Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya mengalami pergerakan beragam pada Senin, 17 Maret 2025.
Mengutip data dari Coinmarketcap, Senin (17/3/2025) kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) melemah 1,60% dalam 24 jam dari penguatan 1,97% dalam sepekan. Harga Bitcoin hari ini berada di level Rp 1.353.112.718,86.
Ethereum (ETH) melemah 1,73% dalam 24 jam dan 6,43% dalam sepekan. Harga ETH sekarang berada di level Rp 31.018.933,02 per koin.
Advertisement
Harga kripto hari ini seperti stablecoin Tether (USDT) melemah hingga 0,02% dalam 24 jam tetapi masih mencatat kenaikan 0,20% dalam sepekan. Hal itu membuat USDT diperdagangkan seharga Rp 16.328,04.
XRP juga melemah ke zona merah hingga 3,04% dalam 24 jam tetapi masih menguat 7,53% dalam sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 37.955,26 per koin.
Harga Binance coin (BNB) menurun 1,76% dalam 24 jam namun masih menguat 9,84% dalam sepekan. Harga kripto BNB kini dipatok Rp 10.006.672,09 per koin.
Sementara itu, Solana (SOL) menurun 6,50% dalam sehari tetapi masih menguat 0,50% dalam sepekan. Saat ini, harga SOL diperdagangkan di level Rp 2.079.824,66 per koin.
Adapun USD Coin (USDC) menurun 0,01% dalam 24 jam tetapi masih naik 0,18% dalam sepekan. USDC hari ini berada di kisaran Rp 16.328,58.
Sedangkan coin Meme Dogecoin (DOGE) melemah 3,05% dalam sehari tetapi masih mencatat kenaikan 0,69% sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 2.781,92 per token.
TRON (TRX) melemah 3,61% persen dalam 24 jam dan 8,22% sepekan. Harga Toncoin kini diperdagangkan Rp 3.482,88.
Kemudian Cardano (ADA) merosot 4,14% dalam 24 jam terakhir dan 2,05% sepekan. Dengan begitu, harga ADA berada pada level Rp 3.478,57 per koin.
Adapun keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level Rp 44.22P, merosot 1,76 dibandingkan sehari terakhir.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Melihat Prospek Harga Bitcoin di Tengah Perang Dagang hingga Sinyal The Fed
Analyst Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengingatkan sikap The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) yang lebih dovish dapat memicu permintaan untuk aset berisiko, termasuk Bitcoin (BTC).
Fyqieh mencatat, laporan data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS yang akan datang dapat mengubah narasi pada Jumat malam, 28 Februari 2025. Inflasi AS yang lebih rendah dan pendapatan serta pengeluaran pribadi yang lebih rendah dapat meningkatkan taruhan pada beberapa pemotongan suku bunga Yhe Fed pada tahun 2025.
Saat ini, aset kripto terpopuler di dunia itu diperdagangkan di sekitar USD 79.539 setelah kehilangan level support penting di USD 80.313.
"Jika tekanan jual berlanjut, BTC kemungkinan akan menguji support berikutnya di USD 76.741. Jika level ini gagal bertahan, harga bisa merosot lebih jauh ke USD 71.529, memperpanjang tren bearish yang sedang berlangsung," ungkap Fyqieh dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Sabtu (1/3/2025).
Untuk membatalkan skenario bearish ini, menurut Fyqieh Bitcoin perlu kembali melampaui kisaran USD 80.313 dan mencoba menembus kembali ke level USD 85.000.
"Jika ini terjadi, ada kemungkinan bahwa pasar akan memulai pemulihan yang lebih stabil menjelang pertengahan tahun 2025," ujar dia.
Advertisement
Masih Ada Peluang
Sementara itu, meskipun kondisi pasar saat ini menunjukkan tren penurunan yang tajam, para analis masih melihat peluang bagi pasar kripto untuk bangkit lebih kuat di masa mendatang.
"Namun, ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan oleh para investor," imbuh Fyqieh.
Disebutkannya, dalam skenario Bearish, kekhawatiran perang dagang, data ekonomi AS yang lebih kuat, sikap agresif The Fed, serta resistensi terhadap Cadangan Bitcoin Strategis AS (SBR) dapat menyebabkan BTC akan terus melemah di bawah USD 80.000.
Sedangkan dengan skenario bullish atau optimis, analisis Fyqieh menunjukkan bahwa meredanya ketegangan perdagangan, inflasi AS yang lebih rendah, sinyal The Fed yang dovish, dan kemajuan SBR dapat mendorong harga Bitcoin menuju level resistensi kuat USD 90.000.