Sukses

2 Penyandang Disabilitas Ini Buktikan Bisa Sukses Kuliah di Luar Negeri

Penyandang disabilitas kerap dipandang sebelah mata tetapi tidak bagi mereka yang berhasil meraih gelar sarjana di negeri sebrang. Inspiratif!

Liputan6.com, Jakarta - Bagi seseorang yang memiliki tekad kuat, seberapa sulit keadaannya tentu tidak akan pernah menyerah begitu saja. Apapun halangan dan rintangannya akan tetap maju terus untuk menggapai cita-cita keberhasilannya. Bahkan meski keadaan fisik tidak sempurna pun tidak akan menjadi masalah yang besar bagi orang seperti ini.

Seperti dua penyandang disabilitas ini yang berhasil melampaui keterbatasannya dan mendapatkan berbagai prestasi di benua seberang. Mereka tidak berputus asa dengan keadaan mereka dan terus berupaya dengan segala cara.

1. Taufiq Efendi

Taufiq Efendi menjadi tunanetra sejak berusia 10 tahun. Ia tertabrak sebuah kendaraan sehingga menyebabkan kehilangan penglihatan saat berusia enam tahun. Namun hal itu tidak membuatnya menyerah bahkan ia berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri di Universitas Negeri Jakarta dengan jurusan Bahasa dan Sastra Inggris.

dikutip dari Merdeka.com, Taufiq menyelesaikan sarjananya dalam waktu 3,5 tahun dengan predikat Cum Laude. Bukan hanya itu saja, dia pun menjadi wisudawan terbaik fakultas dan berhasil menghirup udara di permukaan bumi lain dengan memenangkan sejumlah beasiswa luar negeri.

Berdasarkan Global Umaro Education (GLUE) Institute, yakni salah satu program beasiswa penuh pendidikan bahasa Inggris bagi masyarakat tidak mampu atau memiliki keterbatasan fisik/ tuna daksa yang dibuat Taufiq, Taufiq sudah mendaratkan kakinya di Malaysia, Jepang, Inggris, Skotlandia, Uni Emirat Arab, Belanda, Amerika Serikat.

Pada Januari 2013 lalu, Taufiq pergi menimba ilmu ke negeri Kanguru dengan beasiswa penuh dari Australian Development Scholarship. Dirinya pun berhasil menyelesaikan dua Master of Education dalam bidang Pengajaran bahasa Inggris dan dalam bidang Evaluasi Pendidikan dari University of New South Wales.

2 dari 2 halaman

2. Nefertiti Karismaida

Nefertiti Kharismaida atau yang kerap disapa sebagai Inef ini mengalami gangguan pendengaran sensorineural tingkat berat sejak berumur 7 tahun. Ia tidak dapat mendengar suara di frekuensi tinggi yang membuatnya kesulitan untuk berkomunikasi. Ia berupaya dengan menggunakan alat bantu dengar meski tidak dapat membuat pendengaran Inef menjadi normal, namun setidaknya mampu membuatnya jadi sedikit lebih baik.

Dikutip dari Fimela.com, umur 18 tahun, Inef memutuskan untuk kuliah di luar negeri. Meski banyak kesulitan, dia akhirnya berhasil diterima di University of North Carolina, Asheville, Amerika Serikat. Bukan cuma itu saja, dia juga dapat beasiswa untuk belajar bahasa Inggris di Hiram College, Ohio.

Inef bahkan menerima International Students Award atas prestasinya dalam mengangkat kesadaran lingkungan dan isu disabilitas di berbagai tempat.

Reporter: Yuliasna

Video Terkini