Sukses

Harga Bitcoin Anjlok 22% dari Rekor Tertinggi, Apakah Ini Akhir Bull Run?

Para analis menyoroti kisaran harga USD 72.000 hingga USD 3.000 sebagai level support utama bagi Bitcoin.

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin mengalami penurunan signifikan sebesar 22% dari rekor tertingginya di angka USD 109.000 yang dicapai pada 20 Januari 2025, tepat pada hari pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS.

Dilansir dari Coinmarketcap, Selasa (18/3/2025), meskipun terjadi penurunan tajam ini, banyak analis meyakini ini hanyalah koreksi sementara dalam siklus pasar bullish Bitcoin.

Menurut analis dari Bitfinex, pola siklus empat tahun Bitcoin masih menjadi faktor utama dalam pergerakan harga. Mereka menjelaskan bahwa koreksi dalam tren bullish adalah hal yang wajar dan sering kali mendahului rebound kuat.

Indikator teknis memang menunjukkan adanya tekanan bearish, tetapi data historis menunjukkan bahwa Bitcoin cenderung bangkit kembali setelah periode penurunan.

“Penurunan seperti ini sering kali terjadi dalam siklus bullish dan bukan merupakan tanda berakhirnya tren positif,” ujar analis Bitfinex.

Para analis juga menyoroti kisaran harga USD 72.000 hingga USD 3.000 sebagai level support utama bagi Bitcoin. Selain itu, Bitcoin masih memiliki korelasi kuat dengan pasar keuangan tradisional, terutama indeks S&P 500, yang berarti potensi pemulihan bisa terjadi seiring dengan pergerakan pasar saham.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Promosi 1
2 dari 3 halaman

Halving dan ETF Bitcoin Berperan Penting

Iliya Kalchev, analis dari Nexo, menegaskan bahwa peristiwa halving Bitcoin tetap menjadi pendorong utama harga dalam jangka panjang.

Meski tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) Bitcoin turun ke titik terendah historis sebesar 8%, ia percaya halving tetap memiliki dampak signifikan terhadap harga Bitcoin. Sejak halving terakhir pada April 2024, harga Bitcoin telah naik lebih dari 31%.

Selain itu, adopsi Bitcoin oleh investor institusional melalui ETF juga menjadi faktor pendukung utama. Dengan kepemilikan kumulatif yang sempat melampaui USD 125 miliar, ETF Bitcoin menunjukkan bahwa minat investor besar terhadap aset digital ini masih kuat.

 

3 dari 3 halaman

Dampak Kondisi Ekonomi Global

Bitcoin juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro seperti imbal hasil obligasi dan ketegangan geopolitik. Para analis memperingatkan bahwa ketidakpastian ekonomi yang berkelanjutan dan potensi perang dagang dapat menekan sentimen investor. Namun, sebagian besar risiko ini telah diperhitungkan oleh pelaku pasar.

Meskipun harga Bitcoin sedang dalam fase koreksi, banyak analis tetap optimis terhadap pergerakan jangka panjangnya. Faktor seperti pola siklus historis, pengurangan separuh, dan minat institusional menjadi alasan utama mengapa Bitcoin masih dianggap memiliki potensi kenaikan di masa mendatang. Koreksi saat ini justru bisa menjadi peluang bagi investor untuk masuk sebelum harga kembali naik.

EnamPlus