Liputan6.com, Jakarta Bima Arivaza Danurahman (Kalimantan Tengah) dan Sheila Roespinanda (Jambi) merasa seluruh peserta Diklat Paskibraka 2016 sudah jauh lebih kompak. Dari cara berjalan, mengangkat kaki, dan ayunan tangan dirasa mengalami banyak perubahan dibanding hari pertama dan kedua latihan.
"Kalau hari pertama dan hari kedua kekompakan itu belum ada. Hari keempat sudah sehati," kata Sheila.Â
Advertisement
"Kalau aku merasakan hal yang sama. Meski memang, kesalahan masih tetap ada, tapi tidak sebanyak kayak hari-hari kemarin," ujar Bima.
Kedua calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang akan bertugas di Istana Negara tersebut mengaku senang dengan pola latihan yang diberikan tim Garnisun. Seperti Minggu, 31 Juli 2016, masing-masing tim ditantang untuk bisa memilih sendiri anggota yang akan bertugas menjadi pemimpin pasukan, pembawa baki, penggerek bendera, dan kelompok delapan. Serta bisa menilai kekurangan dan kelebihan seluruh anggota tim.
"Pak Amar dan timnya tegas dan jelas. Kami, terutama saya, bisa mengoreksi diri sendiri dan mengubahnya menjadi lebih baik," kata Bima, siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Embun. Ia merasa cara berjalannya sudah lebih baik karena sudah dua hari ini minim sekali teguran.
"Pak Amar itu tegas, tidak galak. Jadi, kalau misalnya kami kena marah, kami bisa instrospeksi diri sendiri," kata Sheila menyambung omongan Bima. Sheila tercatat sebagai siswi berprestasi dari SMA Negeri 4 Muara Jambi.
Bima melanjutkan,"Kita di sini belajar untuk melihat, mendengarkan, kemudian melaksanakan apa yang sudah didapat. Dari semua itu, dituntut untuk fokus. Mengingat semua omongan pelatih. Kalau omongan dari pelatih didengar, disimpan, diingat, lalu diterapkan, saya optimis dan yakin bahwa Paskibraka 2016 bisa menampilkan yang terbaik saat 17 Agustus nanti."Â
Menurut Amar, secara umum seluruh peserta Diklat Paskibraka 2016 sudah mengetahui fungsi dan tugas masing-masing. Hanya saja masih sekadar tahu dan belum menghayati tugas tersebut. Misalnya saja pembawa baki. Jika ia menghayati betul tugas tersebut, orang enak melihatnya. Bisa bikin orang merinding sekaligus iri saat melihat pembawa baki menaiki atau menuruni anak tangga membawa bendera atau menyerahkan bendera ke Presiden.
"Naik turun bendera juga begitu. Antara lagu dengan tarikan belum sesuai dengan yang disampaikan pelatih, karena dia sendiri belum menghayati dan memahami not-not dari Indonesia Raya," kata Amar.
Amar dan seluruh tim Garnisun berharap, memasuki minggu ke-2 latihan, seluruh siswa dan siswi terbaik dari 34 provinsi itu mulai mengetahui bagaimana mengatasi semua kendala terkait tugas yang mereka emban.
"Penggerek bendera harus tahu bagaimana cara mengatasi bila ada angin. Dan pembawa baki harus fokus ke depan. Tidak boleh ada yang terlihat lagi seperti mau jatuh," kata Amar.
"Memang, ada beberapa peserta yang begitu diberitahu pelatih langsung mengubahnya. Tapi ada juga yang diberitahu masih seperti masa bodoh. Tidak semua, hanya beberapa (calon Paskibraka) saja. Sehingga belum bisa dikatakan sempurna," kata Amar menekankan.