Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin (BTC) telah lebih dari dua kali lipat tahun ini dan saat ini mendekati level tertingginya sepanjang masa. Meskipun beberapa investor mungkin berhati-hati mengikuti kenaikan ini, salah satu pendukung terbesar Bitcoin Michael Saylor, Executive Chairman MicroStrategy (MSTR) — tetap optimistis.
Di bawah arahan Saylor, MicroStrategy pertama kali membeli Bitcoin senilai USD 250 juta pada 2020. Hingga 10 November 2024, kepemilikan Bitcoin perusahaan tersebut telah mencapai 279.420 Bitcoin dengan total biaya pembelian USD 11,9 miliar dan nilai pasar USD 24,5 miliar.
Baca Juga
Dikutip melalui Motley Fool Stock Advisor, Rabu (20/11/2024) Portofolio Bitcoin MicroStrategy setara dengan sekitar sepertiga dari nilai perusahaan sebesar USD 73,3 miliar, dan sekitar 1,4% dari kapitalisasi pasar Bitcoin yang mencapai USD 1,8 triliun. Bahkan saat harga Bitcoin melonjak, perusahaan ini tetap membeli lebih banyak.
Advertisement
Dari 31 Oktober hingga 10 November, MicroStrategy membeli 27.200 Bitcoin tambahan dengan total biaya USD 2,03 miliar atau sekitar Rp 32,29 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.907), atau rata-rata harga USD 74.463 per Bitcoin. Jadi, mengapa perusahaan perangkat lunak ini begitu yakin dengan Bitcoin? Â
Saylor Percaya Harga Bitcoin Akan Terus NaikÂ
Saylor memprediksi harga Bitcoin akan mencapai USD 100.000 pada akhir 2024 dan akhirnya naik hingga USD 13 juta dalam 21 tahun mendatang. Target harga ini berarti potensi kenaikan hampir 15.000% dari harga saat ini.Â
Michael Saylor memperkirakan Bitcoin akan tumbuh dari 0,1% kapital global menjadi 7%, karena semakin banyak institusi keuangan menawarkan layanan terkait Bitcoin. Dia juga percaya Bitcoin akan diperdagangkan dalam volume yang lebih besar daripada S&P 500, berkat sifatnya yang terbuka, global, dan bebas.
Sebagian besar kekayaan bersih Saylor terkait langsung dengan harga Bitcoin. Ia memiliki 17.732 Bitcoin secara pribadi dengan nilai pasar USD 1,6 miliar, hampir seperlima dari kekayaannya yang diperkirakan mencapai USD 8,3 miliar. Sisanya, sebesar USD 6,5 miliar, berasal dari 9,9% sahamnya di MicroStrategy, yang sebagian besar dihargai berdasarkan kepemilikan Bitcoinnya, bukan bisnis perangkat lunaknya. Â
Apakah Strategi Bitcoin MicroStrategy Berkelanjutan?
Transformasi MicroStrategy menjadi "Penimbun Bitcoin" terjadi secara tiba-tiba. Sebelum tahun 2020, perusahaan ini dikenal sebagai penyedia perangkat lunak analitik data dengan pertumbuhan lambat. Dari 2013 hingga 2023, pendapatannya turun dari USD 576 juta menjadi USD 496 juta, kalah bersaing dengan perusahaan cloud seperti Microsoft dan Salesforce. Untuk mengatasi tekanan ini, Saylor mengarahkan perusahaan ke investasi Bitcoin. Â
Untuk menstabilkan bisnis perangkat lunaknya, MicroStrategy telah mengubah aplikasinya menjadi layanan berbasis cloud. Baru-baru ini, perusahaan meluncurkan platform kecerdasan buatan (AI) generatif bernama MicroStrategy AI, yang dirancang untuk membantu perusahaan mengintegrasikan AI ke dalam aplikasi data mereka. Inisiatif cloud dan AI ini diharapkan dapat menstabilkan bisnis perangkat lunaknya dan menghasilkan lebih banyak uang tunai untuk membeli Bitcoin di masa depan. Â
Namun, jika hanya melihat bisnis perangkat lunaknya, prospek jangka pendek MicroStrategy tidak terlalu menjanjikan. Dari 2023 hingga 2026, analis memperkirakan pendapatannya hanya akan tumbuh dengan tingkat tahunan gabungan sebesar 1%, sementara tetap merugi berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Â
Â
Advertisement
Taruhan Besar pada Bitcoin
MicroStrategy juga menghadapi tekanan keuangan karena biaya penurunan nilai Bitcoin melebihi total pendapatan dari bisnis perangkat lunaknya. Perusahaan ini juga mengambil lebih banyak utang dan menerbitkan saham baru untuk mendanai pembelian Bitcoin.Â
Akibatnya, total kewajiban perusahaan meningkat empat kali lipat sejak akhir 2020, sementara jumlah saham yang beredar lebih dari dua kali lipat dalam empat tahun terakhir. MicroStrategy bahkan berencana mengumpulkan USD 42 miliar (setengah dari penjualan saham sekunder dan setengah dari obligasi tetap) dalam tiga tahun ke depan untuk membeli lebih banyak Bitcoin. Â
Jika Anda optimis pada Bitcoin dan pesimis pada dolar AS, MicroStrategy mungkin terlihat sebagai peluang investasi menarik untuk masa depan cryptocurrency. Jika harga Bitcoin melonjak terhadap dolar, nilai kepemilikan Bitcoin MicroStrategy akan dengan mudah menutupi utang berbasis dolarnya.Â
Namun, jika harga Bitcoin jatuh, neraca keuangan perusahaan bisa runtuh. Ini adalah investasi yang berisiko, tetapi taruhan besar MicroStrategy pada Bitcoin bisa membuahkan hasil dan mendorong sahamnya jauh lebih tinggi dalam beberapa tahun mendatang.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Â
Kerugian Akibat Peretasan dan Penipuan Kripto Sentuh Rp 2,05 Triliun pada Oktober 2024
Sebelumnya, insiden keamanan antara lain exit scam, serangan pinjaman kilat, dan eksploitasi mendorong kerugian kripto menjadi USD 129,6 juta atau setara Rp 2,05 triliun pada Oktober 2024.
Dilansir dari Cointelegraph, Rabu (6/11/2024), menurut data yang dikumpulkan oleh perusahaan keamanan blockchain CertiK, modus exit scam menyebabkan kerugian USD 1,2 juta, sementara serangan pinjaman kilat menyebabkan kerugian kripto sebesar USD 1,5 juta. Sementara itu, eksploitasi menyumbang kerugian terbesar, dengan kerugian USD 127 juta akibat eksploitasi.
Insiden terbesar pada Oktober melibatkan Radiant Capital, protokol pinjaman yang merugi lebih dari USD 50 juta bulan lalu. Serangan phishing senilai USD 36 juta terhadap whale menempati posisi kedua dalam daftar, sementara peretasan senilai USD 13 juta pada bursa kripto M2 menempati posisi ketiga.Â
Kerugian sebesar USD 127 juta pada Oktober merupakan peningkatan 2,91 persen dari bulan ke bulan dibandingkan dengan kerugian sebesar USD 123,4 juta pada September. Namun, kerugian tersebut juga menandai penurunan sebesar 60 persen dari kerugian sebesar USD 324,7 juta yang disebabkan oleh eksploitasi pada Mei 2024.
Insiden terbesar pada Oktober melibatkan protokol pinjaman Radiant Capital. Pada 16 Oktober, protokol pinjaman menghentikan pasarnya setelah pasar BNB Chain dan Arbitrum diretas. Seorang peretas dapat mengakses kunci pribadi dan kontrak pintar protokol tersebut, menguras lebih dari USD 50 juta dalam bentuk aset digital.
Tim di balik protokol tersebut mengatakan dalam post-mortem para peretas mengakses perangkat dari setidaknya tiga pengembang intinya melalui suntikan malware.
Pada 1 November, Radiant Capital mengatakan, mereka melanjutkan pasar pinjaman Ethereum setelah peretasan tersebut. Protokol tersebut mengumumkan bahwa mereka telah menerapkan perubahan pada mekanisme keamanannya.
Menurut Radiant Capital, mereka mentransfer kepemilikan protokol ke dalam kontrak timelock. Hal ini memberlakukan masa tunggu wajib selama 72 jam untuk penyesuaian apa pun, yang memperkuat keamanan.
Advertisement