Liputan6.com, Jakarta - Laporan terbaru Electric Capital, pengembangan kripto di Asia telah mengalami peningkatan substansial, yang mencakup 32 persen dari aktivitas pengembang global pada 2024.
Dilansir dari Coinmarketcap, Senin (16/12/2024), hal ini menandai perubahan dramatis dari pangsa Asia sebesar 12 persen pada 2015, sementara kontribusi Amerika Utara telah turun tajam dari 43 persen menjadi 24 persen selama periode yang sama.
Baca Juga
Berdasarkan lebih dari 900 juta komitmen kode di seluruh sektor kripto, laporan tersebut mengungkapkan penyelarasan ulang yang signifikan di mana inovasi kripto terjadi.
Advertisement
India telah muncul sebagai pemain utama dalam transformasi ini, memegang 11,7 persen dari pangsa pengembang global, hanya tertinggal dari Amerika Serikat. Negara ini secara konsisten memimpin perekrutan pengembang baru, melampaui wilayah lain sejak 2023.
Hal ini menandakan perubahan dalam keseimbangan global pengembangan kripto, dengan pasar negara berkembang sekarang mendorong sebagian besar pertumbuhan industri.
Khususnya, Asia menyumbang 41 persen pengembang baru pada 2024, menunjukkan kemampuan teknis yang kuat di kawasan yang belum terwakili di masa lalu.
Sementara Ethereum tetap menjadi platform dominan bagi pengembang di seluruh dunia, Solana telah mendapatkan daya tarik di antara pendatang baru. Pada pertengahan 2024, Solana menjadi platform yang paling disukai oleh pengembang baru, khususnya di pasar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Inggris Raya.
Lonjakan minat pengembang ini sejalan dengan tren yang lebih luas di mana ekosistem blockchain yang lebih baru, seperti Solana, Aptos, dan Polygon, menarik lebih banyak pengembang daripada platform yang mapan seperti Bitcoin dan Ethereum.
Aktivitas Pengembang
Laporan tersebut juga mencatat sedikit penurunan dalam aktivitas pengembang secara keseluruhan pada 2024, dengan industri yang kehilangan lebih banyak pengembang daripada yang diperolehnya.
Namun, jumlah pengembang berpengalaman dengan lebih dari dua tahun di bidang tersebut telah meningkat sebesar 27 persen, sekarang mencakup lebih dari 70 persen dari komitmen kode.
Studi Electric Capital memberikan pandangan komprehensif tentang lanskap pengembang global yang terus berkembang. Pasar negara berkembang sekarang memainkan peran yang lebih signifikan dalam membentuk masa depan kripto.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Kesadaran Masyarakat Indonesia Terhadap Aset Kripto Tertinggi Kedua di Asia
Sebelumnya, perusahaan perangkat lunak blockchain dan web3 terkemuka, Consensys mengumumkan temuan survei terbarunya yang dilakukan bekerja sama dengan YouGov.
Survei komprehensif ini, yang melibatkan 1.041 responden Indonesia berusia 18-65 tahun, menyoroti meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap mata uang kripto di Indonesia, di mana keamanan keuangan dan pendidikan tetap menjadi prioritas utama di tengah menurunnya kepercayaan pada layanan keuangan tradisional.
Melalui survei ini, Consensys menemukan adanya peningkatan kesadaran publik terhadap mata uang kripto di Indonesia. Hanya saja, peningkatan kesadaran ini tidak sejalan dengan tingkat pemahaman.
Kesadaran publik terhadap mata uang kripto di Indonesia naik 4 persen dibandingkan tahun lalu, menempati peringkat kedua tertinggi di Asia bersama Korea Selatan, setelah Turki.
Namun, meskipun kesadaran meningkat, 63 persen responden mengakui mereka belum sepenuhnya memahami konsep mata uang kripto. Hal ini menunjukkan perlunya pemberdayaan masyarakat Indonesia melalui pendidikan yang sederhana dan mudah diakses agar mereka lebih percaya diri dalam menghadapi era digital dan dunia mata uang kripto.
Soroti Keamanan
Joseph Lubin, Co-Founder Ethereum dan Founder sekaligus CEO Consensys mengatakan, seiring dengan meningkatnya kesadaran, survei ini juga menyoroti keamanan tetap menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia terkait mata uang kripto.
“Meskipun terdapat penurunan kecil sebesar 3 persen dibandingkan tahun lalu, Indonesia tetap menjadi negara paling sadar akan keamanan di Asia, dengan 89 persen responden sangat memperhatikan keamanan transaksi dan investasi mata uang kripto, jelas Lubin dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (12/12/2024)
Tren utama lainnya adalah perubahan cara masyarakat Indonesia memandang kepemilikan digital. NFT yang awalnya lebih sering dikaitkan dengan aset seni dan kreatif, kini pemanfaatan blockchain sebagai alat untuk menciptakan ekosistem keuangan yang lebih inklusif dan adil semakin meningkat.
“Perubahan persepsi ini menunjukkan penerimaan yang lebih luas terhadap teknologi blockchain untuk aplikasi praktis, bukan hanya sebagai barang koleksi,” pungkasnya.
Advertisement