Liputan6.com, Jakarta - Harga bitcoin (BTC) naik lebih dari dua kali lipat pada tahun lalu. Namun investor yang membeli mata uang kripto terbesar selama 2024, rata-rata, hanya melihat sebagian kecil dari itu, menurut ukuran yang dikenal sebagai harga yang terealisasi.
Harga yang terealisasi merupakan nilai rata-rata semua bitcoin yang dihitung pada harga saat token terakhir bergerak di rantai. Dengan nilai sekitar USD 41.000 untuk BTC sejak dimulainya pada 2009, sementara untuk koin yang dibeli tahun lalu sekitar USD 65.901 pada 31 Desember 2024.
Merujuk laporan coindesk, Minggu (5/1/2025), dengan harga pasar ditutup sekitar USD 93.000, pembeli pada 2024 secara rata-rata melihat laba yang belum terealisasi sekitar 40 persen.
Advertisement
Adapun proses monitoring pada harga yang terealisasi dinilai penting untuk memahami keseluruhan laba, atau rugi dan basis biaya masing-masing peserta. Ini berarti bitcoin harus merosot sekitar 31 persen agar investor tahun lalu kembali ke tingkat harga impas.
Dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang terdaftar di bursa AS memulai debutnya pada 11 Januari, cukup dekat dengan awal tahun. Sehingga ini merupakan perkiraan yang baik dari basis biaya mereka.
Ada alasan lain untuk memantau level tersebut. Ketika harga bitcoin turun di bawah harga realisasi 2024, itu cenderung menandai titik terendah lokal dalam harga bitcoin.
Itu terjadi sekali pada Januari 2024, setelah peluncuran ETF, dan beberapa kali di pertengahan tahun. Memantau basis biaya kelompok 2024 akan menjadi strategi perdagangan yang menguntungkan.
Saat memasuki tahun 2025, basis biaya rata-rata sekitar USD 95.500. Membuat pembeli mendapat sedikit keuntungan saat memulai tahun.
Selain itu, secara historis, harga realisasi menawarkan level dukungan yang bagus untuk bitcoin di pasar yang sedang lesu dan jarang diperdagangkan di bawahnya.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Michael Saylor Prediksi Harga Bitcoin dapat Sentuh Rp 211 Miliar pada 2045
Michael Saylor, ketua eksekutif MicroStrategy dan salah satu pendukung Bitcoin yang paling terkemuka, telah membuat prediksi yang berani untuk Bitcoin. Saylor juga menyebut akan ada peralihan modal besar ke Bitcoin dalam beberapa dekade mendatang.
Menurut Saylor, perubahan ini akan memungkinkan investor untuk berinvestasi di Bitcoin dengan menjual aset tradisional seperti real estat, sumber daya alam, dan mata uang fiat, sehingga meningkatkan nilai pasar BTC menjadi USD 280 triliun pada 2045.
Saylor juga berpendapat seiring munculnya Bitcoin sebagai aset moneter global yang dominan, Bitcoin akan tumbuh lebih cepat daripada aset tradisional seperti saham, emas, dan real estat. Ia memperkirakan harga satu Bitcoin dapat mencapai USD 13 juta atau setara Rp 211 miliar (asumsi kurs Rp 16.273 per dolar AS) pada 2045.
Dalam presentasi baru-baru ini, Saylor mengisyaratkan masa depan di mana nilai Bitcoin meningkat secara eksponensial, yang ia kaitkan dengan tiga faktor utama yaitu Inovasi dan Teknologi, inflasi, serta migrasi modal.
“Seiring meningkatnya kekayaan global melalui kemajuan teknologi, peran Bitcoin sebagai penyimpan nilai digital akan diperkuat,” kata Saylor, dikutip dari Coinmarketcap, Jumat (3/1/2025).
Advertisement
Perlindungan Aset
Saylor menambahkan, meningkatnya inflasi akan mendorong investor untuk mencari perlindungan dalam aset seperti Bitcoin, yang secara desain bersifat deflasioner. Terkait migrasi modal, Saylor memperkirakan investor akan mentransfer modal dari aset yang kurang produktif atau tidak stabil, seperti real estat Afrika Tengah, gas alam Siberia, dan mata uang Argentina, ke Bitcoin.
"Orang-orang mempertimbangkan untuk menjual real estat, gas alam, dan bahkan mata uang lokal mereka untuk membeli Bitcoin,” pungkasnya.