Sukses

Kehilangan Kaki dan Jadi Disabilitas, Tak Halangi Aipda Beni Bertugas

Aipda Beni harus kehilangan kakinya saat kecelakaan yang terjadi pada 28 November 2005 dan menyebabkan dirinya menjadi disabilitas.

Liputan6.com, Bandung - Pria kelahiran Bandung 25 Juni 1977 bernama Aipda Beni Hendrik Hernawan, merupakan petugas administrasi Unit Kecelakaan Lalu Lintas Kepolisian Resor Bandung. Fisiknya tak sempurna, ia adalah seorang penyandang disabilitas.

Meski memiliki keterbatasan fisik, Aipda Beni tetap menjalankan tugasnya walau harus duduk di atas kursi roda. Beni mengalami kejadian yang mengenaskan, kecelakaan itu harus merenggut kedua kakinya pada 28 November 2005.

Akibat kecelakaan itu, Beni menjadi seorang disabilitas. Ia kehilangan kakinya.

"Saya ikhlas dengan kondisi sekarang ini. Tuhan punya maksud lain. Yang pasti saya tidak mau patah semangat," tutur Beni.

Hingga saat ini, Beni terus membesarkan hati untuk dapat terus menunaikan tugas sebagai aparat kepolisian meski kini kedua kakinya hilang dan ia menjadi seorang disabilitas. 

"Saya prinsipnya enggak mau kalah sama orang normal. Dalam artian mereka yang memiliki kondisi fisik lengkap," tutup Beni. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kisah Kecelakaan

Beni bercerita ketika kecelakaan nahas itu menimpanya. Kala itu, ia bertugas di bagian Unit Kecelakaan Polres Bandung.

Kebetulan, Beni mendapat bagian berjaga malam hari dan telepon kantornya lalu berdering karena ada laporan kecelakaan roda empat di kawasan Nagreg.

"Saat itu sekitar pukul 23.00 WIB saya mendapatkan laporan warga ada TKP (tempat kejadian perkara) antara truk dan mobil Chevrolet yang terlibat kecelakaan. Akhirnya saya dan teman ke sana," cerita Beni.

Malam itu cuaca hujan deras. Jalan pun terlihat gelap sehingga membatasi penglihatan. Saat Beni tiba di lokasi, ia berusaha melakukan pertolongan dan normalisasi jalur.

Dia berusaha menderek kendaraan terlibat kecelakaan agar tidak mengganggu arus lalu lintas. Beni tepat berdiri di antara dua kendaraan terlibat tabrakan.

Tak terduga, sebuah bus pariwisata tujuan Solo-Jakarta melaju dengan kecepatan tinggi menabrak bagian belakang truk. Otomatis, truk terdorong dan menghantam tubuh Beni yang menghimpit kedua kakinya.

"Saya mengalami luka parah, terutama di bagian kaki saya yang sudah remuk," kata Beni.

Beni langsung mendapat pertolongan darurat guna menyelamatkan nyawanya. Dia dilarikan ke rumah sakit dan harus menghadapi kenyataan.

Dalam hitungan kurang dari satu minggu, Beni harus mengambil keputusan sulit sebab, dokter mengatakan tak ada cara selain mengamputasi kakinya yang terlanjur cedera berat untuk menyelamatkan nyawanya.

"Saya dulu bingung sekali, karena saya harus bilang sama keluarga. Akhirnya satu minggu usai kejadian, kaki kiri saya otomatis dipotong," cerita Beni.

Begitu juga dengan kaki kanan ternyata kondisinya tak kunjung membaik. Betisnya terus membengkak lantaran tulangnya remuk membuat dia selalu kesakitan.

"Saya enggak kuat ternyata nahan rasa nyeri. Akhirnya kaki kanan saya juga ikut diamputasi sekitar satu minggu setelah kaki kiri," ucap Beni.

Sejak saat itu, Beni merelakan kedua kakinya. Kini dia tidak harus sibuk ke lapangan, walau hanya sekedar memantau atau mengatur lalu lintas jalur mudik.

"Tugas saya sekarang bagian administrasi. Pimpinan dari Kapolda Jabar (Irjen Pol M Iriawan), Kapolres Bandung (AKBP Jamaludin) mensupport baik. Dia menekankan jangan mengeluh. Alhamdulillah saya kuat," kata Beni.

Aktivitas Beni kini dibantu kursi roda dan mengandalkan kedua tangannya untuk mendorong. Ia tinggal di asrama tempatnya berdinas. Istri dan kedua anaknya tinggal di Cileunyi.

"Anak istri saya di Cileunyi. Saya sengaja tinggal di asrama karena kalau bulak-balik saya enggak kuat. Mungkin saya pulang seminggu sekali ke rumah, nengokin istri," tutup Beni.

 

 

(Annisa Suryanie)

 

Reporter : Andrian Salam Wiyono

Sumber   : Merdeka