Liputan6.com, Jakarta - Bank yang didukung Warren Buffett, Nubank berkolaborasi dengan perusahaan kripto Circle dan Talos untuk meningkatkan akses dan adopsi kripto di Brasil. Nubank Cripto telah menambahkan 11 opsi cryptocurrency baru ke platform tahun ini.
Nubank adalah salah satu bank fintech terbesar di Amerika Latin, dengan 80,4 juta pelanggan di Brasil, 1,51 juta klien di Meksiko dan Kolombia, dan pendapatan sebesar USD 1,69 miliar atau setara Rp 26,2 triliun (asumsi kurs Rp 15.540 per dolar AS).
Baca Juga
Bank digital ini didukung oleh investor termasuk Berkshire Hathaway dari Warren Buffett dan Softbank Group Corp. Dengan terdaftarnya USDC, Nubank Crypto telah menambahkan total 11 opsi mata uang kripto baru ke platform sepanjang 2023.
Advertisement
Bank tersebut sekarang memiliki 15 aset digital sebagai alternatif selain Nucoin, token utilitas untuk program loyalitas.
CEO dan salah satu pendiri Circle, Jeremy Allaire menjelaskan kemitraannya dengan Nubank bertujuan untuk meningkatkan akses dolar digital di Brasil. Dukungan USDC pada awalnya akan diluncurkan sebagai bagian dari Nubank Cripto, memberikan penggunanya di Brasil akses untuk membeli dan menyimpan dolar digital.
“Kami terus melihat permintaan yang kuat di seluruh Amerika Latin terhadap akses terhadap dolar, khususnya di Brasil, yang telah muncul sebagai kekuatan pendorong penggunaan dan adopsi mata uang digital di wilayah tersebut,” kata Allaire, dikutip dari Bitcoin.com, Jumat (8/12/2023).
Saat ini, Jaringan Penyedia Talos, yang terdiri dari lebih dari 60 mitra untuk aktivitas perdagangan mata uang kripto, termasuk Chicago Mercantile Exchange dan Chicago Board Options Exchange di antara anggotanya.
Melalui layanan Talos, Nubank akan memiliki kemampuan untuk mendapatkan likuiditas dari penyedia lokal dalam pasangan riil asli Brasil serta dari mitra global untuk pasangan dolar AS dan juga pertukaran token ke token yang meningkatkan kemampuan untuk memberikan eksekusi harga terbaik kepada pelanggan Nubank.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Warren Buffett Cuan Rp 3,9 Triliun dari Investasi di Fintech Kripto Nubank
Sebelumnya diberitakan, investor ternama Warren Buffett yang juga seorang pengkritik mata uang kripto telah memperoleh keuntungan besar dari investasinya di Nubank, sebuah lembaga keuangan dengan berbagai layanan terkait mata uang kripto.
Dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (8/11/2023), pada 2021, perusahaan Buffett, Berkshire Hathaway, membeli 107 juta saham Nu Holdings, perusahaan induk Nubank, dengan total investasi USD 750 juta atau setara Rp 11,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.645 per dolar AS).
Sejak itu, belum ada satu pun saham yang terjual. Harga saham Nu melonjak 106 persen sejak investasi tersebut, Nubank mencapai nilai puncak lebih dari satu miliar dolar pada Februari 2022. Kenaikan harga saham ini memungkinkan Buffett memperoleh keuntungan kertas sekitar USD 250 juta atau setara Rp 3,9 triliun.
Nubank adalah platform fintech terkemuka di Amerika Selatan, melayani lebih dari 85 pelanggan di seluruh Brasil, Kolombia, dan Meksiko, serta layanan terkait kripto kepada lebih dari 1,35 juta pelanggan.
Layanan ini mencakup platform keuangan digital untuk memperdagangkan Bitcoin dan Ethereum, platform perdagangan dengan produk ETF Bitcoin, dan token loyalitas Nubank yang berjalan di blockchain Polygon.
Sebagai salah satu orang terkaya di dunia, Buffett sering menjadi subjek wawancara mengenai pendapatnya mengenai perekonomian, inovasi baru, dan peristiwa dunia yang lebih luas.
