Sukses

Harga Kripto 31 Desember 2024: Bitcoin Masih Melemah Jelang Tahun Baru 2025

Kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) masih melemah. Bitcoin turun 1,17 persen dalam 24 jam dan 2,41 persen sepekan.

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang seragam pada Selasa (31/12/2024). Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona merah.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) masih melemah. Bitcoin turun 1,17 persen dalam 24 jam dan 2,41 persen sepekan.

Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 92.475 per koin atau setara Rp 1,49 miliar (asumsi kurs Rp 16.185 per dolar AS).

Ethereum (ETH) menguat terbatas. ETH naik tipis 0,21 persen sehari terakhir, tetapi masih melemah 1,89 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level Rp 54,4 juta per koin.

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) berhasil menguat. Dalam 24 jam terakhir BNB naik 1,04 persen dan 1,33 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga Rp 11,3 juta per koin.

Kemudian Cardano (ADA) kembali berada di zona hijau. ADA menguat tipis 0,21 persen dalam sehari, tetapi masih melemah 7,41 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level Rp 13.890 per koin.

Adapun Solana (SOL) kembali menguat. SOL naik 0,54 persen dalam sehari dan 0,03 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level Rp 3,09 juta per koin.

XRP masih berada di zona merah. XRP terkoreksi 1,64 persen dalam 24 jam dan 9,00 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 33.387 per koin.

Koin Meme Dogecoin (DOGE) masih melemah. Dalam satu hari terakhir DOGE turun 0,30 persen dan 3,34 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 5.074 per token.

Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama melemah, masing-masing terkoreksi 0,01 persen, tetapi harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00.

Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level USD 3,24 triliun atau setara Rp 52.512 triliun, melemah sekitar 0,41 persen dalam sehari terakhir.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

2 dari 3 halaman

6 Faktor Penentu Keberhasilan atau Kegagalan Kripto di 2025

Sebelumnya, Tahun 2024 telah menjadi tahun yang penuh euforia bagi pasar kripto. Dengan adanya peluncuran ETF spot bitcoin dan sejumlah kebijakan ekonomi yang mendukung, industri ini mengalami lonjakan signifikan, membawa total kapitalisasi pasar kripto menjadi USD3,4 triliun.

"Tahun ini merupakan tahun yang kuat bagi kripto, mencatat peningkatan lebih dari 90% dalam total kapitalisasi pasar," kata analis Citi Alex Saunders, dikutip dari Business Insider, Senini (30/12/2024).

Namun, apakah tren bullish ini akan berlanjut pada tahun 2025? Analis dari Citi mengidentifikasi enam faktor utama yang akan menentukan arah pasar kripto di tahun mendatang.

1. Latar Belakang Makro yang Mendukung

Analis Citi Saunders memperkirakan bahwa latar belakang makroekonomi yang mendukung, seperti pemotongan suku bunga dan kebijakan yang lebih ramah pasar, akan terus mendukung perdagangan aset berisiko hingga kuartal pertama 2025. Namun, mereka memperingatkan bahwa ketidakpastian kebijakan di Amerika Serikat dan volatilitas pasar saham dapat mempengaruhi prospek pasar kripto setelah periode tersebut.

"Makro mungkin berubah kurang menguntungkan selama sisa tahun ini mengingat ketidakpastian kebijakan AS yang meningkat dan volatilitas ekuitas yang diprediksi," ujar Saunders.

2. Arus Masuk Berkelanjutan ke ETF Spot

Salah satu pendorong utama kenaikan pasar kripto pada 2024 adalah arus masuk yang signifikan ke ETF spot bitcoin dan Ethereum. Sejak diluncurkan, ETF ini telah menarik miliaran dolar, memberikan cara yang lebih mudah bagi investor untuk terlibat dalam pasar kripto tanpa membeli koin secara langsung. Citi memperkirakan arus masuk ini akan terus berlanjut pada tahun 2025, yang akan mendorong pertumbuhan lebih lanjut dalam industri kripto.

"Arus ini telah menjadi pendorong paling signifikan dari pengembalian kripto, dan kami memperkirakan hal ini akan berlanjut pada tahun 2025," ujarnya.

3. Kripto dalam Portofolio Multi-Aset

Alokasi portofolio yang melibatkan kripto, terutama bitcoin, menjadi semakin umum. Meskipun demikian, kripto tetap dianggap sebagai aset yang sangat volatil dan berisiko tinggi.

Bahkan para analis Citi mengingatkan bahwa meskipun imbal hasil investasi kripto sangat menggiurkan, alokasi lebih dari 3% dalam portofolio harus memberikan imbal hasil yang jauh lebih tinggi dibandingkan ekuitas tradisional untuk mengimbangi risiko tersebut.

3 dari 3 halaman

4. Penerbitan Stablecoin

Stablecoin, yang dipatok pada mata uang fiat seperti dolar AS, semakin mendapat perhatian. Setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilu, penerbitan stablecoin diperkirakan akan berkembang pesat.

Stablecoin memberikan kestabilan harga, yang menarik bagi investor yang mencari alternatif yang lebih stabil dibandingkan kripto volatil seperti bitcoin. Namun, kemunculan penerbit baru dan kemitraan baru di sektor ini dapat mengancam dominasi Tether sebagai pemimpin stablecoin global.

5. Adopsi yang Lebih Luas

Salah satu faktor paling penting yang akan menentukan masa depan kripto adalah tingkat adopsi global. Sementara adopsi di negara-negara dengan inflasi tinggi, seperti Turki, Argentina, dan Venezuela, terus meningkat, adopsi lebih luas dalam berbagai sektor ekonomi akan menjadi kunci.

Analis Citi mencatat bahwa untuk mempertahankan momentum pasar, kripto perlu lebih diterima di luar spekulasi investor dan menjadi bagian dari sistem keuangan global.

6. Regulasi yang Lebih Terbuka

Kebijakan regulasi akan menjadi tema besar pada tahun 2025. Dengan terpilihnya Trump sebagai Presiden AS, diharapkan akan ada perubahan kebijakan yang lebih ramah terhadap kripto.

Beberapa orang pro-kripto telah dipilih untuk memimpin lembaga-lembaga penting, yang dapat mengarah pada pendekatan yang lebih ringan terhadap regulasi. Meskipun demikian, Citi memperingatkan bahwa perubahan ini mungkin tidak berarti deregulasi total, melainkan penghapusan hambatan yang ada, yang akan mendorong adopsi lebih lanjut.

 
Video Terkini