Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pendiri dan mantan CEO perusahaan kripto Voyager Digital, Stephen Ehrlich melanggar aturan derivatif saat memimpin perusahaan, yang menyebabkan kebangkrutan dan kerugian pelanggan sebesar USD 1,7 miliar atau setara Rp 26,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.742 per dolar AS).
Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi AS (CFTC) mengajukan gugatan terhadap Ehrlich di pengadilan federal AS di New York, mengklaim dia dan Voyager secara curang meminta partisipasi dalam dan mengoperasikan platform perdagangan dan penyimpanan aset digital.
Baca Juga
Agensi tersebut menuduh perusahaan tersebut memikat pelanggan dengan janji pengembalian sebesar 12 persen pada kepemilikan kripto tertentu dan membuat pernyataan menyesatkan tentang keamanan platform.
Advertisement
“Melalui bujukan tersebut, Voyager memfasilitasi transaksi senilai miliaran dolar yang melibatkan aset digital yang merupakan komoditas, termasuk Bitcoin dan USD Coin Circle,” kata CFTC, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (13/10/2023).
Voyager Digital adalah salah satu perusahaan kripto yang bangkrut akibat kekacauan kripto pada 2022. Industri ini masih belum pulih dari kekacauan yang berpuncak pada runtuhnya raksasa perdagangan kripto FTX. Pengadilan pidana terhadap salah satu pendiri FTX, Sam Bankman-Fried, dimulai minggu lalu di New York.
Secara terpisah, Ehrlich juga digugat oleh Komisi Perdagangan Federal karena diduga membuat klaim palsu tentang ketersediaan perlindungan Federal Deposit Insurance Corp kepada mantan pelanggan Voyager.
FTC mengatakan dalam rilis berita Ehrlich meyakinkan pelanggan simpanan mereka aman bahkan ketika perusahaan tersebut mendekati kebangkrutan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Regulator AS Pertimbangkan Hukuman terhadap Mantan CEO Voyager
Sebelumnya diberitakan, Penyelidik di divisi penegakan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas Amerika Serikat (AS) atau the US Commodity Futures Trading Commission’s menyimpulkan kalau salah satu pendiri Voyager Digital Stephen Ehrlich telah melanggar peraturan derivatif. Hal ini terjadi sebelum pemberi pinjaman kripto yang gagal itu jatuh ke dalam kebangkrutan.
Dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (8/10/2023), regulator menuduh Stephen Ehrlich melanggar peraturan dengan menyesatkan pelanggan tentang keamanan aset setelah penyelidikan atas tindakan Voyager. Demikian laporan Bloomberg yang mengutip sejumlah sumber yang mengetahui masalah tersebut.
“Setelah habiskan hampir seluruh karier saya bekerja di pasar yang diatur, termasuk lebih dari 10 tahun di perusahaan publik, saya tidak pernah memiliki satu pun cacat dalam catatan saya,” ujar Ehrlich.
Ia menambahkan kalau dirinya digunakan sebagai “kambing hitam” bagi tindakan buruk orang lain di perusahaan yang berbeda.
Voyager mengajukan kebangkrutan pada Juli tahun lalu, dan menjadi korban dari jatuhnya harga secara dramatis yang mengguncang sektor kripto.
Voyager telah kehilangan nilai yang signifikan selama musim dingin kripto di seluruh industri yang disebabkan oleh runtuhnya stablecoin Terra Luna pada Mei 2022 dan menghentikan pelanggan untuk menarik kriptonya sesaat sebelum pengajuan kebangkrutannya.
“Sejujurnya kita semua ditipu bersama-sama,” ujar Ehrlich yang mengacu pada tindakan pihak lain di industri kripto.
Selain itu, ia memuji tim Voyager yang membangun bisnis paling etis. “Saya berharap dapat dibenarkan di pengadilan,” ia menambahkan.
Laporan Bloomberg mengatakan, Komisi CFTC kini melakukan pemungutan suara untuk menyetujui tindakan penegakan hukum terhadap Ehrlich dalam beberapa hari. CFTC tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.
Advertisement
Hasil Studi: 69 Persen Investor Kripto Membeli Meme Coin Hanya Untuk Kesenangan
Sebelumnya diberitakan, sebuah studi baru yang dilakukan pada Mei 2023 berupaya mengungkap wawasan, perspektif, dan pandangan tentang koin meme dari investor kripto di seluruh dunia.