Dia sering ditanya tentang Bitcoin dan mata uang kripto karena dia adalah seorang kritikus vokal yang mempertanyakan nilai dan masa depannya sebagai mata uang global.
Advertisement
Bank Sentral Inggris Usulkan Peraturan Lebih Ketat untuk Stablecoin
Sebelumnya diberitakan, stablecoin telah mendapatkan daya tarik yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir karena potensinya dalam mengurangi volatilitas yang sering dikaitkan dengan mata uang kripto seperti Bitcoin.
Dilansir dari Coinmarketcap, Kamis (7/12/2023), ada kekhawatiran mengenai stabilitas dan keamanan Stablecoin telah mendorong badan pengawas di seluruh dunia untuk mempertimbangkan kembali pendirian mereka mengenai penerbitan dan pengelolaannya.
Proposal baru Bank Sentral Inggris (BoE) mencerminkan sentimen hati-hati yang diungkapkan oleh Federal Reserve awal tahun ini ketika memperingatkan terhadap model bisnis stablecoin tertentu.
Model yang dimaksud melibatkan stablecoin yang didukung oleh sekumpulan aset, termasuk mata uang tradisional dan sekuritas. Sedangkan pendekatan ini bertujuan untuk menjaga kestabilan nilai mata uang digital. Hal ini juga menimbulkan kompleksitas dan potensi risiko yang dianggap mengkhawatirkan oleh regulator.
Inti masalahnya terletak pada sifat stablecoin yang didukung aset ini, di mana penerbitnya memiliki cadangan aset untuk menjamin nilai stablecoin tersebut.
Proposal Bank Sentral Inggris berupaya untuk memperketat pengawasan peraturan terhadap penerbit stablecoin dengan mewajibkan persyaratan cadangan dan praktik manajemen risiko yang lebih ketat.
Peraturan yang diusulkan akan menuntut peningkatan transparansi dari penerbit stablecoin mengenai komposisi cadangan aset mereka. BoE berpatokan terhadap mata uang tradisional tetap aman.
Selain itu, BoE bertujuan untuk menerapkan stress test dan audit rutin untuk menilai ketahanan penerbit stablecoin terhadap fluktuasi pasar. Sementara beberapa pihak berpendapat peraturan yang diusulkan ini merupakan langkah penting untuk menjaga stabilitas keuangan.
Regulator Global Sebut Bank Harus Ungkap Eksposur Kripto pada 2025
Sebelumnya diberitakan, rancangan terbaru panduan yang diterbitkan oleh pembuat standar internasional Komite Basel untuk Pengawasan Perbankan mengharuskan bank mengungkapkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang aktivitas kripto.
Rencana tersebut menambah persyaratan modal besar dan kuat yang telah diberlakukan oleh komite untuk mencegah bank memegang kripto yang tidak didukung seperti bitcoin (BTC) dan ether (ETH) menyusul gejolak yang mempengaruhi pemberi pinjaman terkait kripto seperti Signature Bank dan Silicon Valley Bank.
Berdasarkan proposal tersebut, yang akan berlaku pada 2025, bank akan diminta untuk mengungkapkan informasi kualitatif tentang aktivitas mereka terkait dengan aset kripto dan informasi kuantitatif mengenai eksposur terhadap aset kripto.Tak hanya itu, bank juga harus mengungkapkan persyaratan modal dan likuiditas terkait kripto.
“Format pengungkapan yang umum akan mendukung penerapan disiplin pasar dan membantu mengurangi asimetri informasi antara bank dan pelaku pasar,” kata Komite Basel, dikutip dari CoinDesk, Rabu (8/11/2023).
Rencana tersebut telah disetujui dua minggu lalu oleh komite tersebut, yang menetapkan norma bagi pemberi pinjaman keuangan tradisional yang dirancang untuk menghindari terulangnya krisis keuangan pada 2008, dan terbuka untuk konsultasi hingga Januari 2024.
Advertisement