Sukses

Waspada, Penipuan ATM Bitcoin di AS Meonjak 10 Kali Lipat

ATM bitcoin sering kali terletak di area dengan lalu lintas tinggi seperti toserba dan pom bensin, menerima uang tunai dengan imbalan mata uang kripto, menjadikannya alat yang menarik bagi para penipu.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Perdagangan Federal (FTC) Amerika Serikat (AS) menerbitkan laporan tentang meningkatnya penipuan di ATM Bitcoin. ATM ini memungkinkan orang untuk mengubah uang tunai mereka menjadi kripto, tetapi ATM ini telah menjadi alat bagi sebagian oknum untuk melakukan penipuan.

FTC mengungkapkan, sejak 2020 penipuan di ATM Bitcoin telah meningkat hampir 10 kali lipat, dan hanya dalam paruh pertama 2024, konsumen telah kehilangan lebih dari USD 66 juta atau setara Rp 1,02 triliun (asumsi kurs 15.556 per dolar AS) karena penipuan ini.

Data dari FTC menemukan, orang dewasa yang lebih tua, terutama yang berusia di atas 60 tahun, ditemukan tiga kali lebih mungkin menjadi korban penipuan ini dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Di semua kelompok usia, kerugian rata-rata selama periode ini mencapai USD 10.000.

Bagaimana Penipuan ATM Bitcoin Bekerja?

ATM bitcoin khusus ini, sering kali terletak di area dengan lalu lintas tinggi seperti toserba dan pom bensin, menerima uang tunai dengan imbalan mata uang kripto, menjadikannya alat yang menarik bagi para penipu.

Penipu sering kali menyamar sebagai pejabat pemerintah, bisnis, atau agen dukungan teknis, dan menciptakan kebutuhan palsu namun tampaknya mendesak bagi para korban untuk menarik uang dari rekening bank mereka dan menyetorkan dana tersebut di ATM bitcoin untuk melindungi tabungan mereka.

"Begitu konsumen memindai kode QR yang diberikan oleh penipu di mesin, uang tunai mereka langsung disetorkan ke akun kripto penipu," kata FTC dalam rilisnya, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (13/9/2024).

Khususnya, transaksi bitcoin dan kripto lainnya tidak dapat dibatalkan, yang berarti tidak ada jalan keluar setelah pembayaran dikirim, selain memberi tahu penegak hukum.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perusahaan ATM Bitcoin Coin Cloud Diretas, Pelaku Curi Data Pribadi Nasabah

Pada November tahun lalu, kolektif keamanan siber bernama vx-underground menulis di Twitter, peretas tak dikenal telah membobol Coin Cloud, sebuah perusahaan ATM Bitcoin yang bangkrut.

Menurut vx-underground, para peretas mengaku telah mencuri 70.000 gambar nasabah yang diambil dari kamera yang terpasang di ATM, serta data pribadi 300.000 nasabah, yang diduga memuat, Nomor Jaminan Sosial, tanggal lahir, Nama Depan, Nama Belakang, alamat email, Nomor Telepon, Pekerjaan Saat Ini, Alamat Fisik, dan banyak lagi.

Tidak ada yang mengklaim peretasan tersebut secara publik. Sebulan kemudian, apa yang sebenarnya terjadi pada Coin Cloud  masih menjadi misteri, bahkan menurut pemilik baru perusahaan tersebut.

Coin Cloud adalah perusahaan yang mengelola ribuan ATM Bitcoin di AS dan Brasil, menurut situs resminya, hingga perusahaan tersebut mengajukan kebangkrutan pada Februari. 

Pada Juli, Genesis Coin, penyedia ATM Bitcoin lainnya, mengakuisisi 5.700 ATM dari Coin Cloud yang sudah tidak beroperasi lagi, menurut siaran pers yang diterbitkan pada saat itu. 

Genesis Coin diakuisisi pada awal Januari oleh Andrew Barnard dan rekannya, yang memiliki perusahaan ATM cryptocurrency lain bernama Bitstop.

 

3 dari 3 halaman

Siapa yang Bertanggung Jawab?

Barnard, yang menjabat sebagai CEO ATM Bitcoin, perusahaan yang berganti merek setelah pembelian beberapa aset Coin Cloud dalam proses kebangkrutan, mengatakan perusahaannya meluncurkan penyelidikan setelah tweet vx-underground.

Namun, Bernard tidak dapat menyimpulkan kapan pelanggaran itu terjadi atau siapa yang bertanggung jawab, dan dia sendiri menggambarkan insiden itu sebagai “sebuah misteri.”

"Pelanggaran data terjadi beberapa waktu lalu karena Coin Cloud telah diretas beberapa kali di masa lalu ketika mereka masih menjadi perusahaan yang beroperasi,” kata Barnard,” dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (13/12/2023).

Barnard mengatakan jika seseorang memperoleh kode sumber, yang berisi kredensial admin ke database, peretas akan memiliki akses ke semua informasi KYC dari pelanggan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini