Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti keamanan siber menyampaikan ancaman dari Korea Utara dalam sebuah konferensi tahunan di Washington DC Amerika Serikat (AS) yang membahas soal ancaman di dunia maya.
Dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (29/11/2024), para peneliti memperingatkan tentang upaya berkelanjutan oleh para peretas Korea Utara yang menyamar sebagai calon karyawan mencari pekerjaan di perusahaan multinasional. Tujuan dari pelamar ini adalah mendapatkan uang untuk rezim Korea Utara dan mencuri rahasia perusahaan yang menguntungkan program persenjataannya.
Baca Juga
Para penipu ini telah meraup miliaran dolar dalam bentuk mata uang kripto yang dicuri selama dekade terakhir untuk mendanai program senjata nuklir negara itu, menghindari serangkaian sanksi internasional.
Advertisement
Peneliti keamanan Microsoft James Elliott mengatakan dalam sebuah ceramah Cyberwarcon pekerja TI Korea Utara telah menyusup ke ratusan organisasi di seluruh dunia dengan membuat identitas palsu.
Para penipu juga mengandalkan fasilitator yang berbasis di AS untuk menangani stasiun kerja dan penghasilan yang dikeluarkan perusahaan untuk menghindari sanksi keuangan yang berlaku bagi warga Korea Utara.
Para peneliti yang menyelidiki kemampuan siber negara tersebut melihat meningkatnya ancaman dari Korea Utara saat ini sebagai kumpulan kelompok peretas yang berbeda dengan berbagai taktik dan teknik, tetapi dengan tujuan kolektif pencurian mata uang kripto.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Sapphire Sleet
Rezim tersebut menghadapi sedikit risiko atas peretasannya negara tersebut telah dilanda sanksi. Satu kelompok peretas Korea Utara yang disebut Microsoft sebagai Ruby Sleet telah membahayakan perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan dengan tujuan mencuri rahasia industri yang dapat membantu mengembangkan lebih lanjut senjata dan sistem navigasinya.
Microsoft merinci dalam sebuah posting blog kelompok peretas Korea Utara lainnya, yang disebutnya "Sapphire Sleet," yang menyamar sebagai perekrut dan sebagai kapitalis ventura dalam kampanye yang bertujuan mencuri mata uang kripto dari individu dan perusahaan.
Setelah menghubungi targetnya dengan umpan atau penjangkauan awal, para peretas Korea Utara akan menyiapkan pertemuan virtual, tetapi pertemuan itu sebenarnya dirancang untuk dimuat dengan tidak benar.
Advertisement