Sukses

Perjuangan Bocah Disabilitas Wujudkan Mimpi Main Bola

Semua orang itu setara, mereka yang disabilitas pun dapat melakukan seperti yang lain bisa lakukan.

Liputan6.com, Jakarta - Bocah sembilan tahun asal Macedonia bernama Jane Velkovski sangat mencintai olahraga sepak bola. Bahkan jika berbicara sepak bola atau tim favoritnya matanya berbinar.

"Sepak bola adalah segalanya dalam hidupku, Saya memainkannya di video game, di taman, dan di sekolah. Di mana-mana," ungkap Jane.

Melansir UEFA.com, Sabtu (26/10/2019), impiannya untuk bermain bola tidak bisa dilakukannya secara sempurna. Mengingat bahwa dia harus duduk di kursi roda setelah diagnosa dokter menderita penyakit Spinal Muscular Atrophy (SMA) atau biasa disebut penyakit otot yang membuatnya tidak bisa berjalan.

Kendati demikian, Jane tidak berputus asa. Ia terus berjuang untuk bermain bola bersama dengan anak-anak lainnya. Ia merasa sejajar dengan anak-anak lainnya, meskipun ia tidak bisa berjalan.

Bahkan ia mengingatkan semua orang agar tidak mengejek atau memandang remeh orang-orang yang mengalami hal serupa dengannya.

"Saya ingin memberi tahu seluruh dunia bahwa semua orang setara dan orang disabilitas pun tetap bisa melakukan hal yang sama seperti yang lain bisa lakukan. Jika mereka tidak bisa melakukannya, bukan berarti mereka tidak dapat menikmati hidupnya," pungkasnya.

Ayah Jane, Gjorgji menambahkan sepak bola memberikan pengaruh positif dalam hidup putranya, terutama dalam masalah keterbatasan fisik yang dihadapinya.

"Melalui sepak bola, ia telah bisa menyadari dapat berperan aktif dalam masyarakat," ungkap Gjorgji.

2 dari 2 halaman

Filosofi Dalam Hidup Jane

Melihat antusias terhadap sepak bola dalam hidupnya, sulit untuk membayangkan pertempuran yang terus menerus yang harus dijalani di luar lapangan. Dia membutuhkan perawatan khusus sepanjang hari, bahkan untuk hal sederhana seperti mengubah posisinya di kursi roda.

Namun hingga kini Jane terus bermain sepak bola bersama teman-temannya meskipun berada di kursi roda listriknya. Bahkan ketika tampil dalam suatu pertandingan sepak bola, Jane yang bermain sebagai kiper dipercaya menjadi kapten untuk memimpin rekan-rekannya.

"Saya merasa senang ketika bermain sepak bola, apalagi saya sebagai pemimpin tim. Saya bisa menang dan saya adalah kapten. Saya bahagia saat kami menang dan saya sedih saat kalah," katanya.

Meski berusia sembilan tahun, Jane memiliki pemikiran yang sangat dewasa. Hal ini di tunjukan dari filosofi yang tidak mungkin dikatakan oleh anak seusianya.

Filosofi yang diterapkan dalam hidup Jane adalah tidak menyerah dan bahwa setiap orang harus mengikuti mimpinya. Inti kepribadiannya adalah keinginan mencapai hal yang tidak mungkin dan membuat hal yang tak terpikirkan terjadi.

 

Reporter : Yuliasna

 

Â