Sukses

Akumulasi Pembelian Bitcoin Sentuh Rp 368,6 Triliun

404.448 bitcoin telah berpindah ke alamat pemegang tetap dalam 30 hari terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Akumulasi pembelian Bitcoin mencapai USD 23 miliar atau setara Rp 368,6 triliun (asumsi kurs Rp 16.030 per dolar AS) selama sebulan lalu. Pendiri dan CEO CryptoQuant, Ki Young Ju menyoroti lonjakan akumulasi ini, yang menunjukkan adanya aktivitas signifikan di balik layar.

Dalam 30 hari terakhir, sekitar USD 22,8 miliar, atau 404.448 BTC, telah berpindah ke alamat pemegang tetap ini, yang menunjukkan tren akumulasi yang jelas. Ki Young Ju berspekulasi dalam setahun, entitas besar seperti lembaga keuangan tradisional, perusahaan, atau pemerintah mungkin akan mengumumkan akuisisi Bitcoin pada Kuartal 3 2024. 

Ia memperkirakan investor ritel mungkin menyesal tidak membeli lebih awal karena kekhawatiran atas faktor ekonomi makro seperti tindakan pemerintah Jerman atau situasi Mt. Gox. Young Ju juga menunjukkan beberapa indikator bullish, termasuk stabilisasi dalam aktivitas penambang Bitcoin. 

"Kapitulasi penambang hampir berakhir. Dengan biaya penambangan AS sekitar USD 43.000 per koin, tingkat hash diperkirakan akan tetap stabil kecuali harga turun secara signifikan,” kata Young Ju dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (8/8/2024).

Hal yang menarik, investor ritel sebagian besar absen, mengingatkan pada pertengahan 2020, sementara pemegang jangka panjang telah menunjukkan aktivitas penjualan yang berkurang. 

Antara Maret dan Juni, pemegang ini menjual, tetapi saat ini tidak ada tekanan jual yang signifikan dari mereka. Ia menekankan untuk mengikuti "uang pintar" dan menyarankan jika ia keliru, itu mungkin berarti investor baru telah salah menilai lanskap ekonomi yang lebih luas.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

2 dari 4 halaman

Analis Prediksi Bitcoin Sentuh Harga Tertinggi Baru

Sebelumnya, pendukung Bitcoin memprediksi harga Bitcoin akan kembali menyentuh level tertinggi baru setelah terjadi koreksi lebih dari 20 persen dalam beberapa hari terakhir. 

Harga Bitcoin sempat anjlok hingga kisaran USD 49.000 atau setara Rp 792,5 juta (asumsi kurs Rp 16.175 per dolar AS). Namun, Bitcoin berhasil bangkit pada Rabu, 7 Agustus 2024 ke level USD 56.809 per atau setara Rp 918,8 juta.

Direktur penelitian aset digital di MarketVector, Martin Leinweber mengatakan Bitcoin untuk mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa pada 2024 masih sangat mungkin terjadi.

"Jika kita dapat kembali ke titik tertinggi lama di sekitar USD 72.000, saya pikir tidak mustahil untuk melihat bitcoin berada di antara USD 80.000 dan USD 100.000,” kata Leinweber dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (8/8/2024). 

Di sisi lain, Kepala strategi makro Onramp Bitcoin Mark Connors mengatakan pada Selasa prediksi yang dibuatnya pada Maret bitcoin akan mencapai USD 110.000 pada tahun 2024 tetap tidak berubah.

Adapun Kepala investasi Bitwise Asset Management Matt Hougan juga memperkirakan titik tertinggi baru sepanjang masa akhir tahun ini setelah penurunan awal minggu ini.

"Kami melihat investor bitcoin adalah investor jangka panjang. Mereka bukan orang-orang yang menyerah begitu saja,” ujar Hougan.

Penurunan harga Bitcoin selama seminggu terakhir tampaknya terkait dengan pembatalan perdagangan lintas pasar yang terkait dengan kekuatan relatif dolar AS terhadap yen Jepang.

Dengan hilangnya taruhan dengan leverage tersebut, beberapa perusahaan mengatakan mereka akan lebih memperhatikan arus masuk dan keluar dari serangkaian dana yang diperdagangkan di bursa bitcoin baru yang diawasi oleh manajer keuangan Wall Street yang besar.

 

3 dari 4 halaman

Sempat Anjlok 20 Persen, Bagaimana Potensi Harga Bitcoin ke Depan?

Sebelumnya, pasar kripto dalam satu pekan terakhir mengalami penurunan harga yang cukup signifikan. Penurunan harga kripto yang terjadi disinyalir merupakan akibat dari beberapa faktor.

Beberapa di antaranya seperti kekhawatiran resesi di AS pasca rilis data sektor ketenagakerjaan pekan lalu, potensi tekanan jual 17 ribu lebih kreditur Mt. Gox yang telah menerima pengembalian aset kriptonya.

Kemudian, kebijakan bank sentral Jepang untuk menaikkan suku bunga dan mengurangi pembelian surat utang, serta masih relatif minimnya pertumbuhan adopsi kripto turut jadi penyebab penurunan pasar.

Lantas bagaimana potensi pasar kripto ke depan setelah terjadinya koreksi yang cukup dalam? 

Merespon kondisi tersebut, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan optimisme para penambang Bitcoin (miner) masih terbilang relatif tinggi di mana hanya terjadi sedikit penurunan hash rate yang merupakan fluktuasi normal dan tidak mensinyalir adanya aksi pemberhentian operasi penambangan oleh para miner. 

Fahmi menjelaskan hal ini berbeda dengan penurunan hash rate yang cukup signifikan pada 23 Juni lalu yang kemudian diikuti penurunan harga lanjutan Bitcoin dari level USD 64.000 ke USD 59.000 pada 25 Juni dan USD 54.000 pada 5 Juli. 

“Dengan optimisme tersebut, membaiknya performa Bitcoin masih terbuka,” kata Fahmi dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (8/8/2024). 

Dengan tren bullish yang terlihat mampu bertahan terlepas dari tekanan jual yang ada di pasar, periode Agustus-September mungkin akan menjadi periode akumulasi oleh sebagian investor untuk bersiap menghadapi reli utama pada fase bullish kripto yang berpotensi terjadi pasca perubahan arah kebijakan suku bunga The Fed. 

“Namun perlu dicatat apabila suku bunga diturunkan disaat inflasi AS masih belum cukup berhasil ditekan, terdapat kemungkinan kembali ditahannya suku bunga khususnya apabila inflasi kembali naik. Terjadinya hal itu mungkin akan menghambat reli yang akan berlangsung,” ujar Fahmi.

4 dari 4 halaman

Investor Perlu Ambil Keputusan Cermat

Di tengah kondisi pasar saat ini, Reku menghimbau investor untuk mengambil keputusan yang cermat dan tidak tergesa-gesa. Menurut Fahmi, investor bisa memantau pergerakan pasar dengan mencari sumber informasi yang mudah dimengerti dan sudah mencakup analisa pasarnya. 

Sebab, banyaknya faktor seringkali menghambat investor menyimpulkan situasi yang terjadi. Sehingga dengan mencari sumber informasi yang mudah dimengerti, juga dapat memudahkan investor mengambil keputusan. 

“Selain itu, investor juga bisa melakukan menabung rutin dan memantau kondisi pasar secara reguler,” pungkas Fahmi. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.