Dilansir dari Bitcoin.com, Selasa (1/8/2023), survei online terhadap 1.503 peserta bertujuan untuk mengukur potensi koin meme di pasar mata uang kripto. Itu mengungkapkan beberapa temuan tentang sentimen, perilaku, dan persepsi investor seputar aset digital unik ini.
Studi oleh chainplay berjudul "State of Meme Coin" mengungkapkan kesenjangan antara 63,9 persen investor telah membeli koin meme dan 36,1 persen investor menghindari meme coin.
Dari investor yang membeli meme coin, mayoritas atau setara 69 persen melakukannya untuk bersenang-senang. Namun, 79 persen masih menganggapnya sebagai investasi jangka panjang dengan potensi keuntungan, meskipun 70 persen lainnya menduga sebagian besar koin meme adalah penipuan. Selain itu, 73 persen menyamakan investasi koin meme dengan perjudian belaka.
Dalam studi tersebut, satu dari lima investor cryptocurrency yang disurvei secara global mengatakan mereka diperkenalkan ke mata uang digital karena koin meme.
Dari mereka yang membelinya, 32 persen memiliki pengalaman kurang dari satu tahun di pasar. Ini menunjukkan hype seputar koin meme menarik beberapa pendatang baru, meskipun itu bukan titik masuk yang dominan.
Saat ini, koin meme terkemuka, diukur dengan kapitalisasi pasar, memiliki nilai bersih gabungan melebihi USD 17 miliar atau setara Rp 256,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.107 per dolar AS).
Di antara banyaknya meme coin, Dogecoin masih menjadi juara secara pertumbuhan dan kapitalisasi pasar. Shiba inu (SHIB) juga mengalami pertumbuhan, meskipun pada tingkat yang lebih rendah yaitu 1,6 persen.
Pada 27 Juli 2023, pasar koin meme melaporkan USD 904,36 juta atau setara Rp 13,6 triliun dalam volume perdagangan 24 jam di seluruh dunia.
Adu Meme Coin, Bisakah PEPE Coin Menggulingkan DOGE Coin?
Sebelumnya diberitakan, harga Dogecoin (DOGE) telah gagal mencatatkan pengembalian berarti untuk pemegang aset jangka panjangnya, meskipun musim koin meme sedang berlangsung.
Sementara banyak koin meme baru melonjak akhir-akhir ini, harga DOGE tetap sideways. Namun, analisis terbaru menunjukkan bahwa memecoin terbesar itu mungkin bersiap untuk pergerakan bullish besar-besaran.
Melansir Investing Cube, Jumat (5/5/2023), harga DOGE telah diperdagangkan sideways selama dua minggu terakhir. Harga berkonsolidasi di bawah level resistensi utama yang sangat memprihatinkan bagi pemegang saham jangka pendek. Pada perdagangan Kamis, harga turun 0,49 persen karena volatilitas meningkat setelah kenaikan suku bunga 25 bps kemarin.
Untuk pertama kalinya sejak 2021, koin meme kembali mendapatkan daya tarik. Koin meme baru bermunculan setiap hari karena meningkatnya minat investor pada kelas aset berisiko. Di antara koin-koin ini, koin PEPE muncul sebagai cryptocurrency paling populer. PEPE coin diluncurkan pada April lalu dan menjadi koin meme terbesar ke-3 berdasarkan kapitalisasi pasar hanya dalam waktu dua minggu.
Meningkatnya popularitas PEPE telah menjadi penyebab kekhawatiran bagi pemegang DOGE karena harga Dogecoin tidak sesuai dengan hype. Namun demikian, DOGE masih tetap menjadi memecoin terbesar. Melansir data CoinGecko, kapitalisasi pasar PEPE coin saat ini tercatat sebesar USD 930,8 juta. Berada di bawah Dogecoin dan Shiba Inu dengan kapitalisasi pasar masing-masing USD 10,96 miliar dan USD 5,87 miliar.
Dalam 24 jam terakhir hingga pukul 11.00 WIB, Dogecoin terkoreksi 1 persen ke level USD 0,0787, Shiba Inu terkoreksi 1,3 persen ke level 0.00000996, sementara Pepe Coin naik 85,2 persen ke level 0.00000220. Dalam sepekan, PEPE memimpin penguatan dengan kenaikan hingga 709,9 persen. Sementara Dogecoin dan Shiba Inu masing-masing turun 1,9 persen dan 3,3 persen pada periode yang sama.
Advertisement