Sukses

Penggemblengan Paskibraka 2016 Kini Lebih Humanis

Tidak akan lagi ditemukan lagi senior memerintah yang junior.

Liputan6.com, Jakarta Pola pelatihan yang diberikan kepada para Paskibraka tingkat nasional 2016 jauh lebih humanis. Pelatih, pembina, panitia, harus lebih akrab kepada seluruh peserta untuk membesarkan jiwa mereka yang berada jauh dari keluarga, teman, dan orang-orang terkasih lainnya.

Panitia semampunya membuat para peserta lebih nyaman selama menjalankan pelatihan di Cibubur. "Kesehatan mereka, keseimbangan, dan segala hal tentang mereka diperhitungkan dengan baik," ujar Ibnu.

Tidak akan lagi ditemukan lagi senior memerintah yang junior. Bahkan, jika orangtua ingin melihat anak-anaknya berlatih, dipersilakan. Sepanjang tidak mengganggu. Panitia juga akan memberi ruang untuk memertemukan mereka. Meski sebentar, yang penting kualitas pertemuannya.

"Pokoknya sekarang lebih humanis. Karena bisa jadi, kehadiran orangtua dan keluarga dekat memberikan motivasi tersendiri bagi peserta," kata Ibnu.

 

Penggemblengan Paskibraka 2016 Kini Lebih Humanis (Foto: Aditya EP)



Sementara itu, staf Khusus Kementerian Pemuda dan Olahraga Zainul Munasichin dan Kaustar dari Lemhanas yang juga Perwakilan Purna Paskibraka Indonesia (PPI) dipercaya memberikan materi kepada 68 Paskibraka. Sembari menunggu waktu pembukaan pemusatan pelatihan yang dipimpin langsung oleh Menpora, yang harus diundur lantaran ia dipanggil ke Istana Negara.

Asdep Kepemimpinan dan Kepeloporan Pemuda Ibnu Hasan mengatakan, pemberian materi ini untuk meningkatkan wawasan, tata krama, dan berorganisasi para pasukan pengibar bendera pusaka di kemudian hari. Selain dilatih untuk menjadi individu yang rendah hati.

"Karena diperkirakan, ke depan, tantangan yang bakal mereka hadapi jauh lebih sulit dari yang kita hadapi saat ini. Mereka harus memiliki ketangguhan kepribadian dan memiliki karakter yang kuat," kata Ibnu kepada Liputan6.com di PP-PON Menpora Cibubur, Jakarta Timur, Rabu (27/7/2016)

Dengan kata lain, siswa dan siswi terbaik dari 34 provinsi di Indonesia tidak hanya dicetak menjadi pengibar bendera yang gagah dan baik saja, tapi juga memiliki wawasan yang luas dan pribadi yang memiliki kesadaran yang tinggi.

"Mereka juga dipersiapkan untuk menjadi pemimpin yang disegani, bukan yang ditakuti," ujar Ibnu.