Liputan6.com, Jakarta Perusahaan keamanan Blockchain ImmuneFi melaporkan jumlah insiden peretasan kripto melonjak 153 persen pada kuartal ketiga dibandingkan 2022, dengan jumlah insiden melonjak menjadi 76 di dari hanya 30 pada periode yang sama tahun lalu.
Kerugian akibat peretasan dan penipuan meningkat menjadi lebih dari USD 685 juta atau setara Rp 10,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.540 per dolar AS) pada kuartal tiga, meningkat 60 persen dari sekitar USD 429 juta atau setara Rp 6,66 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
“Kuartal 3 mengalami kerugian tertinggi tahun ini, didorong oleh serangan skala besar seperti yang terjadi pada Mixin Network dan Multichain,” kata CEO ImmuneFi, Mitchell Amador dalam laporan, dikutip dari Crypto Briefing, Jumat (6/10/2023).
Advertisement
Amador menambahkan, aktor-aktor yang didukung negara memainkan peran penting karena mereka diduga berada di balik beberapa kasus pada kuartal ini.
Dua eksploitasi terbesar baru-baru ini yaitu peretasan Mixin Network senilai USD 200 juta atau setara Rp 3,1 triliun dan peretasan Multichain senilai USD 126 juta atau setara Rp 1,9 triliun menyumbang hampir setengah dari total kerugian pada kuartal tersebut.
Para pejabat Korea Selatan menyalahkan peretasan Mixin pada peretas yang disponsori Korea Utara yang dikenal sebagai Lazarus Group. Grup Lazarus juga diduga berada di balik peretasan besar-besaran terhadap bursa kripto CoinEx, Alphapo, dan Stake serta perusahaan pembayaran digital CoinsPaid selama kuartal tersebut.
Lonjakan insiden ini menyoroti meningkatnya kecanggihan kelompok peretas yang menargetkan proyek-proyek blockchain, serta kompleksitas kode kontrak pintar yang mendasari banyak aplikasi DeFi.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.