Sukses

Kejahatan Kripto Bikin Rugi dalam 13 Tahun Terakhir, Segini Nilainya

Insiden menonjol yang disorot dalam penelitian Crystal adalah penipuan Plus Token pada 2019, di mana penipu menyedot bitcoin (BTC) dan ethereum (ETH) senilai USD 2,9 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam laporan baru yang komprehensif dari Crystal Intelligence, sebuah perusahaan analisis blockchain, merinci kerugian signifikan sebesar USD 19 miliar atau setara Rp 308,6 triliun (asumsi kurs Rp 16.407 per dolar AS) akibat kejahatan mata uang kripto selama tiga belas tahun terakhir. 

Dilansir dari Bitcoin.com, Rabu (19/6/2024),studi ini mencakup rentang waktu dari 19 Juni 2011 hingga 6 Maret 2024, dan menyelidiki berbagai jenis aktivitas kriminal dalam ruang mata uang digital. 

Crystal Intelligence mengkategorikan kerugian menjadi USD 6 miliar akibat pelanggaran sistem keamanan, hampir USD 5 miliar akibat peretasan keuangan terdesentralisasi (defi), dan hampir USD 8 miliar akibat skema penipuan.

Insiden menonjol yang disorot dalam penelitian Crystal adalah penipuan Plus Token pada 2019, di mana penipu menyedot bitcoin (BTC) dan ethereum (ETH) senilai USD 2,9 miliar, menandainya sebagai pencurian tunggal paling besar yang pernah tercatat. 

Meskipun ada kemajuan dalam keamanan dan pelacakan, penelitian Crystal mencatat angka kejahatan terkait kripto pada 2023 mencapai angka tertinggi sepanjang masa dengan 286 laporan pencurian senilai lebih dari USD 2,3 miliar.

Pada tahun berjalan, 2024, pencurian terbesar yang tercatat adalah pelanggaran keamanan Playdapp di Korea Selatan, dengan penjahat menjarah ether senilai USD 290 juta. 

Peretasan defi signifikan lainnya terjadi di Inggris dengan Eulor Finance, di mana peretas menghasilkan USD 197 juta dalam bentuk ether. Amerika Serikat muncul sebagai negara yang paling menjadi sasaran, mengalami 20 insiden dengan total kerugian sebesar USD 287 juta.

Ketika kripto terus berkembang, laporan Crystal menggarisbawahi kerentanan yang terus-menerus terhadap kejahatan dunia maya yang kompleks, menandakan kebutuhan penting untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan baik oleh pembuat dan pengguna protokol kripto. 

Seiring dengan meningkatnya tingkat kecanggihan dan frekuensi pencurian, industri harus memprioritaskan pengembangan solusi keamanan yang lebih kuat untuk platform terpusat dan terdesentralisasi.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

China dan Uni Emirat Arab Kompak Perangi Kejahatan Kripto

Sebelumnya, Tiongkok dan Uni Emirat Arab (UEA) akan meningkatkan kerja sama mereka dalam memerangi kejahatan dunia maya yang terkait kripto.

Komitmen terbaru tersebut disampaikan melalui pernyataan resmi bersama pada 30 Mei 20244 setelah kunjungan kenegaraan Presiden UEA Mohammed bin Zayed Al Nahyan ke Tiongkok.

Dilansir dari Coinmarketcap, Kamis (6/6/2024), pengumuman ini muncul ketika data Hong Kong menunjukkan lonjakan aktivitas penipuan kripto antara 2022 dan 2023. Pernyataan bersama tersebut menyoroti bidang-bidang tertentu yang menjadi perhatian, termasuk penipuan jaringan telekomunikasi dan perjudian online. 

Kedua negara bertujuan untuk mengekang aktivitas ilegal yang mungkin mengeksploitasi kripto, dan menunjukkan tekad bersama untuk mengatasi masalah ini.

Selain fokus pada kejahatan dunia maya, China dan UEA menggarisbawahi komitmen mereka untuk memerangi pencucian uang, perdagangan manusia, perdagangan narkoba, dan imigrasi ilegal. Upaya yang lebih luas ini mengatasi aliran keuangan gelap yang dapat melibatkan aset digital.

Meskipun pernyataan tersebut tidak menguraikan peraturan khusus yang menargetkan mata uang kripto, pernyataan tersebut menunjukkan pendekatan terkoordinasi oleh kedua negara untuk mengatasi potensi penyalahgunaan teknologi kripto.

Selain masalah keamanan, pernyataan tersebut menekankan pentingnya mendukung kemitraan perdagangan dan investasi bilateral. Kedua negara berkomitmen untuk mempromosikan perdagangan, memfasilitasi investasi, dan mengembangkan pariwisata melalui Komite Ekonomi dan Perdagangan Bersama.

Aspek penting dari pernyataan bersama tersebut adalah pengakuan mata uang digital bank sentral (CBDC) dalam meningkatkan perdagangan dan investasi lintas batas. 

 

3 dari 3 halaman

Perdalam Kerja Sama

Tiongkok dan UEA menyatakan komitmen mereka untuk memperdalam kerja sama bilateral dan multilateral berdasarkan Nota Kesepahaman tentang Penguatan Kerjasama Mata Uang Digital Bank Sentral, yang ditandatangani oleh bank sentral mereka.

Proyek Bersama

Bank sentral Hong Kong, Tiongkok, Thailand, dan UEA, bersama dengan HKMA, sedang mengembangkan mBridge, sebuah inisiatif mata uang digital bank sentral lintas batas.

Proyek ini diperkirakan diluncurkan pada pertengahan 2024 dan dapat memberikan alternatif terhadap infrastruktur pembayaran dominan Swift, yang berpotensi menyebabkan fragmentasi pembayaran lebih lanjut di wilayah lain. HKMA juga sedang mengerjakan proyek terkait CBDC lainnya yang dikenal sebagai e-HKD.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini