Sukses

Terungkap, Perusahaan Penambang Bitcoin Bakal Rugi pada Halving 2024

Laporan tersebut mengidentifikasi Argo Blockchain dan Hut 8 Mining sebagai dua penambang yang paling mungkin menghadapi masalah profitabilitas setelah halving.

Liputan6.com, Jakarta - Analisis baru-baru ini yang dilakukan oleh perusahaan jasa keuangan Cantor Fitzgerald menimbulkan kekhawatiran di kalangan perusahaan penambang Bitcoin.

Laporan tersebut menunjukkan perusahaan penambang bitcoin yang kesulitan mempertahankan profitabilitas setelah peristiwa halving yang akan datang. 

Dilansir dari Coinmarketcap, Sabtu (27/1/2024), laporan itu juga menyoroti sebelas penambang bitcoin publik terbesar dapat menghadapi tekanan finansial yang signifikan jika harga BTC tetap pada level USD 40.000 atau setara Rp 633 juta (asumsi kurs Rp 15.825 per dolar AS) saat ini setelah halving.

Laporan tersebut mengidentifikasi Argo Blockchain dan Hut 8 Mining sebagai dua penambang yang paling mungkin menghadapi masalah profitabilitas setelah halving, dengan tingkat biaya per koin mereka saat ini melebihi harga Bitcoin saat ini. 

Sebaliknya, analis Cantor memperkirakan Bitdeer yang berbasis di Singapura dan CleanSpark yang berbasis di AS akan tetap menguntungkan, dengan asumsi harga Bitcoin rata-rata USD 40.000 dan tidak ada perubahan signifikan dalam tingkat kesulitan penambangan atau hash. 

Laporan tersebut memperkirakan biaya per koin untuk Bitdeer adalah USD 17.744 atau setara Rp 280,8 juta, sedangkan CleanSpark berada di USD 36.896 atau setara Rp 583,9 juta.

Karena pendapatan penambang Bitcoin terkait langsung dengan harga Bitcoin, para penambang mungkin mengalami peningkatan tantangan dalam memastikan pendapatan yang dihasilkan dari penambangan Bitcoin dapat menghasilkan keuntungan setelah menutupi biaya operasional.

Halving Bitcoin, yang dijadwalkan pada April, melibatkan pengurangan 50% dalam hadiah blok yang diterima oleh penambang Bitcoin. 

Meskipun pengurangan pasokan ini secara umum dipandang sebagai hal yang bullish bagi prospek harga Bitcoin dalam jangka panjang, hal ini juga berarti penambang dengan biaya operasional yang tinggi dapat menghadapi tantangan berat jika harga Bitcoin tidak naik cukup untuk menutupi biaya-biaya tersebut.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 4 halaman

Pendapatan Penambang Bitcoin Sentuh Rp 23,2 Triliun pada Desember 2023

Sebelumnya diberitakan, perusahaan penambangan bitcoin memperoleh pendapatan bulanan tertinggi tahun ini pada Desember 2023, mengumpulkan USD 1,51 miliar atau setara Rp 23,2 triliun (asumsi kurs Rp 15.853 per dolar AS).

Dilansir dari Bitcoin.com, Kamis (25/1/2024), selain itu, Desember juga menandai rekor pengumpulan biaya, dengan penambang mendapatkan USD 324,83 juta atau setara Rp 4,9 triliun dalam biaya transaksi onchain.

Ini melampaui rekor pendapatan bulanan sebelumnya yang dicapai pada Mei 2023, di mana para penambang mengumpulkan total USD 919,22 juta atau setara Rp 14,1 triliun, dengan USD 125,92 juta atau setara Rp 1,9 triliun dari biaya onchain.

Pada Juli, para penambang mengumpulkan total USD 865 juta atau setara Rp 13,3 triliun, dengan USD 19,21 juta atau setara Rp 295,6 miliar dari biaya. 

Namun, Desember mencatat peningkatan yang signifikan, 1,64 kali lebih besar dari rekor Mei, mewakili pertumbuhan sebesar 64,27% atau tambahan USD 590,78 juta atau setara Rp 9 triliun. 

Saat ini, menurut bitcoininfochart, tingkat transaksi onchain Desember melonjak, dengan biaya rata-rata sebesar 231 satoshi per byte virtual (sats/vB) atau USD 20,86 atau setara Rp 321.035 per transaksi.

Saham perusahaan bitcoin juga turut menguat sepanjang tahun ini akibat harga bitcoin yang juga naik sekitar 150 persen sepanjang 2023. 

Ada 11 dari 13 perusahaan pertambangan bitcoin yang terdaftar di Nasdaq mengalami kenaikan yang sama yaitu peningkatan tiga digit yang lebih besar pada tahun ini. Bahkan, Marathon Digital Holdings mengalami kenaikan signifikan sebesar 767% sejak awal tahun.

