Liputan6.com, Jakarta - Pertukaran kripto Coinbase membukukan laba kuartalan pertamanya sejak dua tahun. Keuntungan ini karena perdagangan melonjak di tengah gelombang optimisme baru mengenai aset digital, terutama dengan kehadiran ETF Bitcoin Spot di AS.
Dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (16/2/2024), Coinbase memperoleh laba USD 273 juta atau setara Rp 4,2 triliun (asumsi kurs Rp 15.690 per dolar AS) selama kuartal keempat 2023, jauh di atas ekspektasi analis. Ini adalah hasil pendapatan kuartalan positif pertama sejak kuartal keempat 2021, ketika ledakan kripto terakhir masih berkecamuk.
Baca Juga
Kinerja kuartal keempat yang mengejutkan meningkatkan hasil setahun penuh menjadi laba bersih sebesar USD 95 juta atau setara Rp 1,4 triliun.
Advertisement
Salah satu alasan mengapa kinerja Coinbase melonjak karena banyak investor ke platformnya dan lebih banyak klien untuk bisnis langganan dan layanannya. Ini ditandai dengan total pendapatan transaksi Coinbase melonjak 64% menjadi USD 529 juta atau setara Rp 8,3 triliun.
Perusahaan juga memperoleh keuntungan dari pelepasan non-tunai sebesar USD 121 juta atau setara Rp 1,8 triliun yang telah disisihkan untuk pajak serta keuntungan sebesar USD 18 juta atau setara Rp 282,4 miliar dari pembelian kembali utang.
Pendorong Kinerja Coinbase
Sentimen yang membantu mendorong lebih banyak orang ke platform Coinbase adalah reli pasar yang mengejutkan yang dipicu oleh spekulasi Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) memberikan persetujuan untuk ETF Bitcoin Spot
ETF akan memungkinkan investor untuk mendapatkan eksposur terhadap mata uang kripto terbesar di dunia tanpa harus memilikinya, sehingga berpotensi memperluas daya tarik arus utama aset digital.
Â
SEC Beri Persetujuan
SEC akhirnya memberikan persetujuan tersebut pada awal Januari, dan Coinbase bertindak sebagai kustodian untuk delapan dari 11 ETF. Perusahaan dapat memperoleh manfaat dengan bekerja sama dengan penerbit ETF melalui bisnis kustodian, perdagangan utama, dan penyelesaian perdagangan.
Bitcoin juga baru-baru ini telah melonjak di atas USD 51.000 atau setara Rp 800 juta. Ini masih jauh dari level tertinggi sepanjang masa sebesar USD 69.000 atau setara Rp 1 miliar yang dicapai pada 2021.
Pada 2021 di mana ia mendapat manfaat dari periode suku bunga rendah dan stimulus fiskal yang menempatkan kelebihan tabungan di kantong investor.
Disclaimer:Â Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
China Kaji Konservasi Energi Baru untuk Penambangan Kripto
Sebelumnya diberitakan, Beijing, China siap menerapkan kebijakan baru guna memperkuat tindakan untuk mendorong konservasi energi di beberapa aspek operasi kota, mendorong pengurangan karbon dan polusi. Rencana tersebut juga mengusulkan untuk meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas penambangan Bitcoin.
Beijing menganggap konservasi energi sebagai hak utama yang mendasar untuk memperkuat konservasi sumber daya energi sekaligus persyaratan untuk membangun peradaban ekologis. Penambangan kripto termasuk di antara aktivitas yang akan diawasi secara khusus untuk mendorong pengurangan karbon, pengurangan polusi, dan perluasan energi hijau di samping konstruksi, transportasi, industri, dan teknologi informasi.
Melansir laman Bitcoin, Rabu (7/2/2024), tindakan ini didukung oleh kebijakan nasional yang memberlakukan larangan menyeluruh terhadap penambangan dan perdagangan mata uang kripto pada 2021. Saat itu, Bank Rakyat Tiongkok menginstruksikan semua bank Tiongkok untuk segera melarang aktivitas terkait kripto.
Meskipun demikian, laporan terbaru mengungkapkan penambangan Bitcoin masih terjadi di Tiongkok, dengan penambang Tiongkok masih menyediakan 21 persen hashrate jaringan global di belakang AS, yang memimpin dengan 38 persen.
Rencana Beijing juga mempertimbangkan inspeksi di unit-unit yang mengkonsumsi energi di kota tersebut untuk mengawasi penggunaan peralatan yang sudah tidak digunakan lagi karena kebutuhan energinya.
Inspeksi ini dapat berujung pada hukuman atas penggunaan energi ilegal, karena pemerintah kota akan mengambil tindakan untuk memaksa industri dan perusahaan memperbaiki masalah ini.
Pasar Saham Anjlok, Investor di China Beralih ke Kripto
Sebelumnya diberitakan, Cryptocurrency kembali populer di China, karena investor beralih ke kripto untuk mencari keuntungan karena pasar saham nasional sedang menghadapi kemerosotan.Â
Dilansir dari Bitcoin.com, Sabtu (27/1/2024), menurut Reuters, meskipun pembelian dan perdagangan mata uang kripto telah dilarang sejak 2021, investor Tiongkok telah menemukan cara untuk mengalokasikan sebagian besar portofolio mereka ke mata uang kripto.
Investor ini dapat menggunakan bursa seperti grup perdagangan Binance dan Okx serta metode pembayaran tradisional seperti Alipay dan WeChat untuk membeli stablecoin dari dealer lokal, memasuki arena investasi mata uang kripto. Selain itu, ada juga pertukaran over-the-counter yang memfasilitasi akses ke kripto.
Seorang eksekutif senior di bursa yang berbasis di China mengkonfirmasi pergerakan ini, dengan menyatakan kemerosotan yang terjadi saat ini telah membuat investasi di daratan Tiongkok menjadi berisiko, tidak pasti, dan mengecewakan, sehingga orang-orang mulai mengalokasikan aset di luar negeri.
Tidak hanya individu yang mencoba mencari peluang di pasar cryptocurrency. Lembaga-lembaga yang terdampak oleh kinerja pasar investasi tradisional juga mencari cara untuk mengubah narasi mereka.
Chainalysis, sebuah perusahaan intelijen blockchain, telah mengkonfirmasi jumlah kripto Tiongkok telah meningkat, mencapai posisi ke-13 di pasar peer-to-peer global pada 2023, naik dari peringkat 144 pada 2022.Â
Transaksi berjumlah USD 86,4 miliar atau setara Rp 1.362 triliun (asumsi kurs Rp 15.775 per dolar AS) antara Juli 2022 dan Juni 2023, lebih dari apa yang diperdagangkan di Hong Kong pada periode yang sama.
Advertisement