Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang beragam pada Senin (4/3/2024). Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona hijau.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali menguat. Bitcoin naik 1,44 persen dalam 24 jam dan 21,34 persen sepekan.
Baca Juga
Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 62.824 atau setara Rp 986,4 juta (asumsi kurs Rp 15.701 per dolar AS).
Advertisement
Ethereum (ETH) turut menguat. ETH naik 1,68 persen sehari terakhir dan 11,81 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level Rp 54,5 juta per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) masih menguat. Dalam 24 jam terakhir BNB naik 1,16 persen dan 6,47 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga Rp 6,51 juta per koin.
Kemudian kripto Cardano (ADA) kembali berada di zona merah. ADA merosot 1,19 persen dalam 24 jam terakhir, tetapi masih menguat 23,11 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level Rp 11.446 per koin.
Adapun Solana (SOL) kembali perkasa. SOL menguat 1,15 persen dalam sehari dan 26,33 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level Rp 2,05 juta per koin.
XRP terpantau kembali berada di zona merah. XRP merosot 1,85 persen dalam 24 jam, tetapi masih menguat 15,59 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 9.870 per koin.
Koin Meme Dogecoin (DOGE) masih menguat. Dalam satu hari terakhir DOGE naik 6,61 persen dan 76,22 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 2.385 per token.
Harga kripto hari ini seperti stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC) sama-sama menguat 0,01 persen. Hal tersebut membuat harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00
Sedangkan Binance USD (BUSD) menguat 0,01 persen dalam 24 jam terakhir, membuat harganya masih berada di level USD 1,00.
Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level USD 2,34 triliun atau setara Rp 35.742 triliun.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Korea Selatan Tunda Pelonggaran Regulasi Kripto dan ETF Bitcoin Spot
Sebelumnya diberitakan, Korea Selatan telah menunda upayanya untuk melonggarkan peraturan kripto dan ETF Bitcoin Spot. Perkembangan ini mengikuti pertimbangan Partai Kekuatan Rakyat untuk menghapus peraturan tertentu dan larangan ETF sebelum dimulainya pemilihan umum Korea Selatan.
Menyusul persetujuan luas AS terhadap beberapa ETF bitcoin spot, juru bicara Komisi Jasa Keuangan Korea Selatan (FSC) mengumumkan kepada media larangan tersebut akan tetap berlaku.
Selanjutnya, Komite Urusan Politik Majelis Nasional bermaksud untuk melonggarkan peraturan dan berpotensi mencabut larangan ETF sebelum pemilu April.
Kabar terkini mengenai penundaan ini diliput oleh Chosun Biz, sumber berita Korea Selatan, yang menyampaikan Partai Kekuatan Rakyat pada awalnya mempertahankan koordinasi kebijakan yang memadai diperlukan.
Para pembuat kebijakan menekankan mengkonfirmasi kejadian-kejadian penipuan dalam kerangka teori kehati-hatian juga memainkan peran penting.
“Daripada mengumumkan janji-janji tambahan, kepemimpinannya berfokus pada pencalonan daerah pemilihan dan pemilihan personel untuk Masa Depan Rakyat, sebuah partai satelit yang proporsional,” kata seorang pejabat yang mengetahui masalah tersebut, dikutip dari Bitcoin.com, Jumat (1/3/2024).
Pengumuman dari regulator muncul di tengah peningkatan signifikan dalam nilai pasar kripto, bersamaan dengan volume besar dan arus masuk ke ETF bitcoin spot.
Harga BTC telah mencapai USD 64.000, dengan sebagian besar volume perdagangan kripto spot berasal dari Korea Selatan.
Advertisement
Harga BTC Menguat di Atas 40 Persen Sepanjang Februari 2024
Sebelumnya, harga bitcoin (BTC) mencapai USD 64.000 atau sekitar Rp 1 miliar (asumsi kurs Rp 15.721 per dolar AS) pada Rabu, 28 Februari 2024 untuk pertama kalinya BTC berada level tersebut sejak puncak pasar bullish terakhir pada November 2021.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, menjelaskan, kenaikan Bitcoin ini sekaligus memperpanjang reli lebih dari 40% sepanjang Februari. Adapun, Ethereum (ETH) juga mengalami hal yang serupa dengan kenaikan mencapai 46% sepanjang Februari.
Panji mengungkapkan reli pekan ini bertepatan dengan arus masuk besar ke ETF Bitcoin spot yang diperdagangkan di AS, dengan dana baru menambahkan lebih dari 12.000 Bitcoin pada Selasa setelah menambahkan sekitar 10,000 pada Senin.
“Kenaikan Bitcoin juga dilatarbelakangi menjelang peristiwa penting yang disebut sebagai halving bitcoin pada April, peristiwa yang terjadi sekitar empat tahun sekali dan biasanya disertai dengan kenaikan yang kuat seiring dengan melambatnya penerbitan Bitcoin baru,” kata Panji dalam siaran persnya, dikutip Jumat (1/3/2024).
Lebih lanjut, Panji menjelaskan, bitcoin halving dimaksudkan untuk memastikan kelangkaan penerbitan BTC dari waktu ke waktu. Dengan semakin menipisnya BTC yang diterbitkan, harga Bitcoin telah melonjak dibandingkan halving sebelumnya yang terjadi pada tahun 2020, 2016, dan 2012.
Adapun Ethereum dan sebagian besar altcoin lainnya juga mengikuti jejak Bitcoin. Pergerakan Ethereum terjadi sekitar dua minggu sebelum peningkatan yang disebut Dencun, yang diharapkan membuat blockchain lebih murah dan lebih cepat.
Usai Halving, JPMorgan Prediksi Harga Bitcoin Turun ke USD 42.000
Sebelumnya diberitakan, Analis JPMorgan memprediksi peristiwa Bitcoin Halving yang akan datang dapat mendorong harga Bitcoin turun menjadi USD 42.000 atau setara Rp 659,5 juta (asumsi kurs Rp 15.702 per dolar AS).
Para analis memperkirakan biaya produksi pasca-halving dapat berlipat ganda menjadi sekitar USD 53.000 atau setara Rp 832,2 juta. Hal ini dapat menyebabkan penurunan hashrate jaringan Bitcoin sebesar 20%, yang berarti lebih sedikit penambang yang bersaing untuk memproduksi Bitcoin secara bersamaan.
Pada halving, diperkirakan pada atau sekitar tanggal 19 April, imbalan yang diperoleh penambang per blok akan turun dari 6,25 menjadi 3.125 Bitcoin, untuk memperlambat laju pencetakan koin baru.
Meskipun berkurangnya pasokan secara historis menyebabkan harga melonjak, peningkatan biaya produksi juga dapat memengaruhi harga Bitcoin karena semakin sedikit penambang yang dapat memperoleh keuntungan.
“Mungkin juga ada integrasi horizontal melalui merger dan akuisisi di antara para penambang Bitcoin di seluruh wilayah untuk memanfaatkan sinergi dalam bisnis mereka,” jelas analis JPMorgan, dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (3/3/2024).
Bitcoin telah mendekati level tertinggi sepanjang masa di sekitar USD 69.000 atau sekitar Rp 1 miliar Namun prediksi bearish JPMorgan dapat mengurangi optimisme akan kelangsungan tren kenaikan ini.
Advertisement