Sukses

Pendiri Tether: Stablecoin Mampu Beri Manfaat ke Ekonomi AS

Pedagang kripto banyak menggunakan stablecoin sebagai mata uang pendanaan di pasar spot dan sebagai jaminan dalam perdagangan derivatif.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu perdebatan yang sudah berlangsung lama di pasar kripto adalah apakah Stablecoin Tether (USDT), mata uang kripto yang nilainya dipatok pada USD mampu memperkuat dominasi greenback di perdagangan global.

Menurut penerbit Stablecoin Tether, Cantor Fitzgerald, hal tersebut bermanfaat bagi negara perekonomian terbesar di dunia.

"Hegemoni dolar merupakan hal mendasar bagi Amerika Serikat," kata Howard Lutnick dalam Konferensi Chainalysis, dikutip dari News.bitcoin, Senin (15/4/2024).

"Ini penting bagi kami, bagi perekonomian kami. Itu sebabnya saya penggemar stablecoin yang didukung dengan baik, Tether dan Circle," ungkapnya.

"(Stablecoin) mendasar bagi perekonomian AS, mendorong permintaan surat utang AS dan tidak menimbulkan risiko sistemik bagi dunia," sebutnya.

Seperti diketahui, kekuatan dolar AS dalam perekonomian global memungkinkan AS mengalami defisit besar, meminjam dengan suku bunga lebih rendah dibandingkan negara lain, serta menerapkan sanksi yang melumpuhkan negara-negara berkonflik.

USDT memiliki kapitalisasi pasar sebesar USD 107 miliar, sedangkan USDC Circle yang berada di peringkat kedua memiliki nilai pasar sebesar USD 32,25 miliar, menurut CoinGecko.

Pedagang kripto banyak menggunakan stablecoin sebagai mata uang pendanaan di pasar spot dan sebagai jaminan dalam perdagangan derivatif. Mata uang kripto itu juga berfungsi sebagai aset safe haven selama siklus pengetatan Federal Reserve pada tahun 2022.

Pada Mei 2022, kepercayaan investor terhadap stablecoin sempat terpukul setelah stablecoin algoritmik Terra, UST anjlok,

Tether, bagaimanapun, lulus stress test, menghargai penebusan di tengah masih adanya skeptisisme terhadap cadangan yang mendukungnya. Pada Januari 2024 Lutnick mengonfirmasi bahwa Tether memiliki uang untuk mendukung USDT.

Tetapi Lutnick, bagaimanapun, bukan penggemar mata uang digital bank sentral (CBDC) dan mengatakan bahwa China mungkin melihat potensi dolar digital sebagai dompet mata-mata Amerika.

"Ketakutan saya adalah bank sentral ingin menerbitkan mata uang digital bank sentral, itu masuk akal bukan?," dia berkata.

Lutnick mengatakan aset dunia nyata seperti obligasi dapat diberi token dan diperdagangkan di blockchain selama 10 tahun ke depan setelah teknologi menjadi cukup cepat dan murah.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 3 halaman

Bos The Fed Ungkap Rencana Penerbitan Dolar Digital dan Atur Stablecoin

Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberikan kabar terkait rencana kebijakan untuk dua aset digital, yakni dolar digital dan stablecoin. 

Kepada anggota Kongres Amerika Serikat, Powell menyampaikan informasi terkini mengenai mata uang digital bank sentral atau CBDC.

"Jika kita ingin memiliki CBDC, Kongres perlu mengesahkannya," tegas Bos The Fed tersebut dikutip dari laman bitcoin.com, ditulis Sabtu (17/2/2024).

Sebelumnya, Powell mengadakan pertemuan tertutup dengan Partai Demokrat di Komite Jasa Keuangan DPR Amerika Serikat untuk melaporkan progres soal dolar digital.  

"Jika kami ingin memiliki CBDC, Kongres wajib mengesahkannya. Kita bukannya pendukung, tapi kita belum membuat keputusan untuk menyarankan CBDC kepada Kongres," kata Powell dikutip oleh salah seorang sumber dalam pertemuan tersebut. 

Bos The Fed juga menekankan pentingnya kerangka kerja untuk stablecoin. Hal itu turut didiskusikannya dalam pertemuan tertutup bersama anggota dari Komite Jasa Keuangan DPR Amerika Serikat.

"Kita membutuhkan kerangka kerja untuk stablecoin," ujar Powell, menurut seseorang yang juga berada dalam pertemuan itu. 

Powell menyatakan, ia sangat mendukung pembentukan UU Stablecoin. "Senang kita sudah semakin dekat (ke arah sana)," imbuh dia. 

Di saat The Fed tengah mengkaji untuk menerbitkan dolar digital, Wakil Ketua Dewan Gubernur Bidang Pengawasan The Fed Michael Barr sempat terpikir itu masih membutuhkan waktu panjang.

"Investigasi dan penilitian sangat berbeda dengan pengambilan keputusan tentang langkah selanjutnya dalam hal pengembangan sistem pembayaran. Kita masih jauh dari itu," ungkapnya.

3 dari 3 halaman

Potensi Dolar Digital

Sementara pada Maret 2023, Powell menuturkan, The Fed telah berinteraksi dengan publik secara berkelanjutan mengenai potensi dolar digital. 

"Kita belum dalam tahap mengambil keputusan konkret. Apa yang kami lakukan adalah bereksperimen dalam jenis eksperimen tahap awal," terang dia. 

Di sisi lain, banyak anggota parlemen yang menentang penerbitan dolar digital. Pada awal tahun ini, anggota Kongres Tom Emmer menegaskan, 75 anggota parlemen AS ikut mensponsori UU Negara Anti Pengawasan CBDC.

Selain itu, calon presiden yang juga mantan Presiden Amerika Donald Trump telah berjanji untuk memastikan The Fed tidak akan meluncurkan CBDC, jika ia terpilih lagi jadi kepala negara.

Video Terkini