Sukses

Saat Alarm Hantu Berbunyi

Peserta Paskibraka harus segera bangun begitu 'alarm hantu' berbunyi pukul 04.18 pagi.

Liputan6.com, Jakarta Penghuni Desa Bahagia di pemusatan pelatihan Paskibraka harus segera bangun begitu 'alarm hantu' berbunyi pukul 04.18 pagi.  Yang muslim terlihat sedang menyikat gigi, merapikan tempat tidur, dan merapikan pakaian latihan sebelum melangkah ke masjid untuk salat Subuh berjamaah. Sementara yang non-muslim masih goler-goler di atas kasur empuk berbalut selimut warna biru.



Beragam kegiatan telah menanti seluruh penghuni Desa Bahagia. Diawali olahraga pagi, sarapan dengan menu dua butir telur dan segelas susu, mandi, makan pagi, baru setelah itu diserahkan ke tim Garnisun untuk dilatih PBB dan formasi. Bagi calon Paskibraka tingkat nasional yang nasrani diberi kesempatan beribadah di ruangan yang telah disediakan. Panitia juga telah memanggil pendeta guna memimpin ibadah pagi ini.

Pemandangan berbeda justru terlihat di dalam masjid pagi ini. Supaya para peserta Diklat Paskibraka 2016 ini memiliki kemampuan berbicara di depan umum, pembina mengharuskan setiap peserta laki-laki memberikan kuliah tujuh menit sesudah salat Subuh. Kali ini giliran Muhammad Fachri, perwakilan dari Sumatera Barat.

"Satu per satu akan dapat giliran, kak. Kebetulan yang piket hari ini saya, maka saya yang harus memberikan kultum," kata Fachri. Tema kultum yang menentukan adalah peserta sendiri.

Bunda Nina, Pendamping Para Calon Paskibraka Mengatakan, Setiap Peserta Diklat 2016 yang Laki-laki Secara Bergantian Memberikan Kultum Usai Salat Subuh. Kegiatan Ini Untuk Melatih Mereka Berbicara di Depan Umum (Foto: Aditya Eka Prawira)



Sekitar pukul 05:30 seluruh penghuni Desa Bahagia berkumpul di halaman Wisma untuk segera melaksanakan olahraga pagi. Setelah pemanasan selama 15 menit, baru mereka lari mengelilingi PP-PON Menpora, Cibubur, Jakarta Timur.

Seluruh Peserta Sudah Berbaris Rapi. Siap Melakukan Olahraga Pagi Mengelilingi PP-PON Menpora, Cibubur, Jakarta Timur. (Foto: Aditya Eka Prawira)

"Lari pagi... Agar otot kuat... Tinggalkan orangtua... Tinggalkan jantung hati," begitulah yel-yel yang mereka suarakan selama lari.

Peserta laki-laki mengaku kehidupan di sini tidak sekeras saat mereka mendapatkan pendidikan Paskbraka tingkat Kabupaten atau Provinsi. Bahkan di Sulawesi sampai-sampai ada senior yang melakukan kekerasan jika peserta baris berbaris terlalu lembek. "Di sana ada yang sampai perutnya dipukul. Belum siap sudah dipukul, jatuhlah mereka," kata Reyvelino Sasiang dari Sulawesi Utara.

Calon Paskibraka Perempuan Terlihat Sedang Pemanasan Sebelum Lari Dimulai

Yang lain juga punya anggapan yang sama. Di sini peserta Diklat Paskibraka 2016 diberi waktu istirahat. Kalau di tingkat Provinsi, boro-boro bisa duduk santai seperti yang mereka lakukan selama di Cibubur. Istirahat minum saja tidak boleh lebih dari satu menit.

"Karena di sini terlalu dimanja, kaminya jadi santai-santai saja. Di sana lebih keras lagi gojlokannya," kata Reyvelino.

Pembina Menyerahkan Seluruh Calon Anggota Paskibraka ke Tim Garnisun untuk Dilatih PBB dan Formasi. Latihan Panjang Sudah Menyambut Mereka. (Foto: Aditya Eka Prawira)

Selesai makan pagi seluruh peserta diberikan ke tim Garnisun untuk dilatih PBB dan formasi. Karena sudah latihan sebanyak tiga kali masih belum memerlihatkan hasil yang maksimal, Wakil Koordinator Pelatih Paskibraka Kapten Inf Suswan sampai-sampai akan mengajak mereka jalan-jalan keluar asrama apabila latihan hari ini jauh lebih baik daripada hari-hari kemarin.

"Kalau sakitnya cuma panas dan pusing, tahan, tidak usah izin ke tim medis. Pelatih juga merasakan pusing karena kita semua ini bertemankan sinar matahari," kata Kapten Inf Suswan sebelum kegiatan baris-baris dimulai.