Liputan6.com, Jakarta - Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan pandangannya soal Bitcoin dalam acara DealBook Summit dengan menegaskan mata uang kripto tersebut lebih mirip dengan emas daripada dolar AS.
“Orang-orang menggunakan Bitcoin sebagai aset spekulatif. Itu seperti emas hanya virtual dan digital,” kata Powell selama diskusi, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (6/12/2024).
Baca Juga
Powell menepis anggapan Bitcoin melemahkan Federal Reserve atau kekuatan dolar AS dan menyoroti Bitcoin tidak digunakan sebagai bentuk pembayaran utama atau sebagai penyimpan nilai yang andal karena volatilitasnya yang tinggi.
Advertisement
Ketika ditanya tentang potensi cadangan Bitcoin nasional, Powell menekankan tujuan Federal Reserve untuk menjaga sistem perbankan aman dan sehat.
Powell menuturkan Interaksi yang mungkin terjadi antara ekosistem mata uang kripto dan sistem perbankan keuangan tradisional seharusnya tidak mengancam kesehatan sistem perbankan tradisional, kata Powell.
Ia lebih lanjut menunjukkan bukanlah tanggung jawab Federal Reserve untuk mengatur industri mata uang kripto. Ketika ditanya apakah ia sendiri memiliki Bitcoin, Powell berkata ia tidak diizinkan untuk memilikinya.
Powell juga membahas keadaan ekonomi AS, dengan mengatakan ekonomi tersebut dalam kondisi yang sangat baik. Powell mengaitkan kekuatan ini dengan pertumbuhan yang stabil dan penurunan inflasi.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Harga Bitcoin Tembus USD 100.000, Ini Faktor Pendorongnya
Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi baru pada Kamis, 5 Desember 2024 dengan menembus harga USD 103.000 atau setara Rp 1,63 miliar (asumsi kurs Rp 15.865 per dolar AS).
Menanggapi kenaikan ini, CMO Tokocrypto, Wan Iqbal mengatakan kenaikan harga Bitcoin yang melampaui USD 100.000 merupakan tonggak penting dalam perjalanan aset digital ini, yang mencerminkan kepercayaan yang semakin besar terhadap Bitcoin sebagai kelas aset utama.
Iqbal menyebut lonjakan harga ini didorong oleh beberapa faktor kunci. Faktor pertama adalah pengurangan pasokan Bitcoin melalui proses halving mengurangi imbalan bagi penambang, menciptakan kelangkaan pasokan yang memicu tekanan beli.
Selain itu, arus masuk dana institusional yang luar biasa besar lebih dari USD 31 miliar arus masuk bersih tercatat di ETF Bitcoin di AS yang menunjukkan Bitcoin semakin diterima sebagai aset investasi jangka panjang yang aman.
“Peningkatan adopsi Bitcoin oleh perusahaan besar seperti MicroStrategy, Tesla, dan Square turut memperkuat legitimasi Bitcoin sebagai penyimpan nilai dan instrumen investasi strategis,” kata Iqbal kepada Liputan6.com, Jumat (6/12/2024).
Di sisi regulasi, Iqbal menyebut kemenangan Donald Trump dan penunjukan tokoh pro-crypto seperti Paul Atkins untuk menggantikan Gary Gensler sebagai ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) memberikan sinyal positif bagi industri kripto, mengurangi ketidakpastian dan mendorong lebih banyak investor untuk terlibat.
Advertisement