Liputan6.com, Jakarta - Secara keseluruhan, pasar kripto terlihat mengalami penurunan setelah mengalami apresiasi harga yang signifikan, terutama pada Bitcoin. Hal ini mengindikasikan adanya potensi tekanan jual dari para pelaku pasar yang mencoba mengambil keuntungan, dengan kemungkinan menuju volatilitas yang lebih tinggi di masa mendatang.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan potensi volatilitas ini datang bersamaan dengan beberapa sentimen negatif yang dapat mendorong mayoritas aset kripto untuk mengalami penurunan.
Baca Juga
“Saat ini, pasar kripto dihadapkan pada dua sentimen negatif yang kemungkinan akan mendorong mayoritas aset berisiko untuk turun,” kata Fyqieh kepada Liputan6.com, dikutip Minggu (25/2/2024).
Advertisement
Pertama, kabar tentang hasil risalah FOMC telah mempengaruhi pergerakan Dolar AS dan secara langsung memengaruhi kripto karena korelasi negatifnya.
Fyqieh menjelaskan banyak analis saat ini berasumsi bahwa kabar dari FOMC akan meningkatkan kembali nilai Dolar AS, yang kemungkinan akan mendorong mayoritas aset berisiko untuk mengalami penurunan.
Saat ini, perhatian terhadap FOMC masih terpusat pada inflasi yang terus meningkat. Namun demikian, FOMC memiliki catatan dalam mendorong harga aset berisiko untuk mengalami penurunan, sehingga kemungkinan kondisi saat ini dipengaruhi oleh publikasi pengumuman tersebut.
Disamping itu, The Fed terus memberikan sinyal akan menunda penurunan suku bunga. Wakil Ketua The Fed, Philip Jefferson, menyatakan pada Kamis ia masih mempertimbangkan penurunan suku bunga akhir tahun ini.
Pernyataan ini muncul hanya sehari setelah risalah pertemuan FOMC menunjukkan sikap serupa. Risalah pertemuan tersebut juga menyarankan agar The Fed melanjutkan penurunan suku bunga secara hati-hati, dengan memperkuat gagasan suku bunga akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
“Sikap ini didukung oleh data ekonomi negara yang ternyata lebih baik dari perkiraan,” jelas Fyqieh.
Sentimen kedua datang dari data arus keluar ETF Bitcoin. Pada 21 Februari, ETF BTC mencatat arus keluar bersih senilai USD 35,6 juta atau setara Rp 555,2 miliar asumsi kurs Rp 15.598 per dolar AS), yang mungkin merupakan aksi ambil untung oleh investor.
Ini menjadi angka negatif pertama sejak 25 Januari, setelah sebelumnya terjadi arus masuk bersih selama 17 hari berturut-turut, yang sebagian besar dipimpin oleh BlackRock dan Fidelity.
Investor Pilih Aset Tradisional
Indeks Ketakutan & Keserakahan Kripto juga menunjukkan penurunan dalam selera investor, turun dari 73 poin menjadi 71 poin pada Jumat, meskipun masih berada dalam kategori Keserakahan.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada sedikit penurunan, sentimen pasar masih cenderung optimis, dan investor masih cenderung bersemangat dalam mengambil risiko.
“Kemungkinan investor akan tetap menggunakan aset tradisional untuk sementara waktu mengingat keputusan The Fed untuk menunda penurunan suku bunga telah menyebabkan pasar mata uang kripto bersiap menghadapi volatilitas,” pungkas Fyqieh.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement