Liputan6.com, Jakarta - Jumlah investor kripto terus mengalami pertumbuhan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengungkapkan jumlah investor kripto meningkat menjadi 20,24 juta investor hingga Juni 2024. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan investor pasar modal sebesar 13 juta.
Terkait hal ini, CEO Tokocrypto Yudhono Rawis mengatakan, kedua sektor ini sebenarnya saling melengkapi. Ia melihat investor saham kemungkinan masuk ke kripto untuk mendapatkan keuntungan lebih.
Baca Juga
"Pasar saham dan kripto memiliki karakteristik yang sama," kata Yudho dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (8/8/2024).
Advertisement
Menurutnya, ada faktor money access atau upaya diversifikasi, di mana kelebihan dana dari investor ditempatkan dalam instrumen aset kripto untuk diversifikasi portofolio untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
Yudho juga menyoroti kemudahan akses seperti pembukaan rekening atau akun kripto dan fleksibilitas waktu perdagangan 24 jam 7 hari seminggu sebagai daya tarik utama aset kripto.
"Fluktuasi tanpa batasan harga memberikan ruang pergerakan yang lebih luas, meskipun resikonya juga tinggi dan imbal hasil yang tinggi pula dalam jangka pendek," jelasnya.
Hal ini membuat kripto menjadi alternatif menarik bagi investor atau trader yang melakukan trading harian, sehingga pada akhirnya meningkatkan perputaran transaksi harian kripto.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Faktor Pendorong Minat Pasar Kripto
Yudho menjelaskan beberapa faktor utama yang menarik minat investor individu ke pasar kripto di Indonesia adalah aksesibilitas, inovasi, dan potensi profit. Para investor dapat dengan mudah melakukan transaksi jual-beli aset kripto melalui platform pedagang asset kripto yang telah mendapatkan izin dari regulator.
Transaksi kripto yang dapat dilakukan 24/7 berbeda dengan saham yang memiliki periode pembukaan dan penutupan tertentu. Menurutnya inovasi dalam ekosistem teknologi baru seperti blockchain yang terdesentralisasi juga dipercaya oleh para investor akan merubah lanskap sektor keuangan Indonesia ke depannya.
“Meskipun aset kripto sangat volatile, beberapa segmen investor tertarik karena melihat potensi profit yang lebih besar dalam jangka waktu yang lebih pendek,” pungkas Yudho.
Advertisement
Jumlah Investor Kripto Kalahkan Saham, Ini Penjelasan OJK
Sebelumnya, jumlah investor kripto terus mengalami pertumbuhan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengungkapkan jumlah investor kripto meningkat menjadi 20,24 juta investor hingga Juni 2024. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan investor pasar modal sebesar 13 juta.
Terkait hal ini, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi mengatakan tingkat adaptasi investor kripto dalam negeri memang sangat cepat.
"Hal itu ditandai dengan Indonesia menjadi negara dengan jumlah investor kripto terbesar ke-7 di dunia pada 2023,” kata Hasan dalam konferensi pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan & Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan Juli 2024, Senin, 5 Agustus 2024.
Bahkan menurut data global crypto adoption dalam perspektif global Indonesia menempati posisi terbesar ke-5. Hal ini menunjukkan minat besar di aset kripto.
Di sisi lain berdasarkan survey dari berbagai sumber terkait adopsi aset kripto termasuk Indonesia, kelompok investor aset kripto tanah air masih masuk dalam kategori level awal atau early stage.
Tak Ada Pergeseran Investasi dari Saham ke Kripto
Hasan menuturkan, meningkatnya jumlah investor kripto bukan dinilai sebagai pergeseran investasi dari pasar saham karena masing-masing instrumen investasi memiliki karakteristik masing-masing sesuai profil risiko investor.
Hasan menilai ke depannya ada peluang untuk kedua aset investasi ini saling melengkapi serta meningkatkan literasi dan kesadaran maupun budaya berinvestasi.
"Terlebih jika melihat semakin berkembangnya teknologi dan aplikasi investasi yang memanfaatkan sarana blockchain maupun artificial intelligence,” ujar dia.
Advertisement