
Advertisement
“Banyak serangan adalah serangan rekayasa sosial: pengguna dibujuk ke situs web, situs web meminta mereka untuk menghubungkan dompet mereka, transaksi muncul, pengguna menyetujuinya dan uang mereka hilang,” kata Seifert, dikutip dari CoinDesk, Rabu (12/7/2023).
Tak hanya itu, Forta membagikan beberapa modus lain yang sering digunakan penipu untuk mendapatkan kripto para korbannya. Adapun berikut deretan modus yang sering dilakukan penipu.
Ice Phishing
Jenis serangan ini paling sering terjadi sepanjang Mei 2023. Ice Phishing menyumbang 55,8 persen dari semua serangan yang didaftarkan oleh Forta. Tidak seperti serangan phishing yang lebih jelas atau terkenal, ice phishing adalah plesetan dari serangan "phishing" yang biasanya terjadi di situs web, jenis ini tidak ditujukan langsung untuk informasi pribadi pengguna.
Sebaliknya, ice phisher menipu korban untuk menandatangani transaksi blockchain berbahaya yang membuka akses ke dompet korban sehingga penyerang dapat mencuri semua uangnya. Dalam kasus seperti itu, korban sering terpikat ke situs web phishing yang dirancang untuk meniru layanan kripto asli.
Airdrop NFT
Beberapa serangan menargetkan pedagang Non Fungible Token (NFT). Misalnya, penipu telah mengembangkan teknik yang memanfaatkan keanehan dalam infrastruktur NFT, seperti protokol Seaport yang diperkenalkan oleh OpenSea dan digunakan di banyak pasar NFT.
Untuk menjual NFT di Seaport, pengguna membuat pesanan penjualan dengan menandatangani transaksi yang disiarkan secara lokal di platform daripada jaringan Ethereum yang lebih luas, untuk menghemat biaya transaksi.
Penyerang mencari data pengguna dengan NFT berharga dan mencoba mengelabui mereka agar menyetujui transaksi yang akan menjual kepemilikan berharga mereka dengan harga pasar yang lebih murah.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.