Liputan6.com, Jakarta Produk ETF Bitcoin milik BlackRock, iShares Bitcoin Trust (NASDAQ:IBIT) telah menjadi dana Bitcoin paling signifikan secara global, mengumpulkan aset hampir USD 20 miliar atau setara Rp 325,3 triliun (asumsi kurs Rp 16.268 per dolar AS) sejak pencatatannya di AS awal tahun ini.
Dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (31/5/2024), pada Selasa, dana tersebut memiliki USD 19,68 miliar atau setara Rp 320,1 triliun dalam bentuk Bitcoin, melampaui USD 19,65 miliar atau setara Rp 319,6 triliun Grayscale Bitcoin Trust (GBTC). Penawaran Bitcoin Fidelity Investments berada di urutan ketiga dengan USD 11,1 miliar atau setara Rp 180,5 triliun.
Baca Juga
ETF iShares Bitcoin Trust dan Fidelity Bitcoin, yang diluncurkan pada 11 Januari, bersamaan dengan konversi dana Grayscale menjadi ETF, telah membuat Bitcoin lebih mudah diakses, mendorong harganya ke rekor USD 73,798 pada Maret.
Advertisement
Dana iShares mengalami arus masuk sebesar USD 16,5 miliar, sedangkan dana Grayscale mengalami arus keluar sebesar USD 17,7 miliar karena biaya yang lebih tinggi dan keluarnya arbitrase.
Grayscale berencana meluncurkan dana baru dengan biaya lebih rendah. Bitcoin telah meningkat empat kali lipat sejak tahun lalu, mendapatkan keuntungan dari ETF ini. Pada Maret, iShares Bitcoin Trust mengalahkan MicroStrategy Inc dalam hal kuantitas Bitcoin dalam waktu kurang dari dua bulan sejak didirikan.
BlackRock menunjukkan kinerja yang kuat di pasar ETF awal tahun ini dengan mengurangi biaya pada ETF Bitcoin yang diusulkan. Langkah ini menempatkannya dalam perang biaya yang kompetitif dengan Ark Investment Management sebelum menerima persetujuan dari SEC.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Harga Kripto Hari Ini 31 Mei 2024: Bitcoin Pimpin Penguatan
Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang beragam pada Jumat (31/5/2024). Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona merah.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali menguat. Bitcoin naik 1,17 persen dalam 24 jam dan 0,88 persen sepekan.
Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 68.359 atau setara Rp 1,10 miliar (asumsi kurs Rp 16.229 per dolar AS).
Ethereum (ETH) kembali melemah. ETH merosot 0,51 persen sehari terakhir dan 0,33 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini kripto ETH berada di level Rp 62,82 juta per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) kembali terkoreksi. Dalam 24 jam terakhir BNB turun 0,03 persen dan 0,46 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga Rp 9,65 juta per koin.
Kemudian Cardano (ADA) kembali berada di zona merah. ADA turun 1,07 persen dalam 24 jam terakhir dan 3,95 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level Rp 7.254 per koin.
Adapun Solana (SOL) kembali melemah. SOL anjlok 0,54 persen dalam sehari dan 5,18 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level Rp 2,71 juta per koin.
XRP terpantau kembali berada di zona merah. XRP turun 0,76 persen dalam 24 jam dan 1,78 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 8.429 per koin.
Koin Meme Dogecoin (DOGE) kembali melemah. Dalam satu hari terakhir DOGE ambles 2,48 persen dan 0,04 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 2.592 per token.
Harga kripto hari ini stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC) sama-sama menguat 0,01 persen. Hal tersebut membuat harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00
Sedangkan Binance USD (BUSD) menguat 0,01 persen dalam 24 jam terakhir, membuat harganya masih berada di level USD 1,00.
Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level USD 2,54 triliun atau setara Rp 41.252 triliun.
Advertisement
Analis Prediksi Pasar Kripto Akan Hadapi Altseason Dalam Waktu Dekat
Sebelumnya, Research Analyst Reku dan Web3 Educator Reku, Michael Wyann menyampaikan pasar kripto diprediksi akan memasuki Altcoin Season atau Altseason. Hal ini terlihat dari data secara historis, yaitu ketika Bitcoin mengalami reli dalam rentang waktu antara 1-6 bulan setelah halving. Kemudian biasanya akan diikuti oleh munculnya Altseason.
“Altseason terjadi saat altcoin mencatatkan performa yang jauh lebih baik dibandingkan Bitcoin. Kemunculan Altcoin dapat dilihat dari sejumlah indikator, seperti volume transaksi Altcoin,” kata Michael dalam acara Reku Finance Flash, Selasa (28/5/2024).
Michael menambahkan, setelah altcoin mengalami penurunan, akan kembali stabil dan pulih. Indikator selanjutnya adalah ketika momentum Bitcoin mulai melemah, serta optimisme investor terhadap Altseason.
Di tengah potensi dan optimisme Altseason seperti saat ini, menurutnya investor perlu mengoptimalkan momentum dengan cermat. Salah satunya adalah sebelum kenaikan harga Altcoin muncul, justru dapat menjadi peluang bagi investor untuk berinvestasi atau trading di harga yang lebih rendah.