Liputan6.com, Jakarta - Saham pertukaran kripto Robinhood Markets Inc jatuh setelah perusahaan melaporkan pendapatan yang meleset dari perkiraan. Hal ini karena volume cryptocurrency yang menurun menyeret pendapatan berbasis transaksinya.
Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (9/11/2023), pendapatan berbasis transaksi turun 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi USD 185 juta atau setara Rp 2,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.619 per dolar AS), sebagian besar disebabkan oleh lebih rendahnya volume nosional kripto yang turun 55 persen pada tahun ini, Robinhood mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Perusahaan melaporkan pendapatan bersih sebesar USD 467 juta atau setara Rp 7,2 triliun , yang meleset dari estimasi rata-rata analis sebesar USD 478,9 juta atau setara Rp 7,4 triliun tetapi merupakan lonjakan 29 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Advertisement
Pelopor aplikasi perdagangan bebas komisi ini juga mengatakan pihaknya berencana untuk meluncurkan perdagangan kripto di Uni Eropa dan operasi pialang Inggris dalam beberapa minggu mendatang, seiring dengan upayanya untuk melakukan ekspansi global, menurut pernyataan itu.
Robinhood memungkinkan pengguna untuk memperdagangkan beberapa mata uang kripto, termasuk token Bitcoin, Ethereum, Dogecoin, dan Shiba Inu, menurut situs webnya.
Melayani pedagang kecil, perusahaan ini mendapat manfaat dari gelombang investasi kripto selama pandemi tetapi antusiasme tersebut telah memudar menyusul serangkaian kegagalan besar.
Pada Juni, Robinhood mengatakan akan menghapus tiga token dari platform perdagangan kripto yaitu Solana, Cardano atau Polygon setelah tindakan keras peraturan tingkat tinggi di beberapa bursa industri terbesar.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Robinhood Jadi Pemegang Bitcoin Terbesar Ketiga, Aset Tembus USD 3 Miliar dalam BTC
Sebelumnya diberitakan, Robinhood, salah satu platform perdagangan kripto terkemuka, sekarang menjadi pemegang Bitcoin terbesar ketiga dengan BTC senilai lebih dari USD 3 miliar dalam satu dompet (wallet).
Data Arkham Intelligence menunjukkan posisi platform tersebut hanya satu urutan di belakang Binance dan Bitfiniex yang masing-masing mengempit USD 6,4 miliar dan USD 4,3 BTC dalam satu dompet.
Dompet milik Robinhood ini sebelumnya menjadi perbincangan di kalangan pengamat pasar dalam beberapa bulan terakhir karena identitas pemiliknya memicu kekhawatiran tentang siapa pemilik misterius bitcoin dalam jumlah besar.
Dalam beberapa bulan terakhir platform ini telah mentransfer lebih dari 118,30 BCT dari berbagai dompet kecil lainnya.
Semua kepemilikan ini disimpan di blockchain Bitcoin. Transaksi pertama dilakukan pada 8 Maret, setelah itu sejumlah besar bitcoin ditransfer hingga 14 Juli, menurut data dari BitInfoCharts.
Melansir CoinDesk, Selasa (29/8/2023), transfer tersebut memicu spekulasi mulai dari kepemilikan bitcoin milik raksasa keuangan BlackRock, yang mengajukan ETF Bitcoin awal tahun ini, hingga pertukaran kripto Gemini yang mengalihkan kepemilikan penggunanya ke dompet.
Robinhood melaporkan pendapatan perdagangan kripto hanya USD 31 juta pada kuartal kedua, turun 18 persen dari USD 38 juta pada kuartal pertama.
Angka tersebut merupakan 16 persen dari USD 193 juta pendapatan perdagangan di semua kategori, yang mengalami penurunan berurutan sebesar 7 persen, seperti yang dilaporkan sebelumnya.
Advertisement
Pendapatan Pertukaran Kripto Robinhood Turun 18 Persen
Sebelumnya diberitakan, platform perdagangan kripto Robinhood (HOOD) melaporkan pendapatan perdagangan kripto sebesar USD 31 juta atau setara Rp 472 miliar (asumsi kurs Rp 15.227 per dolar AS) pada kuartal kedua 2023, turun 18 persen dari USD 38 juta atau setara Rp 578,6 miliar pada kuartal pertama.
Dilansir dari CoinDesk, Minggu (13/8/2023), angka pendapatan perdagangan kripto dari USD 31 juta di kuartal dua 2023 adalah 16 persen dari USD 193 juta atau setara Rp 2,9 triliun pendapatan perdagangan di semua kategori, yang mengalami penurunan berurutan sebesar 7 persen.
Perusahaan juga melaporkan memiliki aset kripto senilai USD 11,5 juta atau setara Rp 175,1 miliar yang ditahan, jumlah yang sama seperti yang ditahan pada akhir kuartal pertama.
Pada Juni, Robinhood mengakhiri dukungan untuk semua token yang disebut sebagai sekuritas dalam tuntutan hukum SEC terhadap pertukaran kripto Binance dan Coinbase.
Token tersebut adalah Cardano (ADA), Polygon (MATIC) dan Solana (SOL). Platform perdagangan saat ini menawarkan perdagangan untuk 15 mata uang kripto yang berbeda, termasuk bitcoin (BTC), ether (ETH), dogecoin (DOGE) dan avalanche (AVAX).
Secara keseluruhan untuk kuartal kedua, Robinhood melaporkan laba per saham sebesar USD 0,03 atau setara Rp 456,81 dengan pendapatan sebesar USD 486 juta atau setara Rp 7,4 triliun, di depan perkiraan analis untuk kerugian sebesar USD 0,01 atau setara Rp 152,27 per saham dengan pendapatan sebesar USD 473 juta atau setara Rp 7,2 triliun.