Liputan6.com, Jakarta - Dalam surat baru-baru ini kepada investor yang diterbitkan sebuah perusahaan modal ventura, Pantera Capital memproyeksikan harga bitcoin (BTC) dapat melonjak hingga USD 147.843 atau setara Rp 2,2 miliar (asumsi kurs Rp 15.246 per dolar AS) per koin setelah halving pada 2024.
Pantera Capital, yang berfokus pada aset mata uang kripto dan investasi teknologi blockchain, mengantisipasi harga BTC akan berkisar di sekitar USD 35.448 atau setara Rp 540,4 juta per koin sebelum melonjak 317 persen ke wilayah enam digit setelah halving.
Baca Juga
“Halving pada 2020 mengurangi pasokan bitcoin baru sebesar 43 persen dibandingkan halving sebelumnya. Dampaknya terhadap harga sebesar 23 persen,” kata Pantera, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (5/9/2023).
Advertisement
Pantera Capital menambahkan, jika sejarah terulang kembali, halving berikutnya akan membuat bitcoin naik menjadi USD 35.000 sebelum halving dan USD 148.000 setelahnya.
Pantera menjelaskan pihaknya memanfaatkan model harga S2F untuk memfasilitasi proyeksi tren harga. Model berbasis teori kuantitas mempertimbangkan penilaian bitcoin terhadap kelangkaannya dengan membandingkan keseluruhan stoknya (pasokan yang beredar) dengan aliran produksi tahunannya (koin yang baru dibuat).
Hal ini menunjukkan ketika tingkat penerbitan BTC menurun melalui halving berturut-turut, maka BTC menjadi semakin langka dan oleh karena itu semakin besar kemungkinan nilainya akan terapresiasi seiring berjalannya waktu.
Namun demikian, banyak pendukung BTC memandang model ini dengan skeptis setelah beberapa prediksi gagal dalam dua tahun terakhir.
Prediksi Harga Bitcoin Lainnya
Prospek harga pasca-halving Pantera sejalan dengan beberapa perkiraan lain yang memasukkan halving sebagai faktor yang berkontribusi terhadap penilaian BTC secara keseluruhan.
Fundstrat, dalam catatan investor yang diterbitkan beberapa minggu lalu, memvalidasi ekspektasinya terhadap harga USD 180.000 atau setara Rp 2,7 miliar setelah halving.Demikian pula, Blockware Solutions berspekulasi pada 18 Agustus 2023, bitcoin berpotensi mencapai USD 400.000 atau setara Rp 6 miliar setelah Halving.
Pada akhir 2024, Matrixport memperkirakan nilai BTC sebesar USD 125.000 atau setara Rp 1,9 miliar, sementara raksasa keuangan Standard Chartered memproyeksikan usd 120.000 atau setara Rp 1,8 miliar pada akhir 2024.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Bandar Bitcoin Akumulasi Aset hingga USD 1,5 Miliar saat Harga Berfluktuasi
Sebelumnya, investor besar bitcoin (BTC), atau biasa dijuluki Whale, tampaknya tidak terpengaruh oleh pelemahan harga baru-baru ini. Bahkan mereka secara substansial meningkatkan kepemilikan.
Whale adalah entitas yang mengendalikan aset digital dalam jumlah besar. Pembelian dan penjualan mereka dapat memberikan dampak yang cukup besar pada pasar, sehingga pengamat kripto memantau dengan cermat perilaku mereka untuk mengantisipasi pergerakan pasar.
Data oleh perusahaan analisis kripto IntoTheBlock menunjukkan bahwa alamat yang menyimpan setidaknya 0,1 persen dari pasokan bitcoin yang bernilai lebih dari USD 500 juta, meningkatkan simpanan mereka dengan total USD 1,5 miliar dalam dua minggu terakhir pada Agustus. Peningkatan tersebut terjadi ketika arus masuk ke bursa terpusat mendekati nol.
"Itu menunjukkan bahwa ada permintaan pembelian organik, bukan hanya dana yang berpindah ke alamat bursa,” tulis Lucas Outumuro, kepala penelitian di IntoTheBlock, dalam sebuah laporan, dikutip dari laman Coindesk, Sabtu (2/9/2023).
Pembelian tersebut terjadi pada periode ketika harga Bitcoin merosot ke level terendah dalam dua bulan. Pemegang saham besar pertama kali melakukan investasi setelah 17 Agustus, ketika BTC anjlok lebih dari 10 persen hingga di bawah USD 26.000, harga terendah sejak Juni, menurut data IntoTheBlock.
Meningkatkan Kepemilikan
Mereka juga meningkatkan kepemilikan awal pekan ini menyusul kemenangan pengadilan manajer aset Grayscale atas Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).
Pengadilan banding federal memerintahkan badan tersebut untuk mengosongkan dan meninjau penolakannya untuk mengubah Grayscale Bitcoin Trust senilai USD 14 miliar menjadi ETF bitcoin spot yang lebih diinginkan.
Para analis menafsirkan putusan pengadilan tersebut sebagai kemajuan penting menuju pencatatan ETF BTC pertama di AS, menjadikan mata uang kripto terbesar ini lebih mudah diakses oleh kelas investor baru. Namun, BTC telah menghapus semua keuntungan dari reli singkat yang dipicu oleh keputusan Grayscale dan turun kembali di bawah USD 26.000 pada Jumat.
Advertisement