Liputan6.com, Surabaya - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) I Wayan Nudra Bajantika Pradivta merancang sebuah kursi roda otomatis yang bisa dikendalikan dengan perintah gerakan otot tangan.
Kursi roda ini untuk memudahkan pergerakan para penyandang disabilitas maupun penderita stroke yang mengalami kelumpuhan. Kursi roda karya mahasiswa dari Departemen Teknik Biomedik Fakultas Teknologi Elektro (FTE) ITS ini, merupakan hasil penelitian Tugas Akhir (TA) Nudra yang berjudul Desain Perintah Myoelectric Control Sebagai Perintah Kursi Roda Elektrik Untuk Mobilitas Penyandang Disabilitas.
Dalam penelitiannya, di bawah bimbingan dosen Achmad Arifin yang juga Kepala Departemen Teknik Biomedik ITS. Kelumpuhan pada alat gerak manusia menyebabkan manusia sulit bergerak.
Advertisement
Baca Juga
Sehingga dibutuhkan alat bantu khusus, salah satunya dengan kursi roda. Namun, kursi roda yang ada saat ini umumnya masih membutuhkan kekuatan tubuh dari penggunanya untuk bisa menggerakkan kursi tersebut.
Kursi roda elektronik rancangan mahasiswa yang biasa disapa Nudra ini didesain dengan pengembangan kontrol pada bagian otot tangan. Dengan sensor elektromiograf, kursi roda inovatif ini akan menggunakan gerakan mulai dari pergelangan tangan sebagai pengendali arah dan gerak kursi roda.
Nudra mengungkapkan, kursi roda elektronik tersebut sebelumnya telah dibuat oleh Departemen Teknik Biomedik ITS. Namun, penggeraknya masih berupa joystick dan sensor bioimpedance dengan stimulus punggung.
"Apabila punggung terlalu sering di-stimulus maka otot akan fatigue atau kelelahan, sehingga bisa menghasilkan error yang besar,” ungkapnya, Jumat, 13 September 2019.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penelitian Selama 3 Bulan
Penelitian kursi roda elektronik yang memakan waktu selama kurang lebih tiga bulan ini nantinya bekerja dengan cara menempelkan elektroda sebagai kontrol otot pada masing-masing lengan tangan.
Kalau belok ke kanan, telapak tangan kanan digerakkan dan sebaliknya untuk belok ke kiri. Kalau untuk bergerak maju, harus menggerakkan kedua telapak tangan bersamaan.
"Sementara ini masih belum bisa mundur, jadi harus dilakukan memutar dengan belok terus ke salah satu arah,” terang pemuda kelahiran Dili, 5 Maret 1997 ini.
Dalam penelitiannya, peraih nilai IPK 3,35 itu mengungkapkan, sinyal myoelectric pada bagian otot tangan diamplifikasi melalui instrumentasi amplifier sebagai perintah input. Lalu sinyal disaring untuk menghilangkan noise dan menjaga rentang frekuensi elektromiograf.
Advertisement
Kerja Sama dengan Unesa
Setelah penyaringan, sinyal elektromiograf tersebut ditransformasikan dalam bentuk linier envelope yang memperoleh sinyal nilai maksimum dari elektromiograf untuk memudahkan klasifikasi perintah arah dari kursi roda.
"Di kursi roda dan rangkaian sensor terdapat bluetooth, sehingga akan terhubung secara otomatis," tuturnya.
Selain itu, kursi roda tersebut memiliki fitur kontrol kecepatan, sehingga memungkinkan pengguna untuk mengatur kecepatan gerakan kursi roda secara mandiri.
Pemuda asal Tabanan, Bali itu mengaku, produk inovatif tersebut juga merupakan sebuah bentuk kerjasama antara ITS dengan pusat disabilitas Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Produk tersebut akan digunakan sebagai acuan mahasiswa Unesa dalam memberi saran inovatif untuk pembuatan prototype selanjutnya.