Sukses

Harga Kripto Hari Ini 13 Oktober 2024: Mayoritas Masih Menghijau

Harga Bitcoin dan mata uang kripto teratas lainnya terpantau mengalami pergerakan yang berragam pada Minggu (13/10/2024) pagi. Mayoritas di antaranya tetap berada di zona hijau.

Liputan6.com, Jakarta Harga Bitcoin dan mata uang kripto teratas lainnya terpantau mengalami pergerakan yang berragam pada Minggu (13/10/2024) pagi. Mayoritas di antaranya tetap berada di zona hijau.

Melansir data Coinmarketcap, harga Bitcoin (BTC) dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar naik 0,42 persen dalam 24 jam terakhir. Bitcoin berada di level USD 62.810,69 per koin atau setara Rp 980,28 juta (kurs Rp 15.607 per dolar AS).

Ethereum (ETH) melanjutkan penguatan. ETH naik 1,38 persen sehari terakhir. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 2.469,28 atau Rp 38,5 juta per koin.

Senada, Solana (SOL) melanjutkan pergerakan di zona hijau dengan naik 0,48 persen dalam sehari. Harga SOL berada di level USD 146 atau setara Rp 2,27 juta.

Koin Meme Dogecoin (DOGE) juga terus menguat. Dalam satu hari terakhir DOGE bertambah 2,22 persen, dan naik 0,20 persen sepekan. Membuat DOGE diperdagangkan di level USD 0,1109 per token.

Sementara yarga kripto hari ini stablecoin Tether (USDT) menguat 0,02 persen. Sebaliknya, USD coin (USDC) bergerak di zona merah terkontraksi 0,01 persen.

Berikutnya, Binance coin (BNB) masih berkutat di zona merah dengan turun 0,08 persen dalam 24 jam terakhir. Dengan nilai setara USD 575,62 atau Rp 8,98 juta per koin.

Begitu pun kripto XRP ambruk 0,18 persen dalam 24 jam terakhir. Sehingga XRP kini dibanderol USD 0,5364 atau setara Rp 8.371,6 per koin, atau setara Rp 34.169 triliun. Meroket 0,32 persen dalam 24 jam terakhir.

2 dari 3 halaman

Harga Bitcoin Berpotensi Sulit Tembus USD 66.000

Sebelumnya, Bitcoin, sebagai aset kripto terkemuka, telah mengalami fluktuasi signifikan selama beberapa bulan terakhir. Antara 3 hingga 7 Oktober, harga Bitcoin sempat naik 5,2 persen. Namun, hingga saat ini, harga tersebut masih belum mampu menembus batas USD 66.000 sejak akhir Juli. 

Meskipun meningkatnya utang pemerintah Amerika Serikat diperkirakan dapat menjadi katalis dalam jangka panjang, dampaknya dalam waktu dekat ternyata masih sangat terbatas.

Menurut Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, salah satu faktor kunci yang menghambat pergerakan Bitcoin adalah penguatan nilai dolar Amerika Serikat. Sejak akhir September, Dolar AS telah menunjukkan tren penguatan dengan Indeks Dolar AS (DXY) naik dari 100,4 menjadi 102,5 pada awal Oktober 2024.

"Kekuatan dolar AS ini menandakan bahwa investor lebih memilih memegang dolar ketimbang aset berisiko seperti Bitcoin, meskipun ada kekhawatiran mengenai utang pemerintah AS,” kata Fyqieh, Minggu (13/10/2024).

Dia menuturkan, selain faktor penguatan dolar AS, kondisi global seperti ketidakpastian ekonomi, konflik di Timur Tengah, serta Pemilihan Presiden AS mendatang turut memengaruhi minat investor terhadap Bitcoin. Data pekerjaan Amerika Serikat untuk bulan September yang dirilis pada 4 Oktober menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap kuat.

"Hal ini meredakan risiko resesi, tetapi mengurangi peluang pemotongan suku bunga oleh The Fed,” ujar Fyqieh.

Di sisi lain, suku bunga yang tinggi juga menjadi alasan mengapa investor lebih berhati-hati terhadap aset berisiko seperti Bitcoin. Ketika suku bunga tetap tinggi, aset dengan risiko rendah seperti obligasi menjadi lebih menarik.

"Investor lebih memilih memarkir modal mereka di instrumen yang lebih stabil dibandingkan mengambil risiko pada Bitcoin,” ujar Fyqieh.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Sentimen Kebijakan Ekonomi China

Sementara itu, kebijakan stimulus ekonomi yang diumumkan China turut berperan dalam mengurangi daya tarik Bitcoin sebagai aset lindung nilai. Dengan adanya stimulus tersebut, kebutuhan untuk menggunakan Bitcoin sebagai pelindung terhadap inflasi atau ketidakpastian ekonomi menurun.

Adapun risalah pertemuan The Fed bulan September rilis Kamis (10/10) dinihari semakin menambah ketidakpastian bagi pasar. Pelaku pasar yang sebelumnya optimis bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada November kini lebih ragu.

"Investor semakin khawatir karena kebijakan moneter masih belum pasti, yang berdampak buruk pada Bitcoin,” katanya.

Kendati demikian, data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang akan dirilis akan menjadi titik fokus utama. Jika data ini menunjukkan inflasi yang stabil, harapan untuk pemangkasan suku bunga bisa kembali mencuat, yang dapat mendukung kenaikan harga Bitcoin.

Selain kebijakan moneter, Pemilihan Presiden AS yang semakin dekat juga berpotensi menambah volatilitas di pasar. Menurut Fyqieh, periode menjelang pemilu biasanya dipenuhi dengan ketidakpastian, dan banyak investor cenderung memilih untuk menahan modal mereka.