Liputan6.com, Jakarta - Pasar kripto dan Bitcoin memasuki September dengan catatan bearish setelah mengalami penurunan pada Agustus. Sebagian besar kripto utama mengalami koreksi yang berkelanjutan dan kembali ke level support.
Dalam suasana tren penurunan secara keseluruhan, pelaku pasar harus merumuskan strategi yang tepat sebelum mempertimbangkan posisi baru. Memasuki awal September 2023, Bitcoin (BTC) merosot di bawah level support USD 26.000 atau setara Rp 396,3 juta (asumsi kurs Rp 15.242 per dolar AS).
Baca Juga
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, Indeks Fear and Greed melaporkan skor 40, menggambarkan kecemasan atau bahkan kepanikan dari banyak investor menghadapi penurunan ini.
Advertisement
“Sebelumnya, banyak pelaku pasar telah mengekspresikan kekhawatiran mengenai performa bitcoin pada September. Bulan ini tampaknya dianggap sebagai periode tersulit dalam setahun bagi Bitcoin,” kata Fyqieh dalam siaran pers, Senin (4/9/2023).
Pada akhir Agustus, pengembalian untuk BTC mencapai -11,31 persen, mendekati rata-rata dua tahun sebelum halving terakhir yang adalah -11,71 persen. Rata-rata pengembalian untuk BTC pada semua bulan September sebelum halving adalah -17,29 persen.
September Jadi Bulan Penuh Tantangan
Sejarah menunjukkan September seringkali menjadi bulan yang penuh tantangan bagi Bitcoin. Dalam tahun-tahun sebelumnya, September telah menyaksikan penurunan harga yang signifikan, dengan kerugian rata-rata sekitar 5-8 persen.
“Namun, ini bisa menjadi kesempatan terakhir untuk membeli Bitcoin atau menerapkan pendekatan DCA (dollar-cost averaging) dengan harga yang lebih rendah sebelum potensi tren bullish mengambil peran utama pada Oktober mendatang,” jelas Fyqieh.
Pada jangka pendek, termasuk pekan ini, pasar kripto dan Bitcoin mungkin mengalami ketidakmampuan untuk naik secara signifikan, cenderung bergerak datar, kecuali ada sentimen positif yang kuat. Meskipun begitu, di luar dinamika pasar, ada faktor pemicu yang berpotensi kuat untuk menghasilkan volatilitas dalam pasar kripto.
Sentimen Pemicu
Faktor pemicu tersebut adalah rilis data Consumer Price Index (CPI) atau data inflasi AS untuk Agustus, dijadwalkan pada 13 September, serta pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada 22 September mendatang.
“Saya meyakini bahwa dua minggu mendatang akan menjadi periode yang relatif tenang. Kemungkinan likuiditas pasar akan menurun, dan beberapa altcoin mungkin akan menunjukkan kinerja yang positif, terutama jika ada acara pendanaan (crowdfunding event),” tutur Fyqieh.
Khusus untuk BTC, meskipun tengah mengalami tren penurunan, masih terdapat sedikit harapan bagi Bitcoin ketika memasuki September. Ada kemungkinan terjadinya rebound, dengan harga berpotensi mencapai kembali level USD 27.150 atau setara Rp 413,9 juta, atau bahkan melampaui level tersebut dengan menciptakan sumbu naik.
Tetapi, jika pemulihan ini terjadi, investor harus tetap waspada. Karena bisa saja hal tersebut hanya merupakan reli bantuan dan bukan pemulihan yang sepenuhnya stabil.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Pasar Kripto Terjun Bebas, Masih Bisa Terus Turun pada September
Harga Bitcoin dan pasar kripto keseluruhan terpantau terjun bebas pada Jumat, 1 September 2023 usai SEC memutuskan menunda aplikasi ETF BTC spot dari enam perusahaan keuangan tradisional, termasuk BlackRock, Fidelity, dan Lainnya.
Tekanan harga pada Bitcoin ini kemungkinan kuat masih akan besar jelang akhir pekan. Sebenarnya, Bitcoin telah terlihat dalam tren menurun dalam rangkaian publikasi data perekonomian Amerika Serikat yang terjadi sejak kemarin, pasca lonjakan harga yang didorong kemenangan Grayscale.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan saat ini diprediksi Bitcoin akan lanjut bergerak turun pada awal September 2023.
“Sebelumnya, Amerika Serikat baru saja melakukan publikasi data prediksi pertumbuhan ekonomi kuartalannya yang tumbuh sekitar 2,1 persen. Angka ini lebih baik dari pertumbuhan sebelumnya, namun sayangnya lebih buruk dari prediksi pasar,” kata Fyqieh dalam siaran pers, Jumat (1/9/2023).
Data ini menjadi sentimen positif untuk Dolar AS sehingga terlihat menguat terhadap beberapa aset berisiko, termasuk kripto.
Data Inflasi AS
Selanjutnya, data terkait inflasi AS melalui data PCE atau Price Consumption Expenditure pada Juli naik 4,2 persen secara YoY sejalan dengan ekspektasi para analis.
Data ekonomi tetap penting untuk kripto karena investor menyesuaikan pandangan mereka mengenai prospek suku bunga, yang telah didorong oleh The Fed ke level tertinggi sejak Maret 2022.
Tanda-tanda perlambatan ekonomi dapat mendorong The Fed untuk menunda kenaikan suku bunga dan mungkin mempertimbangkan untuk memotong biaya pinjaman lebih cepat, menjadikan laporan pekerjaan atau Non-Farm Payroll (NFP) bulan Agustus pada hari Jumat (1/9) nanti malam sebagai fokus utama setelah laporan inflasi PCE.
“Data ini menjadi salah satu pertanda bagaimana kondisi inflasi di AS saat ini apakah masih buruk atau sudah mulai membaik. Prediksi saat ini adalah NFP masih akan naik sehingga dapat menjadi sentimen negatif untuk Dolar AS,” jelas Fyqieh.
Oleh karena itu, Fyqieh menyebut ada kemungkinan koreksi akan terjadi menuju batas bawah harga Bitcoin saat ini untuk kemudian naik kembali jika data NFP sesuai dengan prediksi dan dianggap oleh investor sebagai pertanda buruk bagi perekonomian AS.
Advertisement