Sukses

Kejahatan Kripto Turun Drastis di Tengah Tren Kenaikan Harga

Penipu crypto telah menarik pendapatan 77 persen lebih sedikit daripada yang mereka lakukan hingga Juni 2022

Liputan6.com, Jakarta Harga aset digital naik secara signifikan tahun ini. Menariknya, data Blockchain Chainalysis mengungkapkan bahwa kejahatan terkait cryptocurrency telah turun 65 persen sepanjang tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. Data kejahatan kripto tersebut didasarkan pada rekap arus masuk aset digital ke entitas terlarang.

Melansir Decrypt, Kamis (13/7/2023), perusahaan mendefinisikan alamat entitas terlarang yang terkait dengan pasar darknet atau penyerang ransomware.

Laporan tersebut mengatakan bahwa arus masuk ke entitas berisiko seperti bursa dan mixer berisiko tinggi juga turun sebesar 42 persen. Informasi saja, penjahat sering menggunakan layanan tersebut untuk mencuci dana.

"Telah terjadi kemunduran pasar secara keseluruhan tetapi volume transaksi crypto ilegal turun jauh lebih banyak daripada volume transaksi crypto yang sah. Penipuan hampir selalu merupakan bentuk kejahatan berbasis cryptocurrency dengan pendapatan tertinggi, dan sementara itu yang terjadi sejauh ini di tahun 2023, total pendapatan penipuan anjlok dibandingkan tahun lalu,” kata Chainalysis.

Perusahaan menambahkan, penipu crypto telah menarik pendapatan 77 persen lebih sedikit daripada yang mereka lakukan hingga Juni 2022.

Ini menarik, mengingat harga aset digital telah meningkat tahun ini, yang biasanya justru menguntungkan kelompok kriminal. Sebagai gambaran Bitcoin diperdagangkan dengan harga kurang dari USD 17.000 per koin pada Januari, dan hari ini perdagangan seharga USD 30.500.

Biasanya, pergerakan harga yang positif diterjemahkan menjadi pendapatan scam yang lebih tinggi, kemungkinan karena peningkatan euforia pasar dan FOMO membuat korban lebih rentan terhadap pitch scammers. Namun terlepas dari penurunan angka penipuan, serangan ransomware terus meningkat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hati-Hati, Berikut Modus yang Digunakan Penipu untuk Raup Kripto Investor

Perusahaan keamanan blockchain Forta Network, baru-baru ini meluncurkan tokennya sendiri, mengoperasikan jaringan bot yang mendeteksi berbagai jenis penipuan di blockchain Ethereum, Binance Smart Chain, Polygon, Optimism, Avalanche, Arbitrum, dan Fantom.

Peneliti di Forta yang sebelumnya bekerja di divisi riset keamanan Microsoft, Christian Seifert, mengatakan algoritme Forta dapat mendeteksi berbagai jenis perilaku anomali saat memindai transaksi di blockchain.

Untuk beberapa serangan, penipu mengandalkan modus rekayasa sosial untuk mencari informasi pribadi pengguna atau menerapkan trik untuk membuat pengguna kripto mengungkapkan kata sandi atau frase awal mereka. Serangan lain hanya perlu mengetahui alamat dompet korban.

“Banyak serangan adalah serangan rekayasa sosial: pengguna dibujuk ke situs web, situs web meminta mereka untuk menghubungkan dompet mereka, transaksi muncul, pengguna menyetujuinya dan uang mereka hilang,” kata Seifert, dikutip dari CoinDesk, Rabu (12/7/2023).

Tak hanya itu, Forta membagikan beberapa modus lain yang sering digunakan penipu untuk mendapatkan kripto para korbannya. Adapun berikut deretan modus yang sering dilakukan penipu.

Ice Phishing

Jenis serangan ini paling sering terjadi sepanjang Mei 2023. Ice Phishing menyumbang 55,8 persen dari semua serangan yang didaftarkan oleh Forta. Tidak seperti serangan phishing yang lebih jelas atau terkenal, ice phishing adalah plesetan dari serangan "phishing" yang biasanya terjadi di situs web, jenis ini tidak ditujukan langsung untuk informasi pribadi pengguna.

Sebaliknya, ice phisher menipu korban untuk menandatangani transaksi blockchain berbahaya yang membuka akses ke dompet korban sehingga penyerang dapat mencuri semua uangnya. Dalam kasus seperti itu, korban sering terpikat ke situs web phishing yang dirancang untuk meniru layanan kripto asli.

 

3 dari 3 halaman

Airdrop NFT

Beberapa serangan menargetkan pedagang Non Fungible Token (NFT). Misalnya, penipu telah mengembangkan teknik yang memanfaatkan keanehan dalam infrastruktur NFT, seperti protokol Seaport yang diperkenalkan oleh OpenSea dan digunakan di banyak pasar NFT. 

Untuk menjual NFT di Seaport, pengguna membuat pesanan penjualan dengan menandatangani transaksi yang disiarkan secara lokal di platform daripada jaringan Ethereum yang lebih luas, untuk menghemat biaya transaksi.

Penyerang mencari data pengguna dengan NFT berharga dan mencoba mengelabui mereka agar menyetujui transaksi yang akan menjual kepemilikan berharga mereka dengan harga pasar yang lebih murah.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.