Batik Ciprat Buatan Disabilitas Asal Magelang yang Laku di Pasaran

Liputan6.com, Jakarta - Batik motif Ciprat karya para penyandang disabilitas intelektual atau tuna grahita terlatih di Desa Gebyok, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, laku dan diminati pasar.

Di bawah binaan Sheltered Workshop (SW) Peduli Baskara bekerja sama dengan Kementerian Sosial, puluhan penyandang disabilitas intelektual (PDI) atau tuna grahita terlatih tersebut mampu menghasilkan karya batik yang bernilai ekonomis.

"Sejauh ini ada sekitar 20 penyandang tuna grahita yang kami dampingi. Kami sangat terbuka untuk mendampingi penyadang disabilitas lainnya yang ingin bergabung. Tidak hanya tuna grahita saja," ujar Koordinator SW Peduli Baskara, Ari Dwi Pramiantoro, dilansir Antara, Kamis (17/10/2019).

Dia menjelaskan, motif Ciprat dipilih karena tergolong mudah. Adapun motif ciprat adalah corak dominan titik-titik, semburan, maupun semburat seolah berupa percikan air. Tahap pewarnaan pada kain batik tersebut akan menguatkan kesan percikan itu.

"Motif Ciprat Gebyok muncul karena yang mudah dan paling mungkin dilakukan para penyandang ini untuk menciptakan karya," papar Ari.

Setiap sore hari, lanjutnya, para penyadang disabilitas membuat batik dengan didampingi tim pendamping SW. Dalam sehari, kata Ari, mereka bisa menghasilkan hingga lima lembar kain batik Ciprat.

Sejak dikembangkan pada Mei 2019, kini batik Ciprat karya penyandang disabilitas intelektual di Desa Gebyok dipasarkan di Magetan hingga luar kota melalui pasar daring.

"Untuk harga ditetapkan Rp 140 ribu per potongnya. Batik-batik tersebut telah dipasarkan ke Magetan dan sekitarnya. Selain itu juga Sumenep, Probolinggo, dan bahkan Jambi," kata Ari.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: