Sukses

Ethereum Trust Grayscale Jadi Pemegang Ethereum Terbesar Kedua

Simpanan Ethereum Grayscale tersebar di 500 alamat berbeda. Namun, tidak ada yang memiliki lebih dari USD 30 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Arkham Intelligence, sebuah agen analisis kripto dan pelacakan data, mengungkapkan kepemilikan ethereum (ETH) di Grayscale untuk Ethereum Trust-nya.

Arkham mengungkapkan simpanan ethereum Grayscale tersebar di 500 alamat berbeda. Menurut Arkham, perusahaan telah mengidentifikasi ethereum yang dimiliki oleh Grayscale untuk dana Ethereum Trust.

Saham dana tersebut didasarkan pada pecahan ethereum, dan setiap saham mewakili 0,00963214 ETH. Ethereum Trust Grayscale pertama kali diperkenalkan pada Desember 2017, dan Arkham yakin perusahaan tersebut sekarang menjadi pemegang ETH terbesar kedua.

Melansir laman Bitcoin, Sabtu (2/9/2023), Arkham telah mengidentifikasi onchain Grayscale Ethereum Trust. Sekarang Arkham menjadi entitas ETH terbesar kedua secara global dengan USD 5 miliar dalam ETH. Hal ini belum pernah dilaporkan atau diidentifikasi secara publik sebelumnya.

"Dana Grayscale dibagi ke lebih dari 500 alamat, tidak ada satupun yang memiliki lebih dari USD 30 juta. Hal ini membuat proses identifikasi menjadi lebih sulit. Kami dapat mengidentifikasi alamat-alamat tersebut dengan menganalisis aktivitas dan melakukan referensi silang dengan saldo Grayscale yang dilaporkan secara publik," tulis Arkham dalam cuitannya pada platform X.

Meskipun Arkham mengklaim bahwa kepemilikan ini tidak pernah teridentifikasi, situs web Grayscale sendiri mengungkapkan bahwa Ethereum Trust-nya memiliki aset yang dikelola hampir USD 5,0 miliar.

Dengan demikian, tampaknya Arkham adalah orang pertama yang mengidentifikasi alamat tertentu yang terkait dengan dana tersebut dan bukan orang pertama yang menemukan saldo dana tersebut. Khususnya, tampaknya ada perbedaan yang signifikan antara data Arkham dan laporan Grayscale sendiri mengenai dana kripto lainnya.

 

2 dari 5 halaman

Kepemilikan Bitcoin

Sementara Grayscale mengatakan Bitcoin Trust-nya memiliki USD 16,3 miliar, Arkham melaporkan bahwa Grayscale hanya memiliki USD 92,1 juta dalam kepemilikan Bitcoin. Berbagai aset cryptocurrency lainnya juga terdaftar di profil Arkham untuk Grayscale.

Arkham sebelumnya mengidentifikasi Robinhood sebagai pemegang dompet Bitcoin terbesar ketiga (memiliki USD 3 miliar) dan dompet Ethereum terbesar kelima (berisi USD 2,5 miliar). Berbeda dengan penemuan-penemuan tersebut, temuan tentang Grayscale tidak menyangkut satu dompet kripto pun.

Selain itu, runtuhnya FTX, seorang peneliti OXT yang dikenal sebagai “Ergo” menerbitkan utas X yang menampilkan forensik onchain yang menunjukkan Coinbase Custody memiliki saldo 633,000 bitcoin yang kemungkinan besar milik Grayscale Bitcoin Trust (GBTC).

Pelabelan Arkham pada onchain Grayscale Ethereum Trust terjadi pada saat komunitas telah menunjukkan minat yang signifikan terhadap bitcoin raksasa dan bandar ethereum serta dompet teratas.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

3 dari 5 halaman

Robinhood Jadi Pemegang Bitcoin Terbesar Ketiga, Aset Tembus USD 3 Miliar dalam BTC

Sebelumnya, Robinhood, salah satu platform perdagangan kripto terkemuka, sekarang menjadi pemegang Bitcoin terbesar ketiga dengan BTC senilai lebih dari USD 3 miliar dalam satu dompet (wallet).

Data Arkham Intelligence menunjukkan posisi platform tersebut hanya satu urutan di belakang Binance dan Bitfiniex yang masing-masing mengempit USD 6,4 miliar dan USD 4,3 BTC dalam satu dompet.

Dompet milik Robinhood ini sebelumnya menjadi perbincangan di kalangan pengamat pasar dalam beberapa bulan terakhir karena identitas pemiliknya memicu kekhawatiran tentang siapa pemilik misterius bitcoin dalam jumlah besar.

Dalam beberapa bulan terakhir platform ini telah mentransfer lebih dari 118,30 BCT dari berbagai dompet kecil lainnya.

Semua kepemilikan ini disimpan di blockchain Bitcoin. Transaksi pertama dilakukan pada 8 Maret, setelah itu sejumlah besar bitcoin ditransfer hingga 14 Juli, menurut data dari BitInfoCharts.

Melansir CoinDesk, Selasa (29/8/2023), transfer tersebut memicu spekulasi mulai dari kepemilikan bitcoin milik raksasa keuangan BlackRock, yang mengajukan ETF Bitcoin awal tahun ini, hingga pertukaran kripto Gemini yang mengalihkan kepemilikan penggunanya ke dompet.

Robinhood melaporkan pendapatan perdagangan kripto hanya USD 31 juta pada kuartal kedua, turun 18 persen dari USD 38 juta pada kuartal pertama.

Angka tersebut merupakan 16 persen dari USD 193 juta pendapatan perdagangan di semua kategori, yang mengalami penurunan berurutan sebesar 7 persen, seperti yang dilaporkan sebelumnya.

4 dari 5 halaman

Asia Jadi Wilayah Paling Menguntungkan Bagi Penambang Bitcoin

Sebelumnya, menurut sebuah penelitian baru dari portal agregasi aset kripto Coingecko wilayah Asia secara keseluruhan memiliki biaya rata-rata penambangan bitcoin terendah bagi penambang tunggal. 

Dilansir dari Bitcoin.com, Kamis (24/8/2023), lonjakan harga energi akibat Covid, gelombang panas, dan perang di Ukraina membuat penambangan bitcoin sebagian besar tidak menguntungkan di Eropa. 

Seorang penambang tunggal akan membutuhkan rata-rata 266,000 kilowatt per jam (kWh) listrik untuk mencetak satu bitcoin dan prosesnya akan memakan waktu sekitar tujuh tahun untuk menyelesaikannya, sehingga memerlukan konsumsi listrik bulanan sekitar 143 kWh, menurut perkiraan para peneliti.

Meskipun masa-masa ketika bitcoin (BTC) dapat ditambang dengan daya minimal dan di komputer desktop sudah tidak ada lagi, para peneliti telah menganalisis biaya listrik rumah tangga di seluruh dunia untuk memberikan prospek bagi penambang tunggal yang beroperasi dalam jaringan terdesentralisasi.

Biaya rata-rata listrik rumah tangga yang dibutuhkan untuk menambang 1 bitcoin adalah USD 46.291 atau setara Rp 708,3 juta (asumsi kurs Rp 15.301 per dolar AS), 35 persen lebih tinggi dari harga harian rata-rata BTC pada Juli 2023.

Namun, perbedaan regional dalam biaya listrik rumah tangga di seluruh dunia sangatlah besar. Dengan biaya rata-rata USD 20.635 atau setara Rp 315,7 juta per bitcoin, Asia menjadi satu-satunya wilayah di mana rata-rata biaya listrik rumah tangganya menguntungkan penambangan Bitcoin.

5 dari 5 halaman

Eropa Menjadi Biaya Listrik Termahal untuk Penambang Bitcoin

Saat ini hanya 65 negara yang memberikan keuntungan bagi penambangan tunggal berdasarkan biaya listrik rumah tangga saja.

Hanya lima di antaranya berada di Eropa, yang memiliki rata-rata biaya listrik rumah tangga tertinggi, yaitu USD 85.767 atau setara Rp 1,3 miliar. 

Sembilan dari 10 negara paling tidak menguntungkan bagi penambang tunggal berada di wilayah tersebut, dengan biaya listrik untuk mencetak 1 BTC di Italia mencapai USD 208.560 atau setara Rp 3,1 miliar.

Video Terkini