Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Polisi Kriminal Internasional (Interpol) mengumumkan bahwa Operation First Light, sebuah inisiatif global yang melibatkan 61 negara, telah mengamankan sejumlah jaringan penipuan online.
Operasi tersebut berhasil membekukan 6.745 rekening bank, menyita aset senilai USD 257 juta (Rp 4,2 triliun), mencegat sekitar mata uang fiat senilai USD 135 juta (Rp 2,2 triliun) dan mata uang kripto sebesar USD 2 juta (Rp 32,7 miliar).
Baca Juga
"Menargetkan phishing, penipuan investasi, situs belanja online palsu, penipuan layanan perjodohan dan peniruan identitas, Operation First Light 2024 berhasil menangkap 3,950 tersangka dan mengidentifikasi 14,643 kemungkinan tersangka lainnya di seluruh dunia," ungkap Interpol dalam keterangannya, dikutip dari News.bitcoin.com, Minggu (30/6/2024).
Advertisement
Selain itu, Interpol juga menyita aset senilai lebih dari USD 120 juta, termasuk real estate, kendaraan mewah, perhiasan kelas atas, dan barang berharga lainnya.
Sebagai informasi, Operasi First Light dimulai pada tahun 2023 dan diakhiri dengan fase taktis terakhirnya pada bulan Maret hingga Mei 2024.
Operasi tersebut didanai oleh Kementerian Keamanan Publik China dan diakhiri dengan pertemuan di Tianjin, di mana negara-negara peserta meninjau hasil, bertukar informasi intelijen, dan menyusun strategi tindakan di masa depan.
Sejak tahun 2014, Interpol telah mengoordinasikan operasi First Light untuk meningkatkan kerja sama internasional dan memperkuat upaya melawan rekayasa sosial dan penipuan telekomunikasi.
"Dengan menggunakan mekanisme Global Rapid Intervention of Payments (I-GRIP) Interpol membantu mereka melacak dan mencegat hasil tindakan ilegal, baik dalam bentuk fiat maupun mata uang kripto, polisi mencegat USD 331.000 dalam penipuan email bisnis yang melibatkan korban di Spanyol yang mentransfer uang ke Hong Kong dan China," ungkap Interpol.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Pelaku Penipuan Kripto di Korea Selatan Divonis Penjara 10 Tahun
Laporan media lokal Korea Selatan, Herald Kyungjae dan Chosun Ilbo mengungkapkan penipu berusia 44 tahun bermarga Wi yang juga merupakan CEO sebuah perusahaan bernama Tae Sung E&C Group divonis hukuman 10 tahun penjara. Hal ini melibatkan aset kripto.
Pengadilan mendengar menjelaskan Wi mengumpulkan lebih dari USD 82,6 juta atau setara Rp 1,35 triliun dari ratusan investor dan menjanjikan keuntungan pasti.
Bisnis Wi awalnya berfokus pada bisnis penjualan pembangkit listrik tenaga surya, kemudian merambah ke sektor kripto. CEO tersebut ditangkap pada Juni 2023 setelah investor mengajukan pengaduan ke Badan Kepolisian Gwangju.
"Wi mengumpulkan uang tersebut dari 2018 hingga 2021. CEO perusahaan tersebut juga sebenarnya telah menjalankan skema Ponzi, membayar investor lama dengan uang investor baru,” kata Jaksa Korea Selatan, dikutip dari Cryptonews, Jumat (28/6/2024).
Melanggar UU
Pengadilan Negeri memutuskan Wi bersalah karena melanggar Undang-Undang tentang Hukuman Berat atas Kejahatan Ekonomi Tertentu, serta menggelapkan dana perusahaan.
Menurut pengadilan, Wi merekrut investor menggunakan saluran seperti Naver Cafe. Namun dia kemudian dilaporkan membuang sebagian besar uangnya untuk rencana ekspansi bisnis yang gagal.
Korea Selatan saat ini sedang memerangi meningkatnya insiden kejahatan dan kasus penipuan terkait mata uang kripto dengan mentransisikan unit investigasi kripto sementara menjadi unit permanen.
Advertisement
Pengawasan Diperketat
Kementerian Kehakiman dan Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Korsel dijadwalkan untuk memulai diskusi pada awal Mei untuk meningkatkan Unit Investigasi Kejahatan Aset Virtual Bersama menjadi departemen resmi.
Promosi yang diusulkan bertujuan untuk memperkuat status unit tersebut, karena saat ini unit tersebut beroperasi sebagai badan sementara di bawah Kantor Kejaksaan Distrik Selatan Seoul, sehingga rentan terhadap kemungkinan pembubaran.
Diluncurkan pada Juli 2023, unit ini terdiri dari sekitar 30 ahli dari tujuh otoritas pengatur keuangan dan perpajakan, menjadikannya badan investigasi khusus pertama di Korea Selatan yang berfokus pada kejahatan aset digital.