Liputan6.com, Jakarta - Prediksi pasar terbaru dari Matrixport mengungkapkan persetujuan ETF Bitcoin Spot oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS(SEC) akan membuat harga Bitcoin melonjak menjadi USD 50.000 atau setara Rp 775,1 juta (asumsi kurs Rp 15.503 per dolar AS) pada Januari 2024.
Matrixport, seperti banyak perusahaan sejenis lainnya, mengatakan pihaknya melihat persetujuan ETF Bitcoin Spot oleh SEC sebagai salah satu peristiwa penting yang diperkirakan memicu reli bitcoin.
Baca Juga
Matrixport berpendapat tidak seperti tahun lalu ketika sentimen bearish merajalela, situasi saat ini tidak akan membuat investor institusional berdiam diri.
Advertisement
“Investor institusi tidak boleh melewatkan potensi reli lagi dan, oleh karena itu, harus segera membeli ketika pasar dibuka untuk perdagangan pada tahun 2024. Kami memperkirakan reli segera yang sekali lagi membuat investor lengah,” kata Matrixport dalam prediksi terbarunya, dikutip dari Bitcoin.com, Kamis (4/1/2024).
Meskipun Bitcoin mengalami pertumbuhan sebesar 160% pada 2023, banyak ahli masih memperkirakan BTC akan melonjak ketika SEC akhirnya menyetujui aplikasi ETF bitcoin spot seperti Blackrock dan Fidelity.
Laporan awal menunjukkan SEC berencana untuk menyetujui ETF pada 2 atau 3 Januari diyakini telah memicu reli kecil BTC yang membuatnya menembus angka USD 45.000 atau setara Rp 698,2 juta untuk pertama kalinya dalam dua tahun pada Selasa, 2 Januari 2024.
Dampak Halving Bitcoin
Meskipun beberapa ahli berpendapat nilai aset kripto teratas saat ini sudah menjadi faktor dampak persetujuan SEC, pratinjau pasar Matrixport menunjukkan perkiraan arus masuk sebesar hingga USD 50 miliar atau setara Rp 775,8 triliun dolar akan memicu reli BTC baru.
Platform layanan keuangan kripto itu juga mengatakan persetujuan ETF, dikombinasikan dengan halving bitcoin, kemungkinan akan membuat harga BTC naik menjadi USD 125.000 atau setara Rp 1,9 miliar.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Indodax Sebut Kasus Binance Berpeluang Positif untuk Bitcoin Halving
Sebelumnya diberitakan, Chief Executive Officer (CEO) Indodax Oscar Darmawan menilai, kasus Binance berpeluang positif untuk Bitcoin Halving pada 2024. Berdasarkan data historis, harga bitcoin selalu mengalami kenaikan signifikan setelah halving day.
Bitcoin halving adalah peristiwa yang terjadi empat tahun sekali ketika block reward atau imbal hasil yang diperoleh penambang bitcoin dipotong setengah atau 50 persen yang bertujuan membatasi pasokan dan menekan inflasi.
"Sebenarnya, lebih baik jika kasus-kasus seperti ini terjadi sekarang daripada tahun depan. Jika insiden semacam ini terjadi saat halving, dapat menghambat potensi kenaikan nilai bitcoin pada periode tersebut,” ujar Oscar seperti dikutip dari Antara, ditulis Minggu (26/11/2023).
Kasus Binance itu juga berdampak terhadap penurunan pasar kripto secara menyeluruh dalam 24 jam. Bitcoin mengalami penurunan 3,62 persen. Sedangkan Ethereum berada di zona negatif dengan penurunan 3,32 persen. Dalam tujuh hari terakhir, Ethereum susut 0,95 persen.
"Keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh trader untuk membeli dan berinvestasi dalam aset kripto karena harganya sedang turun. Dengan demikian, pada saat halving, hasil dari investasi mereka dapat maksimal,” kata dia.
Selain itu, ia mengimbau agar pedagang atau trader tetap tenang merespons kasus salah satu bursa kripto internasional Binance.
CEO Binance Changpeng Zhao dinyatakan bersalah atas kasus pencucian uang yang mengharuskan ia mengundurkan diri. Seiring kasus tersebut, Binance juga kena denda USD 4,3 miliar atau sekitar Rp 67 triliun yang merupakan denda terbesar sepanjang sejarah yang pernah dijatuhkan di Amerika Serikat.
Oscar menuturkan, ada kasus tersebut meresahkan trader karena berpeluang merugikan dan merusak citra industri kripto secara keseluruhan. Oleh karena itu, ia menegaskan trader agar tidak panik.
Advertisement
Ikuti Aturan di Dalam Negeri
"Situasi industri kripto di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Ekosistem kripto di Indonesia saat ini sudah cukup mature dan terdapat perubahan yang positif dalam regulasi serta pengawasan pada crypto exchange,” kata Oscar.
Ia juga menambahkan, selama melakukan transaksi di bursa kripto yang resmi dan terdaftar di Indonesia, tidak perlu merasa khawatir karena sudah dilindungi oleh regulasi yang ketat.
"Crypto exchange di Indonesia, termasuk Indodax, saat ini diawasi secara ketat oleh pemerintah. Kami telah berkomitmen untuk mematuhi standar tertinggi dalam keamanan dan regulasi, sehingga trader kripto di Indonesia dapat bertransaksi dengan aman,” ujar dia.
Oscar menuturkan, ketika bertransaksi di bursa kripto yang resmi dan terdaftar di Indonesia, aturannya akan mengacu pada peraturan dalam negeri yang sudah ada. Jadi, nasabah akan tetap aman karena aset kripto dan rupiah tetap berada di Indonesia.
"Dengan demikian, jika terjadi masalah dengan crypto exchange di luar negeri, aset trader Indonesia seharusnya tetap aman karena tidak ada hubungannya,” kata Oscar.
Harga Bitcoin Lompat Tinggi, Berdampak ke Halving 2024?
Sebelumnya diberitakan, pasar kripto menguat dalam beberapa hari terakhir dengan Bitcoin berhasil menyentuh USD 35.000 atau setara Rp 557,5 juta (asumsi kurs Rp 15.921 per dolar AS). Ini merupakan kenaikan tertinggi Bitcoin sekitar 18 bulan.
Lantas apa dampaknya kenaikan harga Bitcoin ini menjelang Bitcoin Halving Day 2024 mendatang?
Crypto Analyst Reku Afid Sugiono mengatakan, katalis utama kondisi ini adalah optimisme keputusan ETF Bitcoin terutama terhadap ARK Investment yang dijadwalkan pada 10 Januari 2024 mendatang dan terdaftarnya ticker pengajuan ETF Bitcoin Spot oleh BlackRock di DTCC.
Optimisme terhadap persetujuan ETF Spot ini memang mencatatkan kenaikan harga Bitcoin secara signifikan pada harga dan bisa mendorong partisipasi masif di masyarakat.
“Di satu sisi, hal tersebut tentu menjadi katalis positif menjelang halving 2024, namun investor juga perlu bersiap menghadapi potensi kondisi pasar kedepannya,” kata Afid dalam siaran pers, dikutip Kamis (26/10/2023).
Afid menambahkan terlepas disetujui atau tidaknya ETF Spot ini, tetap akan ada kecenderungan harga mengalami koreksi menjelang halving. Penurunan harga terjadi sebelum Bitcoin mengalami kenaikan seperti yang terjadi secara historis di tahun-tahun sebelumnya.
Ini disebabkan karena saat halving, Bitcoin membutuhkan sekitar 6 hingga 9 bulan untuk mengakumulasi asetnya.
Advertisement
Data Historis
Secara historis pada halving 2020 lalu yang jatuh pada Mei, harga Bitcoin mengalami penurunan 50 persen sehari sebelum halving dan turun 58 persen dua bulan sebelum halving.
Selanjutnya, kenaikan mulai terjadi secara bertahap hingga puncaknya pada Desember. Berkaca dari data historis tersebut, halving 2024 mendatang berpotensi mengalami lonjakan harga pada 6 hingga 9 bulan setelahnya.
Afid menuturkan akan selalu ada tren yang berpotensi sebagai katalis di balik halving Bitcoin. Pada halving 2017, Initial Coin Offering (ICO) menjadi katalis di balik bull run Bitcoin. Kemudian pada tahun 2021, DeFi dan NFT menjadi faktor pendorong lonjakan harga.
Pada 2024 mendatang, ETF Spot yang menawarkan variasi lain dalam berinvestasi Bitcoin, memang bisa menjadi pendorong peningkatan harga.
“Namun investor tetap perlu bijak dan bersiap menghadapi koreksi harga sebelum rally Bitcoin terjadi lagi. Diantaranya melalui diversifikasi ke aset kripto lainnya serta rutin memantau kondisi pasar seperti yang tersedia di Learning Hub Reku,” pungkas Afid.