Sukses

Pelatihan Bahasa Inggris bagi Disabilitas Agar Komunikatif dengan Turis di Bali

Pelatihan kepada disabilitas itu diberikan dengan harapan agar mereka dapat lebih komunikatif saat memberikan pelayanan terapi pijat kepada wisatawan asing.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi Bali memberikan pelatihan bahasa Inggris kepada penyandang disabilitas tuna netra dari kabupaten/kota se-Bali.

Pelatihan kepada disabilitas itu diberikan dengan harapan agar mereka dapat lebih komunikatif saat memberikan pelayanan terapi pijat kepada wisatawan asing.

"Program pelatihan yang pertama kali dilakukan berdasarkan masukan dari salah satu anggota Pertuni saat mengadakan interaktif. Setelah menyampaikan kepada pimpinan, Bapak Gubernur, Wagub dan Sekda, beliau merespons positif, maka secepatnya kami melakukan kursus ini," ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali Ida Bagus Ngurah Arda di sela-sela acara penutupan pelatihan di Gedung DPD Pertuni Bali, seperti dikutip dari Antara, Selasa (24/9/2019)

Pelatihan ini berlangsung selama 20 kali pertemuan dari 2-23 September 2019 dan diikuti 16 peserta. Mereka merupakan perwakilan anggota Pertuni dari Kabupaten Gianyar, Jembarana, Tabanan, Karangasem, Klungkung, Badung, dan Denpasar. Pelatihan ini diberikan selama delapan jam untuk setiap kali pertemuan.

"Mereka yang mengikuti pelatihan bahasa Inggris ini mayoritas sebagai terapis. Tidak menutup kemungkinan tamu-tamu yang dilayani wisatawan asing. Dengan berbekal bahasa Inggris, mereka bisa lebih komunikatif dalam memberikan pelayanan, suasana lebih akrab, lebih hidup, lebih kekeluargaan, sehingga apa yang diberikan maksimal dan profesional," tutur Ngurah Arda.

Pelatihan bahasa Inggris tersebut, lanjut dia, juga merupakan implementasi dari visi pembangunan Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

Menurut Ngurah Arda yang juga Mantan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) itu mengatakan, khusus misi ke-8 dalam Nangun Sat Kerthi Loka Bali adalah menghasilkan tenaga kerja yang produktif, kompeten, berkualitas, berdaya saing tinggi dan memperluas akses kesempatan kerja di dalam maupun luar negeri. Termasuk juga tenaga kerja disabilitas.

Ngurah Arda mengatakan, pihaknya berharap kegiatan serupa dapat dilaksanakan berkelanjutan pada tahun-tahun mendatang, sesuai dengan harapan dari para peserta pelatihan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Miliki Semangat Cukup Tinggi

Sementara itu, instruktur pelatihan bahasa Inggris Minta Siregar mengatakan, meskipun peserta pelatihan dihadapkan pada kondisi keterbatasan tidak bisa melihat, namun semangat belajarnya dinilai cukup tinggi.

"Mereka semangat, karena kami mengajarnya juga dengan hati, jadi mereka merasa nyaman. Memang daya tangkap peserta tidak merata, ada yang cepat dan sedang. Tetapi rata-rata mereka berbakat," ucap Minta yang juga ASN di Disnaker Bali.

Pelatihan bahasa Inggris yang diberikan, lanjut dia, memang khusus diberikan terkait dengan terapi pijat sesuai dengan profesi para peserta.

"Jika dibandingkan memberikan pelatihan kepada peserta yang bukan penyandang disabilitas, memang saya harus lebih ekstra karena transfer ilmunya hanya bermodalkan suara," tukas Minta.

Wayan Sudarsana, salah satu peserta mengaku senang bisa mendapatkan pelatihan bahasa Inggris. Pria berusia 48 tahun itu sangat berharap kegiatan serupa dapat dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang.

"Pelatihan ini bisa menambah pengalaman dan pengetahuan saya. Ini sangat berguna karena saya ingin mahir bahasa Inggris. Apalagi saya juga hobi," ucap Wayan Sudarsana yang juga mendapatkan penghargaan sebagai peserta terbaik dalam pelatihan tersebut.

 

(Desti Gusrina)