Sukses

Robert Kiyosaki Ramal Harga Bitcoin Tembus Rp 5,6 Miliar di Agustus 2024

Robert Kiyosaki dikenal dengan buku tulisannya berjudul Rich Dad Poor Dad rilisan tahun 1997, yang ditulis bersama dengan Sharon Lechter.

Liputan6.com, Jakarta - Penulis ternama Robert Kiyosaki kembali mengungkapkan pandangannya terhadap tiga mata uang kripto, Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan Solana (SOL).

Dalam postingannya di platform X, Kiyosaki memperkirakan bahwa harga Bitcoin akan naik signifikan ke kisaran USD 350.000 atau Rp 5,6 miliar pada Agustus 2024. Namun ia menekankan, angka ini bersifat spekulatif dan hanya prediksi.

"(Harga) Bitcoin akan menjadi USD 350.000 pada 25 Agustus 2024 bukanlah sebuah kebohongan," tulis Robert Kiyosaki di X, dikutip dari News.bitcoin.com, Minggu (9/6/2024).

"Itu adalah prediksi, hanya spekulasi. Saya ingin USD 350,000 Bitcoin menjadi fakta, dan saya ingin itu menjadi kenyataan… tetapi itu hanya prediksi," ucapnya.

Meskipun demikian, Kiyosaki menyatakan keyakinannya bahwa harga BTC akan mencapai target ini tahun ini.

Seperti diketahui, Robert Kiyosaki dikenal dengan buku tulisannya berjudul Rich Dad Poor Dad rilisan tahun 1997, yang ditulis bersama dengan Sharon Lechter.

Buku tersebut berada di Daftar Buku Terlaris New York Times selama lebih dari enam tahun.

Lebih dari 32 juta eksemplar buku Rich Dad Poor Dad telah terjual dalam lebih dari 51 bahasa di lebih dari 109 negara.

Strategi investasi Kiyosaki mencakup memperoleh lebih banyak Bitcoin, Ethereum, dan Solana karena keyakinannya terhadap potensi kenaikan harga.

"Saya terus membeli lebih banyak Bitcoin, Ethereum, dan Solana, karena yakin harganya akan terus naik," ujar dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 3 halaman

Bitcoin Diramal Tembus USD 150.000 Jika Donald Trump Menang Pilpres AS

Analis di bank ternama asal Inggris, Standard Chartered memperkirakan harga Bitcoin (BTC) akan menyentuh kisaran USD 150.000 jika Donald Trump memenangkan pemilu Amerika Serikat (AS) 2024.

"Saat kita mendekati pemilu AS, saya memperkirakan (harga Bitcoin) USD 100 ribu akan tercapai dan kemudian USD 150 ribu pada akhir tahun jika Trump menang," kata kepala riset valas dan aset digital Standard Chartered, Geoffrey Kendrick, dikutip dari Coindesk, Jumat (7/6/2024).

Kendrick melihat, BTC berada di jalur untuk menyentuh level aspirasi USD 150.000 karena dana yang diperdagangkan di bursa BTC (ETF) terus mengalami arus masuk yang signifikan.

"Saya tetap berpegang pada perkiraan saya pada akhir tahun 2024 sebesar USD 150K dan USD 200K pada akhir tahun 2025 untuk BTC," ungkap Kendrick.

"Sebelum itu, jika data gaji besok baik-baik saja, saya perkirakan rekor tertinggi baru akan dicapai pada akhir pekan," bebernya.

Pada Kamis, 6 Juni 2024, pedagang kripto di Polymarket menentukan 56% kemungkinan Trump akan kembali terpilih menjabat Presiden AS, dibandingkan dengan 36% untuk petahana Joe Biden.

Sentimen terhadap bitcoin dan pasar kripto yang lebih luas telah meningkat sejak Mei 2024 seiring dengan persetujuan pencatatan ETF Ethereum (ETH) dan dukungan untuk industri di antara partai politik AS.

ETF melampaui arus masuk bersih sebesar USD 15 miliar pada hari Selasa untuk pertama kalinya sejak diluncurkan pada bulan Januari 2024, meningkatkan sentimen di kalangan pedagang Bitcoin.

3 dari 3 halaman

Analis: Posisi Bitcoin Kuat, Namun Dibayangi Risiko Ekonomi

Kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) terus mengalami penurunan harga yang tinggi, menunjukkan jeda pasar bullish yang bersifat sementara. 

Namun, seorang analis mengungkap khawatir bahwa perkembangan makroekonomi di Amerika Serikat baru-baru ini dapat menghambat pergerakan Bitcoin ke level lebih tinggi.

"Bitcoin masih kuat, tetapi faktor makro mengancam,"ungkap pedagang kripto dan pengamat pasar, Chang dalam sebuah wawancara, dikutip dari Coindesk, Senin (3/6/2024).

"Imbal hasil obligasi sangat tidak stabil karena permintaannya lemah dibandingkan dengan penerbitan Treasury AS. Jika ada dampak negatif pada Bitcoin, kemungkinan besar hal itu disebabkan oleh imbal hasil dan indeks dolar," bebernya.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS meningkat, terutama disebabkan oleh kekhawatiran utang negara itu yang terus-menerus, membanjirnya pasokan obligasi, dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang.

Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun yang menjadi acuan telah naik 24 basis poin menjadi 4,55% dalam dua minggu, menurut data dari platform grafik TradingView.