Sukses

Harga Bitcoin Diramal Tembus Segini di Akhir 2024

Dalam diskusi baru-baru ini, Kepala Riset Investasi di ViaBTC Capital, Rebecca Chow berbagi perspektif tentang masa depan harga bitcoin dan strategi investasi.

Liputan6.com, Jakarta Dalam diskusi baru-baru ini, Kepala Riset Investasi di ViaBTC Capital, Rebecca Chow berbagi perspektif tentang masa depan harga bitcoin dan strategi investasi. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Senin (15/7/2024), terlepas dari ketidakpastian yang ada di pasar, dia berusaha memahami di mana dia yakin bitcoin akan mendarat, mengingat penelitiannya yang ekstensif dan keputusan investasi di ViaBTC Capital. 

Dalam diskusi tersebut menyoroti kegelisahan investor yang membeli bitcoin dengan harga lebih tinggi, mencari panduan tentang apa yang mereka harapkan dalam beberapa bulan mendatang.

Chow berhati-hati dalam melakukan prediksi terhadap Bitcoin dan dirinya menjelaskan preddiksi ini bukanlah nasihat investasi. Dia mengakui banyak analis memperkirakan kisaran antara USD 80.000 atau setara Rp 1,28 miliar (asumsi kurs Rp 16.118 per dolar AS) dan USD 100.000 atau setara Rp 1,61 miliar pada akhir tahun. 

Optimisme yang hati-hati ini mencerminkan sentimen yang lebih luas dalam komunitas kripto, menyeimbangkan potensi keuntungan yang signifikan dengan risiko yang melekat pada pasar.

Chow juga mengarahkan diskusi ke arah strategi yang lebih luas, dan menganjurkan strategi dollar-cost averaging (DCA) sebagai pendekatan yang cocok untuk berinvestasi Bitcoin. Dia menyarankan membeli bitcoin secara teratur, berapapun harganya saat ini, dapat bermanfaat dalam jangka panjang, terutama mengingat volatilitas pasar kripto.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi. 

2 dari 4 halaman

Prospek Kripto di Tengah Anomali Pasar Usai Rilis Data Inflasi AS

Data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat pada Juni yang dirilis pada Kamis, 11 Juli 2024 mengalami penurunan sebesar 0,1%, yang merupakan pertama kalinya sejak Mei 2020.

Penurunan tersebut membuat indeks CPI secara year on year naik 3,0%, turun dari angka pada bulan Mei di 3,3%. Perkembangan dinamika inflasi terbaru tersebut telah meningkatkan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada September, yang apabila terjadi dapat berpotensi memberikan dampak positif yang signifikan bagi pasar kripto.

Ekspektasi terhadap berlanjutnya penurunan suku bunga sebanyak dua kali atau lebih hingga pertemuan FOMC November juga turut meningkat. Merespons kondisi tersebut, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan, perkembangan inflasi merupakan sesuatu yang cukup penting bagi outlook pasar kripto dalam beberapa bulan ke depan.

Dengan tren inflasi yang membaik, potensi terjadinya peningkatan aliran dana segar ke pasar kripto imbas perubahan kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang lebih longgar, terlihat semakin dekat.

"Namun, pasar kripto yang masih cukup tertekan sejak awal Juni mungkin kemudian tidak merespons perkembangan tersebut secara signifikan,” ungkap Fahmi dalam keterangan resmi.

Pasar saham Amerika Serikat yang sejak Juni telah mengalami reli mungkin melihat perkembangan data CPI kemarin sebagai momentum profit taking sebagai upaya antisipasi menjelang musim laporan laba. Dalam catatan Fahmi, situasi tersebut sedikit berbeda dengan pasar kripto di mana Bitcoin yang pada 5 Juni berada di USD 70 ribu mengalami penurunan hingga sempat menyentuh area USD 54 ribu pada 5 Juli. 

 

3 dari 4 halaman

Meningkatnya Tekanan

Meningkatnya tekanan yang dihadapi pasar kripto dalam beberapa hari terakhir turut tercermin dalam indeks Fear & Greed yang mengukur kondisi sentimen pasar melalui beberapa sumber data termasuk media sosial.

"Indeks Fear & Greed yang dikompilasi alternative.me pada Jumat, 12 Juli, menyentuh angka terendahnya di angka 25 yang terakhir terlihat pada 9 Januari 2023 ketika Bitcoin saat itu berada pada level harga USD 17.000, yang merupakan salah satu area harga terendahnya setelah siklus bullish 2021,” beber Fahmi.

Minimnya implikasi terhadap aset kripto dari perkembangan positif yang terjadi belakangan tidak hanya terkait data CPI saja. Pengajuan ETF Solana oleh VanEck dan 21Shares juga tidak diikuti oleh peningkatan harga token SOL yang signifikan.

 

4 dari 4 halaman

Minimnya Optimisme Pelaku Pasar

Meskipun terdapat beberapa hal yang bisa menjelaskan kondisi tersebut seperti masih relatif minimnya optimisme pelaku pasar terhadap kemungkinan disetujuinya ETF tersebut, hal itu bukan yang biasanya terjadi di pasar kripto. Anomali yang terjadi saat ini dapat menjadi situasi yang menarik untuk dimanfaatkan oleh para investor. Adanya perkembangan positif yang nyata di berbagai aspek namun belum terlalu direspons oleh kenaikan harga aset-aset kripto di pasar, dapat menjadi momentum untuk berburu aset-aset kripto potensial.

"Aset-aset kripto dengan nilai adopsi yang solid, namun secara performa harga masih belum begitu terapresiasi, menyimpan potensi menarik yang investor bisa gali lebih lanjut secara lebih seksama, yang biasanya sulit dilakukan ketika pasar bergerak pada ritme yang lebih cepat,” kata Fahmi.

Kendati demikian, investor tetap selalu diimbau untuk bijak dalam mengambil keputusan berinvestasi dan memilih platform investasi aset kripto yang aman dan terdaftar agar terhindar dari risiko-risiko teknis. Selain itu, investor juga bisa melakukan menabung rutin atau Dollar-Cost Averaging (DCA) selagi memantau kondisi pasar secara reguler.