Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa hari pada awal Oktober 2023, bitcoin (BTC) mengalami gejolak harga yang signifikan. Namun, memasuki pekan kedua Oktober harga Bitcoin lainnya dan kripto keseluruhan alami penurunan.
Penurunan ini sedikit menimbulkan kekhawatiran akan pertanda momen "Uptober" yang mungkin belum terjadi dalam waktu dekat. Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan saat ini hanya ada sedikit katalis yang dapat menggerakan Bitcoin lebih tinggi.
Baca Juga
Fyqieh menyebut penurunan dapat disimpulkan adanya lonjakan imbal hasil obligasi (treasury yields) AS yang membuat dolar naik, sehingga mengurangi permintaan akan investasi berisiko. Selain itu, kekhawatiran terkait dengan peluncuran ETF Ethereum Futures yang kurang memuaskan dari sisi volume perdagangan transaksi.
Advertisement
“Kinerja yang kurang impresif dari ETF Ether ini mungkin telah memadamkan harapan terkait aliran masuk dana ke ETF Bitcoin spot di masa depan. Selain itu, masih ada ketidakpastian yang menggantung seputar waktu dan peluang persetujuan dari SEC untuk produk-produk tersebut,” kata Fyqieh dalam siaran pers, dikutip Senin (9/10/2023).
Kebijakan The Fed
Fyqieh menambahkan, kepercayaan investor pada Bitcoin telah terguncang oleh peristiwa di dunia keuangan konvensional, terutama berkaitan dengan kebijakan The Fed Amerika Serikat.
Data terbaru tentang pasar tenaga kerja AS yang dirilis pada 3 Oktober menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah lowongan pekerjaan, yang pada gilirannya meningkatkan ekspektasi terkait kemungkinan tindakan kontraktif dari The Fed.
Menuju Perdagangan Baru
Ketua The Fed, Jerome Powell, sebelumnya telah meramalkan kemungkinan respons kebijakan moneter jika situasi pasar tenaga kerja tidak membaik. Akibatnya, para pelaku pasar sekarang memperkirakan peluang kenaikan suku bunga sebesar 30 persen pada pertemuan bulan November, yang merupakan lonjakan dari angka 16 persen hanya satu minggu sebelumnya, menurut data dari CME FedWatch Tool.
Meski melemah, tapi Bitcoin sudah mulai bergerak menuju bulan perdagangan baru setelah mengalahkan sejarah pada bulan lalu, mengungguli S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average yang naik pada September pertama dalam tujuh tahun. Sejarah menunjukkan bahwa kinerja yang lebih baik dapat berlanjut pada bulan Oktober.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Binance Berancang-ancang Hapus Perdagangan Stablecoin di Eropa, Ada Apa?
Sebelumnya diberitakan, seorang eksekutif Binance mengatakan perusahaan berencana untuk menghapus stablecoin di pasar Eropa pada Juni 2024 untuk mematuhi standar yang ditetapkan oleh Uni Eropa.
Kepala hukum di Binance France, Marina Parthuisot menjelaskan karena belum ada proyek yang disetujui, perusahaan akan menghapus semua stablecoin di Eropa pada 30 Juni 2024.
Langkah ini menyusul disahkannya peraturan kripto penting Eropa, undang-undang Pasar dalam Aset Kripto (MiCA), yang terjadi awal tahun ini pada Juni. Ketentuan undang-undang untuk stablecoin akan mulai berlaku setahun kemudian, pada Juni 2024.
Namun, Binance telah berubah pikiran sebelumnya mengenai penghapusan aset. Pada 26 Juni, mereka membatalkan keputusannya untuk menghapus koin privasi di Eropa karena adanya revisi operasinya untuk mematuhi standar Uni Eropa dan juga setelah mendengar masukan dari komunitasnya dan berbagai proyek.
“Hal ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap pasar di Eropa dibandingkan dengan negara lain di dunia,” kata Parthuisot, dikutip dari Cointelegraph, Senin (25/9/2023).
Mengenai masalah stablecoin, pengacara yang mengikuti situasi seputar undang-undang UE yang baru berkomentar pada Juli batasan transaksi stablecoin dapat menahan adopsi kripto di Eropa.
Di bawah aturan MiCA, akan ada batasan USD 216 juta atau setara Rp 3,3 triliun (asumsi kurs Rp 15.408 per dolar AS) yang dikenakan pada stablecoin, termasuk Tether USDT dan USDC.
Keputusan Binance untuk menghapus stablecoin demi mematuhi MiCA bukanlah satu-satunya contoh perubahan atas nama kepatuhan. Perusahaan dan negara telah beralih untuk memenuhi standar baru.
Banyak Warga Brasil Beralih ke Stablecoin, Ada Apa?
Sebelumnya diberitakan, popularitas stablecoin di Brasil melonjak karena investor dan perusahaan mencari perlindungan selain dolar Amerika Serikat (AS) untuk melakukan lindung nilai terhadap volatilitas pasar aset.
Eksekutif dari beberapa bursa kripto telah menyatakan permintaan stablecoin telah meroket sejak 2022, dan meledak selama bulan-bulan terakhir 2022.
CEO Coinext, sebuah bursa kripto nasional, Jose Artur Ribeiro mengatakan kepada surat kabar lokal Brasil. O'Globo tentang manfaat penggunaan stablecoin, dibandingkan menggunakan dolar AS di rekening bank.
“Stablecoin tidak membayar biaya administrasi atau kinerja. Mereka yang tahu bagaimana mengelola uang lebih suka menyerahkan manajemen kepada diri mereka sendiri. Dan stablecoin memiliki pasar yang benar-benar likuid yang bekerja 24 jam sehari yang mencerminkan harga pasar,” jelas Ribeiro, dikutip dari Bitcoin.com, Minggu (8/10/2023).
Di sisi lain, CEO pertukaran kripto Bitso, Thales Freitas mengindikasikan volume perdagangan stablecoin tumbuh sebesar 85 persen pada 2022 dan platform tersebut telah mengamati minat yang lebih besar dari orang Brasil untuk aset cryptocurrency ini.
Dia menjelaskan perusahaan kecil dan menengah, dan individu yang pergi ke luar negeri, adalah yang mendorong permintaan stablecoin.
Advertisement
USDT Tether di Antara Koin Pilihan
Ribeiro menambahkan USDT, stablecoin yang dipatok dalam dolar yang dikeluarkan oleh Tether, adalah salah satu aset yang mencatat peningkatan signifikan dalam volume perdagangannya.
USDT secara konsisten menempati peringkat teratas di antara aset cryptocurrency dalam hal nilai bergerak, menurut angka yang dirilis oleh Otoritas Pajak Brasil (RFB), yang menerima laporan transaksi yang dilakukan oleh bursa nasional.
Perusahaan pihak ketiga telah berupaya mengintegrasikan USDT dengan sistem pembayaran tradisional di Brasil. Pada Oktober 2022, Smartpay, sebuah perusahaan teknologi kripto, bermitra dengan Tecban, penyedia ATM, untuk menyediakan USDT Tether di 24.000 ATM di seluruh Brasil.