Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau merosot pada Kamis, 4 April 2024. Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau berada di zona merah.
Mengutip data dari Coinmarketcap, Kamis (4/4/2024) nilai kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) turun 0,51% dalam 24 jam, kini berada di level USD Rp 1.050.063.652,20.
Baca Juga
Selanjutnya ada Etherum (ETH) yang juga turun menurun 0,50% dalam 24 jam dan saat ini senilai Rp 52.660.727,24.
Advertisement
Di urutan ketiga, yaitu Tether (USDT) ikut menurun hingga 0,78% dalam sehari dan saat ini berada di angka Rp15,946.78. Sementata itu, Binance coin (BNB) masih menguat. Kripto tersebut menguat 1,92% dalam 24 jam dan saat ini ditutup di harga Rp 9.074.374,77.
Berikutnya adalah Solana (SOL) yang juga berada di zona merah, melemah 1,02% dalam sehari dan saat ini dipatok Rp. 2.936.907.47. Sedangkan USD Coin (USDC) melemah 0,79% dan dibanderol Rp 15.925.89.
Pelemahan juga terjadi pada XRP dan Koin Meme Dogecoin (DOGE). Harga XRP melemah hingga 2.75% dan DOGE mencatat pelemahan terbesar di dalam daftar kripto teratas, hingga 5.99% dalam 24 jam.
Kedua kripto tersebut saat ini masing-masing bernilai Rp 9.131,81 dan Rp 2.811.98.
Urutan terakhir, adalah kripto ADA dengan penurunan 2.30% dalam 24 jam dan AVAX yang juga melemah 3.49%. ADA kini dipatok Rp 9.139.66 dan AVAX Rp 739.166.37.
Coinmarketcap mencatat, kapitalisasi pasar kripto global saat ini berada di angka Rp 39,668.27T, atau menurun 0,01%.
"Volume pasar kripto total selama 24 jam terakhir adalah Rp 1,497.68T, yang membuat penurunan 31,41%. Volume total di DeFi saat ini Rp 191.25T, 12.77% dari total volume pasar kripto 24 jam," tulis Coinmarketcap, dikutip Kamis, 4 April 2024.
Volume semua koin saat ini stabil di Rp 1,390.37T, yang merupakan 92,84% dari total volume pasar kripto 24 jam. Adapun dominasi bitcoin saat ini 52,20%, naik 0,13% sepanjang hari.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Bitcoin Terjun ke Level USD 65.000, Ini Gara-garanya
Bitcoin terkoreksi 5,64% ke level USD 65.503 atau setara Rp 1,03 Miliar (asumsi kurs Rp 15.920 per dolar AS) menurut data CoinMarketCap pada Rabu, 3 April 2024. Merespons penurunan harga Bitcoin ini, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin menyebut ada beberapa faktor penyebab penurunan pasar kripto.
Aliran Dana Keluar ETF Bitcoin
Fahmi mengatakan koreksi Bitcoin di periode ini didorong oleh aliran dana (netflow) ETF Bitcoin Spot pada tanggal 1 April lalu minus USD 85,7 juta atau setara Rp 1,3 triliun , yang mana menjadi netflow negatif pertama sejak netflow positif pada 25 Maret.
Fahmi mengatakan koreksi yang terjadi tidak lantas membuat Bitcoin menjadi kurang menarik atau dapat disimpulkan sebagai perubahan arah tren. Sebab Bitcoin masih menarik sebagai instrumen investasi, khususnya dengan dinamika ekonomi dunia yang masih berkutat dengan inflasi dan tantangan pertumbuhan.
Kondisi Ekonomi Global
Kondisi perekonomian internasional dan nasional masih dibayang-bayangi keberhasilan upaya menurunkan inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang turut berpengaruh pada iklim investasi.
"Pasalnya, suku bunga tinggi 5% atau lebih The Fed yang telah berlangsung sejak akhir Maret 2023 atau telah menginjak periode satu tahun saat ini, masih belum mampu menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan," ungkap Fahmi dalam siaran pers, Rabu (3/4/2024).
Di tingkat domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengumumkan inflasi Ramadan tahun ini naik lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu, yakni 0,52%. Ini menggambarkan baik kondisi ekonomi global dan nasional masih belum sepenuhnya lepas dari permasalahan inflasi.
Menurut Fahmi, situasi yang terjadi menggarisbawahi pentingnya diversifikasi investasi ke kelas aset gobal yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kondisi ekonomi tradisional.
Bitcoin menjadi instrumen yang dapat memenuhi kriteria tersebut. Oleh sebab itu saat ini banyak investor institusi di Amerika yang mulai mengadopsi Bitcoin dan menyarankan kliennya untuk mengalokasikan setidaknya 1% dari portofolio investasinya di Bitcoin,” pungkas Fahmi.
Advertisement
Jumlah Aset Kripto Indonesia Peringkat 7 Besar Dunia
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan Hasan Fawzi, menyebut saat ini Indonesia berada di peringkat ketujuh negara dengan jumlah aset kripto terbesar di dunia.
"Jumlah investor maupun transaksi atas aset kripto domestik terus menunjukkan tren peningkatan, saat ini Indoensia berada diperingkat ketujuh, sebagai negara dengan jumlaha set kripto terbesar di dunia," kata Hasan dalam Konferensi Pers RDK Bulanan Maret 2024, Selasa (2/4/2024).
Pencapaian tersebut didukung oleh perkembangan kripto di tanah air yang tumbuh sangat pesat, baik dilihat dari transaksi maupun jumlah investornya.
Adapun hingga Februari 2024, jumlah total investor aset kripto mencapai 19,18 juta investor atau mengalami peningkatan 351 ribu investor dibadingkan bulan sebelumnya.
Sedangkan dari sisi nilai transaksi mencapai Rp 33,69 triliun atau naik 144,13% secara tahunan (yoy).
"Total akumulasi aset kripto sepanjang tahun 2024 tercatat senilai Rp 55,26 triliun," ujarnya.
Literasi dan Inklusi
Ke depannya, kata Hasan, OJK akan terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan digital, penguatan ekosistem keuangan digital yang berkelanjutan, serta penerapan bisnis yang etis dan bertanggungjawab, khususnya terkait dengan penerapan Ai.
Selain itu, OJK akan berkolaborasi dengan Kementerian dan Lembaga terkait, dan juga asosiasi di sektor Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK), untuk mengoptimalkan inovasi dalam mendukung perekonomian nasional.