Sebagian besar perusahaan penambang publik yang terdaftar di Nasdaq ini mengungguli bitcoin (BTC) tahun ini. Ini karena momentum menjelang halving bitcoin yang diperkirakan akan berlangsung sekitar 116 hari. Selain itu 2024 akan menjadi tahun yang sangat penting bagi perusahaan dan pengamat pertambangan.

 

 

3 dari 4 halaman

Bit Mining Jual Operasi Penambangan Bitcoin Rp 76,9 Miliar

Sebelumnya diberitakan, Bit Mining (NYSE: BTCM) telah mengungkapkan mereka mendivestasikan divisi kumpulan penambangan bitcoin kepada Btc.com dengan jumlah USD 5 juta atau setara Rp 76,9 miliar (asumsi kurs Rp 15.390 per dolar AS).

Penjualan tersebut dilakukan kepada Esport-Win Limited, sebuah perusahaan yang berbasis di Hong Kong. Transaksi ini diharapkan dapat meningkatkan total ekuitas pemegang saham Bit Mining, bergantung pada kondisi akhir tertentu. 

Bit Mining melaporkan meskipun kumpulan penambangan bitcoin tersebut menghasilkan pendapatan tahunan sebesar USD 593,2 juta atau setara Rp 9,1 triliun, perusahaan tersebut mengalami kerugian operasional bersih sebesar USD 2,6 juta atau setara Rp 40 miliar selama setahun penuh.

BTCM menyatakan antisipasinya divestasi ini akan meningkatkan profitabilitas dan posisi kas yang lebih kuat. Awalnya dikenal sebagai 500.com Ltd dan beroperasi sebagai perusahaan lotere olahraga, BTCM mengalihkan fokus ke penambangan bitcoin pada 2021, mengakuisisi Btc.com dari Bitmain. 

Kepala BTCM, Xianfeng Yang, optimis pelepasan tersebut akan meningkatkan operasi perusahaan yang sudah ada. 

"Dengan menjual bisnis kumpulan penambangan yang merugi, kami akan lebih tangguh dengan sumber daya inti kami yang berfokus pada memajukan penelitian dan pengembangan bisnis kami yang sudah ada,” kata Yang dikutip dari Bitcoin.com, Senin (1/1/2024).

Ketika pertama kali diakuisisi, Btc.com adalah pemain penting dalam industri penambangan bitcoin, menguasai lebih dari 10% total hashrate pada saat itu dan berada di peringkat lima besar secara global. 

Namun, pada 30 Desember 2023, pangsa hashrate-nya telah menyusut menjadi hanya 1% dari hashrate jaringan, menjadikannya sebagai kumpulan penambangan terbesar ke-15. Meskipun BTCM menjual usaha kumpulan Btc.com, BTCM tidak menjual domain internet btc.com atau layanan penjelajah blockchain.

 

4 dari 4 halaman

Texas Beri Insentif Rp 486 Miliar untuk Penambang Bitcoin

Sebelumnya diberitakan, sebagai perusahaan penambangan, Riot Platforms menjalankan ribuan komputer dalam upaya menghasilkan mata uang digital yang menghabiskan banyak energi. Namun, baru-baru ini, perusahaan tersebut mendapat banyak uang dari Texas untuk menurunkan penggunaan listrik operasi penambangan.

Riot mengatakan pada Rabu, 6 September 2023, operator jaringan listrik Texas membayar perusahaan tersebut sebesar USD 31,7 juta atau setara Rp 486,9 miliar (asumsi kurs Rp 15.361 per dolar AS) dalam bentuk kredit energi pada Agustus.

Biaya yang diberikan Texas sekitar USD 22 juta atau setara Rp 337,9 miliar lebih banyak dari nilai bitcoin yang ditambangnya pada bulan itu untuk mengurangi konsumsi energinya selama gelombang panas yang memecahkan rekor di Amerika Serikat.

Dewan Keandalan Listrik Texas, yang mengoperasikan jaringan listrik di negara bagian tersebut, mengeluarkan kredit tersebut untuk memberi insentif kepada perusahaan-perusahaan agar mengurangi aktivitas yang mungkin membebani sistem energi negara bagian yang sudah kelebihan beban.

CEO Riot, Jason Les mengatakan Efek dari kredit ini secara signifikan menurunkan biaya Riot dalam menambang Bitcoin.

“Efek dari kredit ini secara signifikan menurunkan biaya Riot untuk menambang bitcoin dan merupakan elemen kunci dalam menjadikan Riot salah satu produsen bitcoin dengan biaya terendah di industri ini,” kata Les, dikutip dari Yahoo Finance, Sabtu (9/9/2023). 

Riot, yang diperdagangkan secara publik, pada 2022 melaporkan kerugian lebih dari USD 500 juta atau setara Rp 7,6 triliun. Pada kuartal terakhir, perusahaan mengalami kerugian sekitar USD 27 juta atau setara Rp 414,4 miliar dan pendapatan USD 76,7 juta atau setara Rp 1,1 triliun.